Analisis Data Nilai Gizi Pakan

3. Konversi pakan diperoleh dengan perbandingan antara rata-rata konsumsi bahan kering dan rata-rata pertambahan berat badan per satuan waktu, 4. Perilaku makan dan preferensi pakan diamati dengan pencatatan data secara Time sampling yaitu mencatat jenis pakan yang dipilih pada tiap interval 30 menit setiap jam. Pengamatan dilakukan selama 9 jam tiap hari dari jam 07.30 WIB-17.00 WIB. Pengamatan perilaku makan dan preferensi pakan dilakukan selama 10 hari, 5. Pengukuran suhu kandang dilakukan dengan menggunakan thermometer yang dilakukan setiap hari pada pagi hari pukul 08.00 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB dengan menggantungkan thermometer di dalam kandang. 6. Metode wawancara mendalam in-depth interview, yaitu wawancara kepada staff yang bertugas di penangkaran. Wawancara dilakukan secara mendalam dan berulang untuk memahami jawaban dari pertanyaan yang diajukan secara luwes, terbuka, tidak baku dan informal Boyce et al. 2006.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber pustaka serta lembaga atau instansi yang berkaitan dengan penelitian, merupakan data awal yang dikumpulkan sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, yang berguna untuk menunjang keabsahan dan pendalaman dalam menganalisis data yang akan dilakukan.

3.5 Analisis Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis dan disajikan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan perilaku makan rusa. Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui: a. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin 4 x 4 Mattjik dan Jaya 2006, dengan model matematis sebagai berikut : Y ijk = μ + αi + j + k + ∑ijk; dimana : Y ijk = nilai pengamatan dari perlakuan ke-k dalam baris ke-i dan kolom ke-j μ = nilai rata-rata α-i = pengaruh rusa ke-i; 1-4 -j = pengaruh periode ke-j; 1-4 -k = pengaruh perlakuan ke-k; 1-4 ∑ ijk = kesalahan baku error b. Konversi pakan dengan menggunakan rumus : , Keterangan : r kons BK = rata-rata konsumsi bahan kering; r PBB = rata- rata pertambahan bobot badan, c. Konsumsi bahan kering dengan menggunakan rumus : , Keterangan : KHS = Konsumsi hijauan segar, selisih antara jumlah hijauan yang diberikan dan jumlah hijauan yang tersisa ; BK = Bahan kering, d. Tabel ANOVA dihitung dengan menggunakan SPSS Statistic 15.0. Kriteria pengujian jika T hitung T tabel maka terima H0 tidak ada hubungan antara parameter yang diuji dan jika T hitung T tabel maka tolak H0 pada tarif nyata ada hubungan antara parameter yang diuji. BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lingkungan Fisik 4.1.1 Letak dan luas Hutan Penelitian HP Dramaga terletak di Desa Setu Gede dan Desa Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 244 m di atas permukaan laut. Hutan Penelitian Dramaga pertama kali dibangun pada tahun 1956 seluas 57,75 ha oleh Balai Penyelidikan Kehutanan. Secara geografis lokasi ini terletak pada 6 γγ’8’’-6 γγ’γ5’’ LS dan 106 44’50’’-106 105’19’’ BT. Hutan Penelitian Dramaga memiliki luas sekitar 57,75 ha dengan 10 dari luasan tersebut 35,85 ha digunakan oleh CIFOR Center for International Forestry Research untuk perkantoran dan fasilitas kerja dan seluas 11,9 ha berfungsi sebagai areal penyangga. Di tepi Hutan Penelitian Dramaga terdapat danau atau telaga kecil yaitu Setu Gede dengan luasan 6 ha yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bogor dan merupakan salah satu tempat rekreasi warga Bogor Gambar 7. Gambar 7 Lokasi penangkaran rusa timor di HP Dramaga, Bogor. Sumber: Setio et al. 2011.

4.1.2 Topografi dan tanah

Hutan Penelitian Dramaga berada pada topografi datar sampai agak bergelombang dengan kelerengan 0-6 . Tanah di areal Hutan Penelitian Dramaga termasuk latosol coklat kemerahan dengan bahan induk tufvolkan intermedier fisiografi vulkan. Pada bagian atasnya dan berangsur-angsur lebih cerah pada lapisan dalam. Tekstur tanahnya terdiri dari liat sampai berdebu halus, struktur gumpal sampai remah dan gembur. Batas lapisan umumnya baur, drainase sedang sampai baik dan air tanahnya dalam sekitar 8 – 12 m Parisy et al. 1999.

