Kerangka Pemikiran Operasional Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes

Sumber : Mankiw 2000

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang cukup strategis di Indonesia. Hal ini dikarenakan fungsi bawang merah sebagai bahan utama bumbu makanan di seluruh Indonesia sehingga tingkat permintaannya sangat tinggi. Menurut data Ditjen Hortikultura 2008 tingkat produksi bawang merah di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya. Tingkat produktivitas bawang merah pun relatif menurun dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan pada kegiatan produksi bawang merah. Atau dengan kata lain terdapat faktor risiko pada kegiatan produksi bawang merah yang berpotensi menimbulkan kerugian. Seperti halnya karakteristik produksi di sektor pertanian, aktivitas produksi bawang merah sangat bergantung pada kondisi alam. Setidaknya terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat produksi bawang merah yaitu ketersediaan dan harga faktor-faktor produksi, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Faktor-faktor tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi bawang merah di tingkat petani yang berpotensi menimbulkan kerugian. Sebagaimana teori penawaran, perilaku penawaran suatu komoditas dipengaruhi oleh tingkat produksinya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditas yaitu harga, harga input produksi, teknologi, harga produk lain, jumlah produsen, dan harapan produsen di masa yang akan datang. Sebagai daerah sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia, kabupaten Brebes menjadi pemasok utama bawang merah untuk kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu perlu diketahui sejauh mana tingkat produksi bawang merah di Kabupaten Brebes. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis mengenai tingkat risiko produksi dan perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Dengan mengetahui besarnya tingkat risiko produksi, maka petani dapat mengetahui seberapa besar potensi keuntungan dan kerugian yang mungkin diperoleh dari usahatani bawang merah. Dalam penelitian ini, faktor- faktor yang mempengaruhi penawaran bawang merah yang dianalisis meliputi variabel harga, harga input produksi, dan harapan produsen di masa yang akan datang serta aspek risiko produksi. Alur pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 9. Gambar 9. Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan : : tidak dianalisis Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan risiko produksi seperti ketersediaan dan harga faktor produksi, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Kemudian melihat bagaimana perilaku penawaran bawang merah dengan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhinya termasuk aspek risiko yaitu nilai variasi harga dan produksi bawang merah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10. Perilaku Penawaran bawang merah Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran bawang merah : Harga bawang merah Harga input : harga pupuk, harga bibit Harapan produsen di masa mendatang Teknologi Harga produk lain subtitusi Produksi bawang merah Risiko produksi Jumlah produsen Risiko Harga Output dan Input Gambar 10 . Langkah-langkah dalam Melakukan Analisis Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes Bawang merah sebagai komoditas hortikultura strategis di Indonesia Perilaku penawaran bawang merah di pasar Brebes sebagai daerah sentra produksi terbesar di Indonesia Fluktuasi produksi bawang merah di Brebes Permasalahan produksi : § Ketersediaan dan harga faktor produksi § Pengaruh hama dan penyakit tanaman § Faktor iklim dan cuaca § Analisis risiko produksi Tingkat risiko produksi bawang merah di Brebes Analsis perilaku penawaran bawang merah di Brebes Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran : § Harga bawang merah § Harga benih § Harga pupuk Urea, NPK, TSP, KCl, ZA § Nilai ekspektasi produksi § Nilai variasi harga dan harga bibit § Nilai variasi produksi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan dengan mengambil lokasi penelitian yaitu di delapan dari empat kecamatan di Kabupaten Brebes yang merupakan sentra produksi bawang merah terbesar seperti tercantum pada Tabel 3. Keempat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Brebes, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, dan Kecamatan Larangan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Adapun pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2009. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive karena beberapa pertimbangan. Pertama, Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Kedua, kecamatan-kecamatan tersebut merupakan daerah sentra produksi bawang merah terbesar dari seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Brebes seperti terlihat pada Tabel 6. Ketiga, pengembangan agribisnis bawang merah di Brebes seringkali mendapatkan hambatan yaitu adanya ancaman bencana alam seperti banjir. Adapun pemilihan desa juga dilakukan secara purposive sesuai dengan rekomendasi dari masing- masing kecamatan. Tabel 6. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah per Kecamatan di Kabupaten Brebes Tahun 2007 No . Kecamatan Luas Lahan Ha Presentas e Produksi Kw Presentas e Produktivita s KwHa 1 Larangan 5.273 23 566.300 22 98,95 2 Ketanggunga n 897 4 81.214 3 90,54 3 Banjarharjo 233 1 20.900 1 89,7 4 Losari 823 4 53.098 2 64,52 5 Tanjung 775 3 69.019 3 89,06 6 Kersana 727 3 60.907 2 83,78 7 Bulakamba 2.174 9 279.621 11 128,62 8 Wanasari 7.154 31 918.544 36 128,56 9 Songgom 683 3 73.827 3 108,09 10 Jatibarang 992 4 96.686 4 97,47 11 Brebes 3.179 14 310.829 12 97,78 Total 22.910 100 2.530.94 5 100 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes 2008

4.2 Metode Penentuan Sampel