sebesar 0,60. Kadar karbohidrat kerang darah contoh sebesar 3,75. Nilai tersebut telah sesuai dengan kadar kerang secara umum menurut Poedjiadi 1994
yang menyebutkan bahwa kadar karbohidrat kerang adalah 3,6. Perbedaan kadar proksimat kerang darah contoh dengan kerang pada
umumnya diduga karena terjadinya perbedaan waktu dan lokasi pengambilan contoh. Dugaan tersebut diperkuat oleh pernyataan Trilaksani dan Nurjanah
2004 diacu dalam Erianto 2005 yang menjelaskan bahwa perbedaan komposisi kimia kerang darah terjadi karena adanya perbedaan waktu dan lokasi
pengambilan contoh. Komposisi kimia kerang sangat bervariasi, tergantung pada spesies, jenis kelamin, umur, musim dan habitat.
4.2. Ekstraksi Komponen Bioaktif
Tahap ekstraksi merupakan tahap awal ekstraksi senyawa bioaktif dari kerang darah. Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode ekstraksi bertingkat menurut Darusman et al. 1994. Pelarut yang digunakan dalam ekstaksi ini berturut-turut adalah heksana non polar, etil asetat
semi polar dan metanol polar. Kesempurnaan esktraksi bertingkat tergantung pada jenis ekstraksi yang dilakukan, terutama apabila ekstraksi dilakukan secara
berulang dengan jumlah pelarut sedikit demi sedikit. Ekstraksi dengan pelarut heksana dilakukan pada awal proses dengan tujuan memisahkan lipid dari bahan
sehingga tidak menghalangi keluarnya senyawa bioaktif pada ekstraksi dengan pelarut-pelarut berikutnya. Proses ekstraksi selanjutnya digunakan pelarut etil
asetat untuk mengekstrak senyawa semi polar dan terakhir pelarut metanol untuk mengekstrak senyawa polar.
Proses maserasi dilakukan selama 24 jam dengan cara merendam sampel dalam pelarut dengan perbandingan 1:2. Pengadukan dilakukan sebanyak
beberapa kali untuk meningkatkan tumbukan antara partikel bahan yang diekstraksi dengan pelarut sehingga komponen bioaktif yang keluar dari jaringan
dan larut dalam pelarut juga semakin meningkat. Tahap selanjutnya adalah tahap pemisahan yang terdiri dari penyaringan
dan evaporasi. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan ampas kerang darah dengan filtrat yang mengandung senyawa aktif. Tahap evaporasi dilakukan dalam
penguap putar yang hampa rotary vacuum evaporator pada suhu tidak terlalu tinggi 30-40
o
C untuk mencegah terjadi kerusakan pada komponen aktif. Ekstraksi kerang darah dengan tiga jenis pelarut menghasilkan ekstrak dari
pelarut heksana, ekstrak dari pelarut etil asetat dan ekstrak dari pelarut metanol dengan berat masing-masing ekstrak ditunjukkan pada Tabel 6. Ekstrak yang
diperoleh dari ekstraksi kerang darah merupakan ekstrak kasar karena belum mengalami pemurnian. Pemurnian ekstrak kasar dapat dilakukan dengan
fraksinasi untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari golongan utama yang lainnyaHarborne 1987.
Tabel 6 Berat ekstrak kasar kerang darah A. granosa
Jenis pelarut Berat ekstrak mg
Heksana Etil asetat
Metanol 3,00±1,40
107,50±3,50 995,50±0,70
Ekstrak kerang darah dengan pelarut heksana yang dihasilkan berupa pasta kental yang berwarna kuning, ekstrak kerang darah dengan pelarut etil asetat yang
dihasilkan berupa pasta kental yang berwarna cokelat muda dan ekstrak kerang darah dengan pelarut metanol yang dihasilkan berupa pasta kental yang berwarna
cokelat tua. Gambar ekstrak kerang darah ditunjukkan pada Gambar 12. Ekstrak kerang darah tertinggi dihasilkan dari pelarut polar yaitu metanol sebesar
995,50±0,70 mg dan ekstrak terkecil diperoleh dari pelarut non polar yaitu heksana sebesar 3,00±1,40 mg. Pelarut metanol dapat menghasilkan rendemen
paling besar diduga karena kemampuan metanol dalam mengikat komponen- komponen dari kerang darah lebih baik daripada pelarut etil asetat dan heksana.