4.1.3 Iklim

Parisy et al. 1999 mengemukakan bahwa Hutan Penelitian Dramaga menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson 1953 termasuk ke dalam tipe A dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3.940 mm dan tidak memiliki bulan kering. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Kelas I Dramaga tahun 2005-2007, suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober 26,23 C dan terendah pada bulan Februari 25,33 C. Kelembaban tertinggi pada bulan Februari 89,33 dan terendah pada bulan September 77 . Curah hujan tertinggi pada bulan Februari 364 mm dan terendah pada bulan Agustus 71,5 mm sedangkan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2383,5 mm.

4.1.4 Sarana dan prasarana

Takandjandji 2004 mengemukakan bahwa terdapat beberapa sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan dalam suatu penangkaran rusa diantaranya kandang, pagar, areal pengembangan pakan, tempat makan, tempat minum, jalan kontrol, saluran air dan gudang peralatan. Hutan Penelitian Dramaga memiliki sarana dan prasarana berupa perkantoran, bangunan yang mencakup kandang, pagar, gudang peralatan, perumahan karyawan dan areal pengembangan pakan. Di samping itu, HP Dramaga memiliki beberapa sarana dan prasarana penting lainnya diantaranya Danau Setu Gede yang banyak dikunjungi oleh warga Bogor maupun wisatawan lain di luar Bogor sebagai tempat rekreasi, serta penangkaran satwa rusa timor dan trenggiling Gambar 8. a b c Gambar 8 a Sarana dan prasarana penangkaran rusa timor di HP Dramaga; b kandang trenggiling; c danau Setu Gede.

4.1.5 Penangkaran rusa timor

Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mengembangkan salah satu kegiatan penangkaran rusa timor Rusa timorensis yang diresmikan pada tahun 2008 dengan luasan 7,0 Ha. Penangkaran tersebut diberi nama Pusat Pengembangan Teknologi Rusa Timor. Perkembangan penangkaran rusa Hutan Penelitian Dramaga sampai tahun 2012, populasi rusa timor terdiri dari 51 individu rusa timor Rusa timorensis de Blainville, 1822 dengan komposisi jumlah jantan dewasa 13 individu, jumlah betina dewasa 23 individu, remajamuda dengan umur 6-18 bulan sebanyak 4 individu dan anakan dengan umur 6 bulan ke bawah sebanyak 11 individu. Areal penangkaran diperuntukkan untuk kandang semi alami 5.0 Ha dan kebun penanaman pakan 2,0 Ha. Kebun pakan merupakan satu sarana yang sangat penting di dalam penangkaran karena produktivitas dan perkembangbiakan satwa sangat tergantung oleh pakan Garsetiasih 2007. Kandang semi alami terdiri dari kandang individu, kandang jepit, lorong penggiringan, kandang pedok, kandang pembiakan dan kandang pembesaran. Selain itu, terdapat pula sarana prasarana pendukung penangkaran rusa yaitu pengolahan limbah, pos penjagaan, kantor pusat informasi dan gudang. Kandang individu merupakan kandang khusus yang berukuran 2x2x1,5 m berguna untuk rusa yang sedang sakit dan untuk perlakuan keperluan penelitian. Limbah pakan maupun feses rusa dikumpulkan ke dalam bak limbah berukuran 2x2x1 m 3 sebanyak 2 unit dan 4x2x1 m 3 sebanyak 1 unit untuk dijadikan kompos yang bermanfaat bagi tanaman pakan rusa. 4.2 Lingkungan Biologi 4.2.1 Flora Flora yang terdapat di HP Dramaga merupakan hasil introduksi sebanyak 130 jenis tumbuhan mencakup 88 marga dan 33 famili. Jenis tanaman asing terdiri dari jenis pohon berdaun jarum Gymnospermae tiga jenis dari marga pinus dan jenis daun lebar Angiospermae 39 jenis 34 marga, 18 famili khusus marga khaya dan terminalia. Jenis pohon introduksi berasal dari negara beriklim tropis dan sub tropis. Jenis tanaman asli Indonesia terdiri dari marga Agathis, Pinus, Podocarpus, Shorea, Eugenia, Dipterocarpus dan Hopea. Jenis tumbuhan bawah yang terdapat di bawah tegakan pohon pada HP Dramaga, terdiri dari jukut kakawatan Cynodon dactylon, paku kawat Lycopodium cernuum, kirinyuh Eupatorium pallescens, paku areuy Gleichenia linearis dan harendong Melastoma polyanthum. Dari koleksi yang ada terdapat beberapa jenis unggulan HP Dramaga diantaranya Hopea mengarawan, Khaya anthotheca, Shorea stenoptera dan Shorea pinanga Parisy et al. 1999.

