Rangka Utama Penjatah Benih

15

4.2.1. Rangka Utama

Rangka utama terbuat dari besi plat setebal 6 mm. Modifikasi rangka dilakukan untuk mengubah posisi poros metering device. Posisi metering device akan diturunkan 5 cm agar hopper benih dan pupuk tidak mengganggu penggunaan tuas-tuas pada traktor. Bentuk rangka disesesuikan dengan posisi unit penanam yang berada di bagian tengah. Perubahan posisi lubang poros juga mempertimbangkan posisi alat pembuat guludan yang nantinya juga akan dipasang bersamaan. Rancangan modifikasi rangka utama dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Bentuk rangka dan posisi metering device sebelum a dan setelah modifikasi b

4.2.2. Penjatah Benih

Prototipe mesin sebelumnya menggunakan penjatah tipe lempeng bercelah yang dipasang pada posisi miring. Penjatah ini memiliki kinerja yang cukup baik pada rancangan mesin sebelumnya. Masalah pada saat pengujian adalah benih tersangkut pada celah sehingga benih tidak dapat jatuh. Ukuran celah bagian bawah metering device dapat diperbesar agar benih yang masuk dapat jatuh dengan lancar. Jadi penjatah benih seperti pada Gambar 14 tetap dipakai pada perancangan mesin ini. Sistem transmisi digunakan untuk meneruskan daya putar dari roda penggerak menuju poros metering device Gambar 15. Sistem ini juga berfungsi untuk mengatur jumlah putaran sehingga sesuai dengan kebutuhan poros metering device. Bagian ini tidak diubah karena tidak ada modifikasi sistem penjatahan benih. Jadi sistem transmisi yang digunakan adalah sproket, rantai, dan bevel gear. Pada poros roda penggerak menggunakan sproket dengan jumlah gigi sebanyak 14 buah dan 18 buah untuk poros penggerak metering device. Untuk mengubah arah putaran pada metering device benih digunakan 2 buah bevel gear dengan 14 buah gigi. Dengan celah metering device sebanyak 6 buah dan diameter roda penggerak sebesar 30 cm, maka jarak tanam benih menurut dapat dihitung menggunakan persamaan 1 Syafri, 2010. 16 Gambar 14. Penjatah benih Gambar 15. Rancangan sistem transmisi yang digunakan 1 Keterangan: J tanam = jarak tanam benih cm G 1 = jumlah gigi sproket pada poros roda penggerak buah G 2 = jumlah gigi sproket pada poros metering device buah b 1 = jumlah gigi bevel gear pada poros utama metering device buah b 2 = jumlah gigi bevel gear pada poros metering device benih buah j c = jumlah celah metering device benih buah.  = asumsi kemacetan roda penggerak. Dengan kombinasi beberapa ukuran sproket, hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. 17 Tabel 4. Data hasil perhitungan jarak tanam benih jagung No D roda Macet Roda G 1 G 2 b 1 b 2 C b J tanam cm buah buah buah buah buah cm 1 30 5 14 16 14 14 6 18.85 2 30 5 14 18 14 14 6 21.21 3 30 5 16 18 14 14 6 18.56 4 30 5 16 20 14 14 6 20.62 5 30 5 18 20 14 14 6 18.33 Untuk menghasilkan jarak tanam benih 20 cm, maka dipilih kombinasi sproket nomor 2, yaitu G 1 = 14, G 2 = 18, b 1 = 14, dan b 1 = 14.

4.2.3. Penjatah dan Pengatur Dosis Pupuk