1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perhatian dunia usaha terhadap tata kelola perusahaan meningkat sejak negara-negara di Asia di hantam krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 dan
terbukanya skandal keuangan perusahaan raksasa dunia, termasuk Enron Corporation, Worldcom dan Global Crossing. Krisis ini berdampak sangat luas
terutama dalam merontokkan rezim-rezim politik yang berkuasa di Korea Selatan, Thailand dan Indonesia. Ketiga negara yang diawal tahun 1990-an
dipandang sebagai “Macan Asia” harus mengakui bahwa pondasi ekonomi mereka rapuh, yang akhirnya berujung pada krisis keuangan, ekonomi dan
akhirnya merambat ke krisis politik Gusnardi, 2011. Menanggapi tuntutan akan adanya corporate governance yang baik,
banyak negara yang telah mengembangkan berbagai pedoman maupun peraturan bagi perusahaan publik atas good corporate governance. Pemerintah
Indonesia juga mendukung upaya tersebut dengan membentuk Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate Governance KNKCG melalui Surat
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri EKUIN No.Kep-10M.EKUIN081999 tentang Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance.
Secara umum,
KNKCG bertugas
untuk memformulasikan dan merekomendasikan kebijakan nasional tentang Good
Corporate Governance.Saat ini KNKCG telah menerbitkan Code of Good
2 Corporate Governance tahun 2001 yang berfungsi sebagaia cuan bagi
perusahaan di Indonesia dalam menerapkan pripsip Good Corporate Governance Forum for Corporation Governance in Indonesia, 2002.
Di negara-negara maju dengan ekonomi yang relatif makmur, Good Corporate Governance GCG sudah lama dikenal dan menjadi isu. Sedangkan
di Indonesia masalah ini muncul sejak terjadinya krisis moneter yang dimulai pada triwulan ketiga tahun 1997 LaporanCorporate Governance Perception
Index 2004, IICG. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini
membutuhkan ketahanan ditengah sengitnya persaingan. Salah satu usaha untuk menciptakan ketahanan dan daya saing bagi perusahaan ialah dengan
menggunakan internal auditor. Internal audit adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh pegawas perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat
dipercaya, efisiensi dan kegunaan catatan-catatan akuntansi perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk
membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang
diaudit Soeharmoro, 2012. Dalam penerapannya, corporate governance membutuhkan instrument
pendukung yang cukup memadai untuk memastikan tujuannya tercapai dengan baik salah satu instrumen yang dibutuhkan oleh penerapan sistem ini adalah
internal audit. Fungsi internal audit yang efektif mampu menawarkan sumbangan yang penting dalam meningkatkan proses corporate governance,
3 pengelolaan risiko dan pengendalian manajemen. Internal audit merupakan
pendukung utama bagi komisaris, komite audit, direksi dan manajemen senior dalam membentuk fondasi pengembangan corporate governance. Internal audit
secara structural bertanggungjawab kepada direktur utama, akan tetapi secara professional mempunyai akses langsung kepada komite audit atau lembaga
sejenisnya dalam perusahaan tersubut Suharto, 2003. Aspek penting lain pada tata kelola perusahaan yang baik telah
meningkat di Indonesia. Praktik tata kelola perusahaan yang buruk telah menyebabkan perusahaan yang memiliki kegagalan dalam bisnis mereka dan
munculnya kasus-kasus malpraktik keuangan. Sebagai hasilnya, good corporate governance GCG akhirnya menjadi isu penting di Indonesia karena
ada banyak kasus mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh komite korporasi di pasar modal yang ditandatangani oleh BABEPAM. Ini telah menunjukan
praktik tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia masih kurang dalam kualitas Gusnardi, 2011.
MenurutForum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, terdapat 3 tiga komite yang memiliki peran penting dalam penerapan GCG,
yakni Komite KompensasiRemunerasi, Komite Nominasi serta Komite Audit. Dalam struktur organisasi yang ideal berdasarkan konsep GCG, Komite Audit
membawahi fungsi audit internal atau Internal Audit Department IAD Agoes, 2012: 182.
