3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan November 2008 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratourium Mikrobiologi Hasil
Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi serta Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada persiapan sampel antara lain pisau, talenan, timbangan digital dan kertas label. Alat-alat untuk ekstraksi sampel antara lain
timbangan digital, gelas ukur, labu erlenmeyer, sudip kaca, kertas label, corong kaca, nyilon mesh, pipet tetes, kertas saring whatman, aluminium foil dan kapas
steril. Alat-alat untuk evaporasi ekstrak antara lain vacuum rotary evaporator dan botol steril. Alat-alat untuk uji aktivitas antibakteri antara lain tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet tetes, pipet mikro, bulp, autoklaf, jarum ose, bunsen, inkubator, vorteks, cawan petri, paper disc dan plastik wrapping.
Bahan yang digunakan sebagai sampel adalah kerang darah A. granosa yang diambil dari pasar ikan Muara Angke, Jakarta Utara. Bahan untuk ekstraksi
adalah pelarut teknis heksana, etil asetat dan metanol. Bahan untuk uji aktivitas antibakteri adalah kloramfenikol sebagai antibakteri standar, NB Nutrient Broth,
TSA Trypticase Soy Agar, media MHA Mueller Hinton Agar, bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, akuades, korek api, spiritus dan
alkohol 70. Sedangkan bahan untuk analisis fitokimia antara lain H
2
SO
4
2N, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, kloroform, H
2
SO
4
pekat, anhidrida asetat, serbuk magnesium dan amil alkohol.
3.3. Metode Kerja
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu analisis proksimat kerang darah, ekstraksi senyawa aktif dari kerang darah, uji aktivitas antibakteri dari
ekstrak yang dihasilkan, mengamati zona hambat yang dihasilkan pada penyimpanan suhu 10
o
C dan 30
o
C selama tujuh hari dan analisis fitokimia.
Analisis proksimat kerang darah meliputi uji kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat. Ekstraksi senyawa bioaktif dari kerang
darah dilakukan secara bertingkat dengan tiga pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya, yaitu heksana non polar, etil asetat semi polar dan metanol
polar. Ekstrak yang telah diperoleh kemudian diuji aktivitasnya sebagai senyawa antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. Ekstrak dengan
kemampuan penghambatan paling baik kemudian diamati zona hambatnya selama tujuh hari pada suhu 10
o
C dan 30
o
C dan dianalisis fitokimia untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam ekstrak.
3.3.1. Analisis proksimat a. Analisis kadar air AOAC 1995
Cawan kosong yang digunakan dikeringkan dalam oven selama 15 menit atau sampai diperoleh berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang. Sampel kira-kira sebanyak 5 gram ditimbang dan diletakkan dalam cawan kemudian dipanaskan dalam oven selama 24 jam
pada suhu 105
o
C. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang kembali. Persentase kadar air dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut: 100
B B2
- B1
air Kadar
× =
Keterangan : B = Berat sampel gram B1 = Berat sampel + cawan sebelum dikeringkan
B2 = Berat sampel + cawan setelah dikeringkan b. Analisis kadar abu AOAC 1995
Pengukuran kadar abu ditentukan dengan alat tanur. Cawan porselin dipanaskan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 5 gram sampel
dimasukkan dalam cawan porselin kemudian dibakar sampai tidak berasap lagi, lalu diabukan dalam tanur suhu 600
o
C sampai berwarna putih semua sampel menjadi abu dan berat konstan. Setelah itu didinginkan dalam
desikator dan ditimbang. Rumus perhitungan kadar abu adalah sebagai berikut:
100 g
sampel Berat
g abu
Berat abu
Kadar ×
=
c. Analisis kadar protein AOAC 1995 Sampel ditimbang sebanyak 1-2 gram lalu dimasukkan ke dalam labu
kjeldahl. Setelah itu ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
dan pelet kjeldahl kemudian sampel didihkan dalam ruang asam sampai larutan berwarna hijau kebiruan
jernih. Larutan jernih ini lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. Labu kjeldahl dibilas dengan aquades 1-2 ml kemudian air bilasan dimasukkan ke
dalam labu ukur, selanjutnya diencerkan dengan aquades hingga 100 ml. Sampel yang telah diencerkan dengan aquades dipipet sebanyak 10 ml
dan dimasukkan dalam alat destilasi, kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit NaOH 40 sebanyak 10 ml. Ujung tabung kondensor alat destilasi
harus terendam dalam erlenmeyer yang berisi larutan asam borat H
3
BO
3
4. Dilakukan pemanasan alat destilasi hingga larutan asam borat yang semula
berwarna merah muda menjadi berwarna hijau kebiruan. Selang kondensor kemudian dibilas dengan sejumlah aquades untuk menghindari kemungkinan
adanya nitrogen yang menempel pada selang. Setelah itu erlenmeyer yang telah menangkap nitrogen dari sampel dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga
terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Titrasi juga dilakukan terhadap larutan blanko.