4.2.2 Fauna

Jenis fauna yang terdapat dalam HP Dramaga adalah ular tanah Agkistrodon rhodostoma, tupai atau bajing Lariscus sp, dan musang Paradosurus hermaphroditus. Menurut Solihati 2007, jenis burung yang terdapat di HP Dramaga sebanyak 29 jenis terdiri dari 21 suku, dua jenis diantaranya merupakan burung endemik Pulau Jawa yakni Spizaetus bartelsi dan Stachyris grammiceps. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Lonchura leucogastroides, Sterptopelia chinensis dan Prinia familiaris. Menurut Takandjandji 2009 fauna yang terdapat di HP Dramaga yaitu mamalia sebanyak 14 jenis, reptil sebanyak 12 jenis dan aves sebanyak 31 jenis. Potensi satwa tersebut mempunyai nilai penting sebagai tambahan objek wisata yang terpadu dengan pengembangan penangkaran rusa. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Nilai Gizi Pakan

Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan energi bruto Tabel 5. Tabel 5 Komposisi nutrisi pakan yang digunakan Kode BK Abu PK SK LK BETN Ca P EB kkal Sorgum 14,81 1,52 1,99 6,32 0,54 4,43 0,11 0,05 628,00 Rumput Gajah 21,10 1,89 2,89 10,05 0,13 6,14 0,09 0,08 902,00 Kaliandra 13,22 0,89 3,42 4,15 0,11 4,70 0,15 0,05 604,00 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB 2011. Keterangan: BK : Bahan Kering PK : Protein Kasar SK : Serat Kasar LK : Lemak Kasar BETN : Bahan Extrak Tanpa Nitrogen Ca : Calcium P : Phospor EB : Energi Bruto kkal Tabel 5 menunjukkan sorgum memiliki persentase lemak kasar lebih tinggi dari rumput gajah dan kaliandra yang berguna sebagai sumber energi kedua setelah karbohidrat yang mampu meningkatkan bobot badan rusa. Leimeheriwa 1990 menyatakan bahwa lemak dalam biji sorgum sangat berguna bagi satwa dan manusia sebagai energi, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak dan tengik dalam produk bahan pangan. Sorgum juga mengandung zat anti gizi yaitu tanin yang menyebabkan rasa sepat terutama pada sorgum yang mempunyai kulit biji berwarna tua sehingga kurang disukai rusa. Rumput gajah mengandung bahan kering dan serat yang tinggi, seperti terlihat dari hasil analisis proksimat. Hijauan yang dikonsumsi rusa sebaiknya mengandung air. Secara garis besar air, protein, lemak dan energi disebut sebagai unsur nutrisi makro, sedangkan yang lainnya merupakan unsur nutrisi mikro yang tingkat kebutuhannya relatif lebih rendah. Kebutuhan nutrisi umumnya menggunakan bahan kering yaitu kondisi dimana kandungan air telah dihilangkan melalui pemanasan. Semiadi dan Nugraha 2004 mengemukakan bahwa penggunaan bahan kering merupakan cara yang paling tepat karena unsur air dalam setiap jenis pakan sangat bervariasi. Hartanto 2008 melaporkan bahwa rumput gajah mengandung BK 23,70 , Abu 29,85 , PK 10,3 , SK 25,7 dan LK 0,99 . Kandungan nutrisi rumput gajah selama penelitian lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Hartanto 2008 diduga karena rumput gajah yang diberikan tidak ditentukan berdasarkan umur muda atau tua nya serta pemotongan rumput gajah di lokasi penelitian tidak melihat umur. Umur pemotongan terbaik pada rumput gajah agar memperoleh nilai nutrisi yang baik adalah pada ketinggian batang tidak mencapai lebih dari 1,5 m terutama pada musim kemarau Semiadi dan Nugraha 2004. Berdasarkan penelitian Setio et al. 2011 menunjukkan bahwa sorgum merupakan pakan yang disukai rusa timor dengan indeks preferensi 2,29 kali dikonsumsi tanpa sisa. Umur pemotongan terbaik pada rumput gajah agar memperoleh nilai nutrisi yang baik adalah pada ketinggian batang yang mencapai labih dari 1,5 m terutama pada musim kemarau Semiadi dan Nugraha 2004. 5.2 Konsumsi Pakan Rusa Timor Rusa timorensis 5.2.1 Konsumsi bahan kering