Prinsip-prinsip tata kelola yang baik meliputi keadilan, akuntabilitas, transparasi dan tanggung jawab. Keadilan berarti bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar, bebas dari salah saji material dan sesuai dengan standar
4 akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu Pedoman Standar Akuntansi
Keuangan PSAK. Akuntabilitas termasuk tanggung jawab manajemen untuk membentuk pengawasan yang efektif melalui komite audit. Prinsip transparasi
berhubungan dengan kualitas informasi yang dirilis oleh perusahaan dan prinsip tanggung jawab yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan
dalam hal sosial, lingkungan dan ekonomi Ahalik dan Lavina, 2013. Sorotan utama mengenai kecurangan fraud pada umumnya dan
korupsi pada khususnya adalah pada kelemahan corporate governance atau kelemahan disektor korporasi maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini
sangat jelas terlihat dalam perkara-perkara korupsi dari pada penyelenggara negara. Secara teoritis dengan efficient market hypothesis dapat dijelaskan
bahwa perusahaan yang lemah governance nya, akan dihukum oleh pasar modal berupa lebih rendahnya harga saham meraka. Dengan kata lain, saham
mereka seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi apabila mereka mempunyai tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance
Tuanakotta, 2012: 44. Masih menurut Tuanakotta, 2012: 45 Konsultan manajemen
Mckinsey melakukan kajian global mengenai hal ini dalam tahun 2002. Hal yang dilihat adalah subtansi dari penerapan corporate governance dan bukan
bentuk luarnya substance over from. Syarat mengenai adanya dewan komisarisdan adanya direksi, mungkin saja seolah-olah terpenuhi. Namun, para
komisaris dan direktur adalah anggota keluarga atau ada komisaris independen,tetapi pemegang saham mayoritas sangat dominan dalam
pengambilan keputusan. Subtansi good corporate governance tidak ada karena penugasan oversight tidak berjalan.
5
Tabel 1.1 Contoh Kasus Kecurangan
Fraud No.
Nama Perusahaan Kasus
1. Bernard Madoff USA, 2008.
Buckhoff Thomas A dan Bonita K. Peterson Kramer,
2011 Penipuan yang dilakukan oleh
Bernard, fraud sebesar 50 miliar atau setara dengan Rp550 triliun, yang
menjadikannya fraud terbesar sepanjang sejarah. Skema penipuan
yang berupa skema investasi, dimana ia menjanjikan return tertentu bagi
investornya. Padahal kenyataannya, investasinya tidak menguntungkan
dan serupa dengan sistem money game atau gali lubang tutup lubang,
dimana investor dibayar dengan setoran dari investor baru.
2. Satyam
India, 2009. Bhasin Madan, 2012
Pemalsuan oleh pimpinan perusahaan terhadap saldo kas bank Satyam.
Dia juga memalsukan nilai pendapatan bunga diterima di muka
accrued interest, mencatat kewajiban lebih rendah dari yang
seharusnya understated liability dan menggelembungkan nilai piutang
overstated debtors.
3. New Century Financial
Indonesia, 2009. Grove Hugh and Elisabetta Basilico:
2011. Menyebabkan bangkrutnya New
Century Financial. Hasil investigasi mengungkapkan bahwa salah seorang
partner di KPMG menutupi kesalahan yang terdapat dalam Laporan
Keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menjaga hubungan bisnis dan
juga menjaga fee yang berasal dari New Century.
4. PT. KAI Indonesia, 2005.
Harian Kompas Tanggal 5 Agustus 2006
Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI Transparansi serta kejujuran
dalam pengelolaan lembaga. Perusahaan BUMN ini dicatat meraih
keuntungan sebesar Rp. 6,9 miliar, padahal apabila diteliti dan dikaji
lebih rinci seharusnya perusahaan menderita kerugian sebesar Rp. 63
miliar. Setelah hasil audit di teliti secara seksama terdapat kejanggalan
bahwa pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi
dalam laporan keuangan tersebut dimasukan sebagai pendapatan PT.