100 sampel
Berat 14,007
HCl N
blanko HCl
ml -
sampel ml
N ×
× ×
=
6,25 N
Protein ×
= d. Analisis kadar lemak AOAC 1995
Metode yang digunakan dalam analisis lemak adalah metode ekstraksi soxhlet. Sampel sebanyak 5 gram dibungkus dengan kertas saring, setelah itu
kertas saring yang berisi contoh tersebut dimasukkan dalam labu soxhlet. Alat
kondensor diletakkan di bagian atas dan labu lemak diletakkan di bagian bawah. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam labu lemak secukupnya.
Selanjutnya dilakukan refluks selama minimal 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu lemak berwarna jernih.
Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi, dan pelarut ditampung kembali. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dipanaskan
di dalam oven pada suhu 105
o
C hingga mencapai berat tetap dan setelah itu didinginkan dalam desikator. Selanjutnya labu beserta lemak didalamnya
ditimbang dan berat lemak dapat diketahui. 100
g sampel
Berat g
lemak Berat
lemak Kadar
× =
e. Perhitungan kadar karbohidrat AOAC 1995 Perhitungan kadar karbohidrat dilakukan secara by different, yaitu dengan
menggunakan rumus: K.abu
- K.air
- K.protein
- K.lemak
- 100
t karbohidra
Kadar =
3.3.2. Ekstraksi senyawa bioaktif Darusman et al. 1994 Metode yang digunakan dalam ekstraksi senyawa aktif dari kerang darah
adalah metode ekstraksi bertingkat menurut Darusman et al. 1994 dengan tiga pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya, yaitu heksana non polar, etil asetat
semi polar dan metanol polar. Tahapan proses ekstraksi kerang darah meliputi penghancuran sampel, maserasi, penyaringan dan evaporasi. Tahap pertama
kerang dipisahkan dari cangkangnya, dicuci dan dicacah. Sampel yang telah dihancurkan kemudian ditimbang sebanyak 200 gram dan dimasukkan dalam
erlenmeyer kemudian dimaserasi dalam 400 ml pelarut perbandingan 1:2. Heksana dipilih sebagai pelarut pertama dikarenakan sifat heksana yang
melarutkan lilin, lemak dan minyak dari suatu bahan Harborne 1987, sehingga diharapkan dengan mengekstrak bahan dalam pelarut heksana terlebih dahulu
akan menghilangkan lemak yang akan mempermudah pengeluaran senyawa aktif dari bahan dengan pelarut-pelarut selanjutnya, yaitu etil asetat dan metanol.
Sampel dimaserasi dengan heksana selama 24 jam pada suhu ruang. Setelah 24 jam, sampel disaring menggunakan nyilon mesh sebagai saringan
kasar, selanjutnya penyaringan dengan corong kaca dan kertas saring whatman untuk memisahkan filtrat dengan ampas I. Ampas I kemudian dimaserasi dengan
pelarut etil asetat selama 24 jam, disaring sehingga diperoleh filtrat etil asetat dan ampas II. Ampas II selanjutnya dimaserasi dengan pelarut metanol selama 24
jam, disaring sehingga diperoleh filtrat metanol dan residu III. Filtrat heksana, filtrat etil asetat dan filtrat metanol yang diperoleh
selanjutnya dievaporasi dengan menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 40
o
C, sehingga diperoleh ekstrak kasar dari pelarut heksana, etil asetat dan metanol. Ekstrak yang diperoleh dimasukkan dalam botol steril untuk mencegah
kontaminasi kemudian disimpan dalam freezer. Tahapan proses ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 9.
3.3.3. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar kerang darah Anadara granosa Noer dan Nurhayati 2006
Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap ekstrak kerang darah A. granosa. Uji ini meliputi persiapan media padat TSA, persiapann media cair
NB, persiapan suspensi bakteri, persiapan media padat MHA, prosedur uji pendahuluan aktivitas antibakteri, prosedur uji aktivitas antibakteri dengan
berbagai konsentrasi dan pengukuran zona hambat. Bakteri uji yang digunakan adalah E. coli dan S. aureus. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan
metode difusi agar menggunakan paper disc. a Persiapan media padat TSA
Penyegaran bakteri uji, yaitu E. Coli dan S. aureus dilakukan pada
media TSA Trypticase Soy Agar. Media TSA dibuat dengan melarutkan
sebanyak 8 gram media TSA bubuk dalam aquades hingga volume 200 ml, lalu dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih. TSA dipipet sebanyak 9 ml
dalam tabung reaksi dan masing-masing tabung ditutup dengan kapas dan aluminium foil. Media lalu disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit. Setelah itu media dimiringkan sekitar 45
derajat dan dibiarkan hingga membeku. Setelah membeku media selanjutnya disimpan
dalam refrigerator.
