Kinerja Pemupukan Kinerja Unit Penanam dan Pemupuk

42

5.3.2. Kinerja Penanaman

Jarak tanam benih diukur dari tempat jatuhnya benih-benih jagung setelah penanaman. Jarak tanam benih yang dihasilkan masih bervariasi yaitu 22 cm sampai 32 cm dengankoefisien keseragaman 10.35. Jarak tanam yang bervariasi tersebut karena slip roda penggerak yang cukup besar. Kedalaman penanaman benih berkisar antara 1 sampai 3 cm, sedangkan kedalaman benih yang diharapkan adalah 5 cm. Hasil penanaman ini dilakukan pada panjang tangkai pembuka alur maksimum. Agar tercapai kedalamn yang diharapkan, tangkai pembuka alur dapat diganti dengan ukuran yang lebih panjang. Pengujian prototipe di lapangan menghasilkan jumlah benih tiap lubang berkisar antara 1 sampai 2 benih dengan rata-rata 1.53 butir benih. Banyaknya benih tiap lubang tanam dipengaruhi oleh ukuran benih dan tingkat keseragaman benih. Celah metering device akan terisi oleh satu benih yang berukuran besar. Sedangkan benih yang berukuran kecil dapat mengisi celah metering device lebih dari satu butir benih. Hasil lahan setelah pengujian kinerja mesin dapat dilihat pada Gambar 54. Gambar 54. Hasil penanaman dan pemupukan

5.3.3. Kinerja Pemupukan

Pengujian dosis pemupukan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 55. Jarak antara alur benih dan alur berkisar antara 11 cm sampai 12 cm. Untuk alur pupuk urea, jarak rata-rata dari alur benih adalah 11 cm sedangkan untuk alur campuran pupuk TSP dan KCl adalah 10.8 cm. Data lengkap hasil pengujian jarak alur benih dan pupuk disajikan pada Lampiran 5. Kedalaman pupuk masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Seperti yang terlihat pada Gambar 56, saluran pupuk kurang masuk ke dalam tanah sehingga pupuk jatuh di atas permukaan tanah setelah alur pupuk menutup. Saluran pupuk perlu dibuat dengan panjang yang sesuai dengan kedalaman pembuka alur sehingga pupuk dapat masuk ke dalam tanah. 43 Gambar 55. Pengujian dosis di lahan Gambar 56. Penempatan pupuk di lapangan Gambar 57. Dosis pengeluaran pupuk urea 5 10 15 20 30 42 45 60 Do sis g m Bukaan Metering Device cm Pengujian Stasioner Pengujian Lapangan Perhitungan Teoritis 44 Perbandingan jumlah pupuk urea yang dikeluarkan dapat dilihat pada Gambar 57. Hasil dari pengujian stasioner pupuk urea sudah mendekati perhitungan teoritis. Tetapi hasil dari pengujian lapangan menunjukkan jumlah yang lebih rendah. Pada pengujian unit pemupuk di lapangan terjadi kemacetan roda penggerak, sehingga metering device tidak berputar seperti seharusnya. Sifat pupuk yang higroskopis membuat pupuk cepat menggumpal serta melekat pada dinding hopper dan metering device. Dosis pupuk urea yang direncanakan adalah 150 kgha atau 8.09 gm alur dengan bukaan metering device 42 mm. Dilihat dari data pengujian pada Lampiran 4, panjang alur terbuka rotor metering device yang paling mendekati kebutuhan pemupukan urea adalah 60 mm, yaitu dengan dosis 168.70 kgha atau 12.65 gm alur. Walaupun terjadi kemacetan roda penggerak, dosis pupuk pada pengujian stasioner, pengujian lapangan dan perhitungan teoritis campuran pupuk TSP dan KCl tidak jauh berbeda Gambar 58. Misalnya pada bukaan metering device 45 mm, dosis pupuk pada pengujian stasioner 19.91 gm, pengujian lapangan 21.58 gm, dan perhitungan teoritis 18.26 gm. Campuran pupuk TSP dan KCl tidak lengket dan tidak mudah menggumpal seperti pupuk urea. Pupuk KCl juga memiliki ukuran butiran yang halus sehingga lebih mudah jatuh ke dalam saluran penempatan pupuk ketika mesin mulai dihidupkan. Gambar 58. Dosis pengeluaran campuran pupuk TSP dan KCl

5.3.4. Kapasitas Lapangan