KAI selama tahun 2005.
Berlanjut halaman berikutnya
6
Tabel 1.1 Lanjutan No.
Nama Perusahaan Kasus
5. New Century Financial
Indonesia, 2009. Grove Hugh and Elisabetta Basilico:
2011. Menyebabkan bangkrutnya New
Century Financial. Hasil investigasi mengungkapkan bahwa salah seorang
partner di KPMG menutupi kesalahan yang terdapat dalam Laporan
Keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menjaga hubungan bisnis dan
juga menjaga fee yang berasal dari New Century.
6. PT. KAI Indonesia, 2005.
Harian Kompas Tanggal 5 Agustus 2006
Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI Transparansi serta kejujuran
dalam pengelolaan lembaga. Perusahaan BUMN ini dicatat meraih
keuntungan sebesar Rp. 6,9 miliar, padahal apabila diteliti dan dikaji
lebih rinci seharusnya perusahaan menderita kerugian sebesar Rp. 63
miliar. Setelah hasil audit di teliti secara seksama terdapat kejanggalan
bahwa pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi
dalam laporan keuangan tersebut dimasukan sebagai pendapatan PT.
KAI selama tahun 2005.
Sumber: Artikel - Artikel Dalam penelitian Castro, 2013 menyebutkan bahwa manajemen
memiliki kekuatan yang lebih atas tata kelola perusahaan pada sistem ekonomi yang terdesentralisasi, maka mereka dapat mengesampingkan pengendalian
internal. Karenanya, ketika manajer dapat memanipulasi tata kelola perusahaan, maka sistem pada perusahaan tidak memberikan tanggung jawab
sosial kepada masyarakat. Ketika manajemen mengalami kesulitan menjaga hubungan yang baik dengan pihak luar, hal ini akan menunjukkan manajemen
bermasalah. Auditor Internal harus mengamati perilaku dan gaya hidup manajemen ketika auditor berada dalam keraguan dari bukti yang diberikan.
7 Peran internal auditor juga berfokus lebih pada penyelesaian masalah
yang terjadi secara independen dan obyektif. Dengan demikian mengurangi kecurangan yang terjadi dalam perusahaan dan membuat perusahaan dapat
berjalan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance, sehingga tercipta sistem tata kelola yang baik, tepat guna dan terpercaya baik untuk pihak
internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan Soeharmoro, 2012. Menurut Tuanakotta, 2012:44 terjadinya kecurangan fraud pada
umumnya diakibatkan karena kelemahan disektor corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi. Secara teoritis dengan efficient market
hypotesis dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang lemah governance-nya akan dihukum oleh pasar modal berupa lebih rendahnya harga saham mereka.
dengan perkataan lain, saham mereka seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi kalau mereka mampunyai good corporate governance tata kelola
perusahaan yang baik. Penelitian mengenai efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian
Fraud terhadap Good Corporate Governance pernah dilakukan oleh Ratnaningsih, 2005 dengan
judul “Evaluasiatas Efektivitas Internal Auditor dalam Rangka Penerapan
Good Corporate Governance”. Penelitiannya menemukan bahwa fungsi pemeriksaan seorang internal auditor dipandang
efektif oleh karyawan yang menjadi responden atas kuesionernya dan menemukan bahwa internal auditor berpengaruh secara positif terhadap
penerapan GCG oleh suatu perusahaan. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang terletak pada variabel yang digunakan
dimana penelitian sebelumnya menggunakan 1 satu variabel independen
8 yaitu, Evaluasi atas Efektivitas Internal Auditor dan penelitian sekarang
menggunakan 2 dua variabel independen yaitu, Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud. Penelitian lain dilakukan oleh Japlani 2014
dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Penerapan Good Corporate Governance dengan Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pada
Perusahaan ”, Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
pendeteksian fraud terhadap good corpoerate governance. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang
berjudul
“Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan
Good Corporate Governance ”.
B. Perumusan Masalah