Gambar 9 Tahapan proses ekstraksi Darusman et al. 1994. Keterangan: Produk
Proses Pemisahan daging dari cangkang
Penimbangan Pencacahan
Pencucian
Maserasi dengan heksana 24 jam Penyaringan
Evaporasi
Evaporasi Penyaringan
Evaporasi Maserasi dengan etil asetat 24 jam
Maserasi dengan metanol 24 jam Kerang darah Anadara granosa
Ekstrak kasar heksana
Ekstrak kasar etil asetat
Ekstrak kasar metanol Residu III
Ampas II Ampas I
Penyaringan Filtrat heksana
Filtrat etil asetat
Filtrat metanol
b Persiapan media cair NB Media NB Nutrient Broth dibuat dari 2,6 gram media NB bubuk yang
dilarutkan dalam aquades hingga volume 200 ml, selanjutnya dipanaskan
sambil diaduk hingga mendidih. NB dipipet sebanyak 9 ml kedalam tabung
reaksi dan masing-masing tabung ditutup menggunakan kapas dan alumunium foil. Sebelum digunakan, media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit. Setelah itu media didinginkan di tempat yang steril pada
suhu ruang. c Persiapan suspensi bakteri
Sebanyak 1 ose bakteri uji digoreskan pada media TSA dengan pola zig zag secara aseptik, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-24 jam. Setelah itu 1-2 ose bakteri uji dari media TSA dimasukkan ke dalam media
NB yang telah dingin secara aseptik. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-24 jam.
d Persiapan media padat MHA Media padat yang digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri
adalah media Mueller Hinton Agar MHA. MHA dibuat dengan melarutkan 7,6 gram media MHA bubuk dalam aquades hingga volume 200 ml, kemudian
dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih. Larutan dipipet 15 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan masing-masing tabung ditutup dengan
kapas dan alumunium foil. Sebelum digunakan, media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit. Media didinginkan pada suhu ruang sampai agar membeku. Setelah membeku, media disimpan dalam
refrigerator. e Uji pendahuluan aktivitas antibakteri modifikasi Noer dan Nurhayati 2006
Media MHA cair sebanyak 15 ml ditambah dengan 20 μl bakteri uji
yang telah diukur OD-nya Optical Density antara 0,6-0,8 Lalitha 2004 pada panjang gelombang 600 nm, masing-masing 0,788 E. coli dan 0,723
S. aureus. Media yang telah ditambah dengan bakteri uji dihomogenkan dengan vorteks, kemudian segera dituangkan ke dalam cawan petri steril dan
digoyangkan membentuk angka delapan agar lebih menyebar secara merata.
Media agar tersebut didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit atau sampai agar membeku.
Ekstrak kerang darah yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri adalah ekstrak kerang darah dengan pelarut etil asetat dan ekstrak kerang
darah dengan pelarut metanol karena ekstrak kerang darah dengan pelarut heksana yang diperoleh sangat sedikit. Dalam uji aktivitas antibakteri, setiap
paper disc diberi ekstrak sebanyak 20
μl dengan konsentrasi 2 20 mg ekstrak yang dilarutkan dalam 1 ml metanol. Konsentrasi kloramfenikol yang
digunakan sebagai antibakteri kontrol juga sama dengan konsentrasi ekstrak yang digunakan, yaitu 2. Setelah seluruh pelarut ekstrak pada paper disc
menguap, masing-masing paper disc diletakkan dalam cawan petri yang telah berisi agar dan bakteri, kemudian cawan petri dilapisi dengan plastik wrapping
untuk menghindari kontaminasi dan disimpan dalam inkubator dengan posisi terbalik pada suhu 37
o
C selama 18-20 jam. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dengan mengamati zona hambat yang terbentuk disekitar paper disc. Diagram
alir uji pendahuluan aktivitas antibakteri dapat dilihat pada Gambar 10. f Prosedur uji aktivitas antibakteri pada berbagai konsentrasi ekstrak
modifikasi Darusman et al. 1994 Media MHA sebanyak 15 ml dalam keadaan cair ditambahkan dengan
20 μl bakteri uji yang telah diukur OD-nya Optical Density antara 0,6-0,8
Lalitha 2004 pada panjang gelombang 600 nm, masing-masing 0,797 E. coli dan 0,750 S. aureus, kemudian divorteks agar homogen dan segera
