berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, risiko tertinggi dari keempat komoditas tersebut adalah bayam hijau. Sementara
berdasarkan pendapatan bersih pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, risiko tertinggi dimiliki oleh komoditas cabai keriting. Analisis risiko
yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.
2.2 Aspek Usahatani Bawang Merah
Santoso 2007 dalam penelitiannya mengenai penetapan luas lahan minimum untuk pertanaman bawang merah di daerah sentra produksi Kabupaten
Tegal menyatakan bahwa luas lahan minimal yang harus dimiliki petani agar optimal dan mampu mencukupi kebutuhan berdasarkan tingkat usahatani adalah
seluas 3750 m
2
. Petani bawang merah dalam mengusahakan lahannya dapat disarankan pada luasan antara 0,25 – 0,5 hektar. Luas lahan 3750 m
2
tersebut juga dapat meningkatkan produktivitas lahan, apabila pemberian input pupuk utama
optimal. Untuk mengatasi hal tersebut, petani dapat menguapayakan pengadaan input secara optimal, pengetahuan cuaca lingkungan tanam, pengetahuan pola
tanam, penggabungan manajemen usahatani pada luasan lahan yang kurang dari 0,25 hektar menjadi luas lahan antara 0,25 – 0,5 hektar.
Damanah 2008 di dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler Kecamatan
Argapura Kabupaten Majalengka, menyatakan bahwa usahatani bawang merah di lokasi tersebut layak. Hal ini dapat dilihat dari nilai RC atas biaya total dan RC
atas biaya tunai yaitu 4,04 dan 1,97 untuk lahan sedang, 3,47 dan 1,65 untuk lahan sempit, serta 3,09 dan 1,88 untuk lahan luas. Sementara dari hasil analisis
sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di daerah penelitian sangat sensitif terhadap perubahan harga pupuk. Kenaikan harga pupuk sebesar 10
persen menyebabkan rasio RC atas biaya tunai sebesar 13 persen pada usahatani lahan sempit, 18 persen pada usahatani lahan sedang, dan 11 persen pada
usahatani lahan luas. Handayani 2007 dalam penelitiannya mengenai analisis keunggulan
komparatif dan kompetitif usahatani bawang merah konvensional dan organik di Kabupaten Brebes, menyatakan bahwa nilai RC usahatani bawang merah organik
lebih besar dibanding usahatani bawang merah RC usahatani bawang merah konvensioanl yaitu 1,51 dan 1,34. Dari hasil analisis keunggulan komparatif dan
kompetitif terhadap usahatani bawang merah konvensional dan organik, kedua- duanya sama-sama memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Analisis
sensitivitas keunggulan komparatif menunjukkan bahwa usahatani bawang merah konvensional memiliki kecenderungan tetap layak secara ekonomi untuk di
diusahakan terhadap perubahan harga bayangan output, bibit, dan tenaga kerja, sedangkan usahatani organik juga memiliki kecenderungan tetap layak diusahakan
kecuali pada peningkatan harga bayangan bibit menghasilkan KBSD yang lebih kecil dari satu. Analisis sensitivitas keunggulan kompetitif menunjukkan bahwa
ushatani bawang merah konvensional dan organik memiliki kecenderungan tetap layak secara finansial diusahakan kecuali pada usaha organik menjadi tidak layak
pada saat terjadi peningkatan harga bibit. Julekha 2006 melakukan penelitian mengenai analisis curahan kerja,
pendapatan dan pengeluaran petani bawang merah di Desa Tegalglagah Brebes. Dalam penelitiannya tersebut disimpulkan bahwa petani pemilik lahan lebih
banyak mencurahkan waktunya di dalam usahatani dibanding petani penggarap. Hal ini dikarenakan pendapatan usahatani tidak mengcukupi bagi kebutuhan
petani penggarap. Pendapatan rumah tangga petani pemilik lahan dalam usahatani lebih besar daripada pendapatan luar usahatani, sebaliknya petani penggarap
mendapatkan pendapatan dari luar usahatani lebih besar daripada dari pendapatan dalam usahatani. Pengeluaran usahatani dari petani pemilik lahan dan petani
penggarap terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi dan investasi pendidikan. Dalam penelitian ini, peubah endogen yang dipengaruhi secara nyata oleh
peubah penjelasnya mengenai model rumah tangga petani bawang merah adalah : produksi bawang merah dipengaruhi oleh luas lahan, curahan kerja keluarga
dalam usahatani,dan biaya total produksi. Curahan kerja keluarga dalam usahatani dipengaruhi oleh jumlah angkatan kerja dan pendapatan dalam usahatani. Curahan
kerja keluarga di luar usahatani dan umur kepala rumah tangga. Pendapatan dalam usahatani dipengaruhi oleh produksi bawang merah, pengalaman bertani, luas
lahan, dan dummy status petani. Pendapatan luar usahatani dipengaruhi dipengaruhi oleh curahan kerja luar usahatani dan dummy status petani.
Hamid 2004 melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani bawang merah di desa Dumeling
Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Penelitian ini menduga pengaruh tiga belas faktor yang meliputi jumlah bibit, lama penyimpanan bibit, luas lahan
garapan, biaya untuk obat-obatan, biaya untuk pupuk secara keseluruhan yang meliputi UREA, ZA, KCl, DAP, dan pupuk jenis lain yang digunakan petani,
jumlah tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani bawang merah, umur tanaman, lama pengalaman bertani bawang merah, usia petani, tingkat pendidikan formal,
pendapatan di luar usahatani bawang merah dan modal yang digunakan untuk bertani bawang merah terhadap tingkat pendapatan usahatani bawang merah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Ordinary Least Square OLS.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketiga belas faktor tersebut secara keseluruhan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah. Diantara
faktor tersebut ada yang berpengaruh secara positif maupun negatif. Hampir keseluruhan faktor berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani bawang
merah, kecuali faktor pendidikan formal. Seluruh faktor bebas yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah bersifat inelastis. Faktor-faktor
tersebut ada yang mempunyai elatisitas positif maupun negatif. Faktor yang mempunyai elatisitas positif terbesar adalah faktor umur tanaman, dan faktor yang
mempunyai elastisitas positif terkecil adalah faktor jumlah tenaga kerja keluarga. Rostriningrum 2004 di dalam penelitian analisis produksi dan pemasaran
usahatani bawang merah di desa Banjaranyar Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes menyatakan bahwa rata-rata produksi bawang merah di desa Banjaranyar
adalah sebesar 10.330,4 kilogram dengan harga rata-rata pada saat itu sebesar Rp. 2.232,5 per kilogram. Dari hasil analisis terhadap saluran pemasaran, didapatkan
kesimpulan bahwa pemasaran bawang merah belum efisien dilihat dari tingkat efisiensi teknis. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat keuntungan pedagang besar
dan besarnya penyusutan. Selain itu, dari segi keterpaduan pasar di tingkat petani di Kecamatan Brebes dengan pasar Induk Kramat Jati PIKJ menunjukkan
adanya keterpaduan pasar jangka panjang yang kuat antara tingkat petani dengan konsumen. Dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomi belum tercapai antara petani
di Kecamatan brebes dengan PIKJ. Kekuatan harga di tingkat petani dan di tingkat pasar acuan PIKJ bersama-sama berpengaruh dalam pembentukan harga
pada pasar lokal.
2.3 Kajian Perilaku Penawaran