Hasil tersebut didukung dengan pernyataan yang menjelaskan bahwa metanol merupakan pelarut alkohol paling sederhana yang dapat membentuk ikatan
hidrogen dan dapat bercampur dengan air hingga kelarutan tak terhingga, sehingga metanol sering digunakan sebagai pelarut dalam proses isolasi senyawa-
senyawa organik Fessenden dan Fessenden 1997. Disamping itu, metanol juga dapat melarutkan alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula,
asam amino, glikosida serta beberapa senyawa non polar seperti lilin, minyak dan lemak. Pelarut semi polar seperti etil asetat dapat mengekstrak senyawa fenol,
terpenoid, alkaloid, aglikon dan aglisida Harborne 1987. Ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi dengan pelarut heksana memiliki nilai yang rendah
dikarenakan heksana merupakan pelarut non polar yang biasa digunakan untuk memisahkan lipid dari bahan.
Gambar 12 Ekstrak kerang darah. Keterangan: A = Ekstrak kerang darah dengan pelarut heksana
B = Ekstrak kerang darah dengan pelarut etil asetat C = Ekstrak kerang darah dengan pelarut metanol
Jumlah ekstrak kerang darah yang diperoleh dari hasil penelitian ini sangat sedikit, karena daging kerang yang diekstrak dicacah secara kasar, diduga dengan
pencacahan lebih halus akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak karena partikel pelarut akan lebih banyak yang bertumbukan dengan partikel bahan.
Waktu ekstraksi juga diduga berpengaruh terhadap jumlah ekstrak kerang darah yang dihasilkan. Pada penelitian ini ekstraksi kerang darah dilakukan selama 24
jam, apabila waktu ekstraksi ditambah, diduga jumlah senyawa aktif yang terekstrak juga akan meningkat. Perbandingan pelarut dengan bahan pada
penelitian ini adalah 1:2, apabila jumlah pelarut ditambah, diduga juga akan meningkatkan jumlah ekstrak. Dugaan tersebut diperkuat oleh pustaka yang
menyatakan bahwa hasil ekstraksi yang diperoleh tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah senyawa, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran
B A C
partikel sampel, kondisi ekstraksi, lama ekstraksi dan perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah sampel Houghton Raman 1998.
Bobot ekstrak dengan pelarut heksana, ekstrak dengan pelarut etil asetat dan ekstrak dengan pelarut metanol kerang darah yang dihasilkan dapat digunakan
untuk mengetahui nilai rendemen ekstrak. Rendemen merupakan perbandingan antara bobot ekstrak yang dihasilkan dengan bobot awal dan dinyatakan dalam
persen. Rendemen ekstrak kerang darah mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kepolaran pelarut yang digunakan Gambar 13.
Gambar 13 Rendemen ekstrak kerang darah dengan tiga jenis pelarut. Gambar 13 menunjukkan bahwa rendemen terbesar ekstrak kerang darah
adalah ekstrak dengan pelarut metanol, yaitu sebesar 0,4978 dan ekstrak terkecil adalah ekstrak dengan pelarut heksana sebesar 0,0015, sedangkan ekstrak
dengan pelarut etil asetat yang dihasilkan sebesar 0,0538. Rendemen ekstrak dengan pelarut metanol dan pelarut etil asetat pada kerang darah yang cukup besar
menunjukkan bahwa komponen organik pada kerang darah diduga bersifat polar polar dan semi polar karena dapat larut pada pelarut metanol dan etil asetat.
0,0538 0,4978
0,0015 0.00
0.10 0.20
0.30 0.40
0.50 0.60
Heksana Etil asetat
Metanol
Jenis Pelarut R
e n
d e
men
Rendemen Ekstrak Kerang
Darah
4.3. Uji Aktivitas Antibakteri