dituangkan ke dalam cawan petri steril dan digoyangkan membentuk angka delapan agar menyebar secara merata. Media tersebut didiamkan pada suhu
ruang selama beberapa saat agar membeku. Ekstrak kerang darah yang digunakan adalah ekstrak kerang darah
dengan pelarut etil asetat dan ekstrak kerang darah dengan pelarut metanol, dengan konsentrasi masing-masing paper disc adalah 2, 3,5, 5 dan 6,5
modifikasi Darusman et al. 1994 sebanyak 20 μl. Konsentrasi kloramfenikol
yang digunakan sebagai antibakteri kontrol juga sama dengan konsentrasi ekstrak yang digunakan, yaitu 2, 3,5, 5 dan 6,5. Paper disc dibiarkan
sampai pelarutnya menguap, kemudian masing-masing paper disc diletakkan
dalam cawan petri berisi MHA dan bakteri yang telah membeku, kemudian cawan petri dilapisi dengan plastik wrapping untuk mencegah kontaminasi
dan selanjutnya diinkubasi dengan posisi terbalik selama 18-20 jam pada suhu 37
o
C. Diagram alir uji aktivitas antibakteri pada berbagai konsentrasi ekstrak dapat dilihat pada Gambar 11. Setelah diinkubasi selama 18-20 jam,
selanjutnya dilakukan pengamatan zona bening selama tujuh hari pada ekstrak dengan kemampuan penghambatan paling baik dengan penyimpanan pada
suhu 10
o
C dan pada suhu 30
o
C untuk mengetahui kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri modifikasi Darusman et al. 1994.
Gambar 10 Tahapan uji pendahuluan aktivitas antibakteri
modifikasi Noer dan Nurhayati 2006. Keterangan: Produk
Proses Penghomogenan dengan vorteks
Penuangan agar ke dalam cawan petri steril
Pendinginan selama 15 menit atau sampai agar membeku
Pemberian 20 μl ekstrak pada paper disc dengan konsentrasi 2
Peletakkan paper disc ke dalam cawan yang telah berisi bakteri uji
Inkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-20 jam dalam posisi terbalik Penginokulasian bakteri 20
μl dalam 15 ml media MHA
Pengamatan dan pengukuran zona bening
g Pengukuran zona hambat Aktivitas antibakteri dinyatakan positif apabila terbentuk zona hambat
berupa zona bening disekeliling paper disc dan aktivitas antibakteri dinyatakan negatif apabila tidak terbentuk zona bening. Diameter zona
hambat dihitung dengan rumus sebagai berikut: B
- A
hambat Zona
=
Keterangan : A = Diameter zona hambat yang terbentuk mm
B = Diameter kertas cakram mm
Gambar 11 Tahapan uji aktivitas antibakteri pada berbagai konsentrasi ekstrak modifikasi
Darusman et al
. 1994. Keterangan: Produk
Proses Penghomogenan dengan vorteks
Penuangan agar ke dalam cawan petri steril
Pendinginan selama 15 menit atau sampai agar membeku
Pemberian paper disc ekstrak 20 μl dengan konsentrasi 2,
3,5, 5 dan 6,5
Peletakkan paper disc ke dalam cawan yang telah berisi bakteri uji
Inkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-20 jam dalam posisi terbalik Penginokulasian bakteri 20
μl dalam 15 ml media MHA
Pengamatan dan pengukuran zona bening
3.3.4. Analisis fitokimia Identifikasi komponen aktif yang berperan sebagai antibakteri dalam
kerang darah A. granosa dilakukan terhadap senyawa alkaloid, flavonoid dan steroid Darusman et al. 1994 dengan metode sebagai berikut Harborne 1987:
a Alkaloid Harborne 1987 Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2N
kemudian diuji dengan tiga pereaksi Alkaloid, yaitu pereaksi Dragendorff, Meyer dan Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila pereaksi Meyer terbentuk
endapan putih kekuningan, endapan cokelat dengan pereaksi Wagner dan endapan merah sampai jingga dengan pereaksi Dragendorff.
b Steroid Harborne 1987 Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung reaksi
yang kering. Ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidrida asetat dan 3 tetes H
2
SO
4
pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif.
c Flavonoid Harborne 1987 Sejumlah sampel ditambah serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil
alkohol campuran asam klorida 37 dan etanol 95 dengan volume sama dan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah,
kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN