1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data resmi statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik BPS No. 7811Th. XVI, 6 November 2013 tentang keadaan
ketenagakerjaan pada Agustus 2013, di mana disebutkan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 6,25
persen, mengalami peningkatan dibanding TPT Februari 2013 sebesar 5,92 persen dan TPT Agustus 2012 sebesar 6,14 persen.
1
Tabel 1.1 Penduduk Usia 15 Tahus Ke Atas
Berdasarkan Jenis Kegiatan Utama 2012-2013 Juta Orang Jenis Kegiatan Utama
2012 2013
Febuari Agustus Febuari
Agustus
Bekerja 112,80
110,81 114,02
110,80 Menganggur
7,61 7,24
7,17 7,39
Tingkat Pengangguran Terbuka 6,32
6,14 5,92
6,25
Berdasarkan data statistik di atas dapat dicermati bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka TPT setiap tahun semakin tinggi, salah satu
faktornya adalah dikarenakan saat ini banyaknya lulusan yang mencari kerja sementara lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan pertumbuhan lulusan
dunia pendidikan yang akhirnya menambah angka pengangguran. Di samping itu masih lemahnya pengembangan keterampilan hidup life skill yang
diberikan oleh sekolah, sehingga ketika keterbatasan lapangan kerja menjadi kendala, para lulusan tidak memiliki cukup keahlian untuk dapat membuka
lapangan pekerjaan. Seorang wirausahawan berperan dalam menyediakan lapangan
pekerjaan. Terserapnya tenaga kerja dengan kesempatan kerja yang disediakan oleh wirausahawan, tingkat pengangguran secara nasional menjadi
1
Badan Pusat Statistik No. 7811Th. XVI, 6 November 2013
berkurang. Menurunnya angka pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan per kapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya
perekonomian secara nasional. Peran wirausahawan dalam perekonomian nasional meliputi: pertama, menciptakan lapangan pekerjaan. Kedua,
mengurangi pengangguran. Ketiga, meningkatkan produktivitas nasional. Dan keempat, meningkatkan pendapatan masyarakat.
2
Salah satu tempat untuk belajar menjadi wirausahawan adalah di sekolah. Sekolah sebagai salah satu penyelenggara pendidikan bertanggung
jawab terhadap perkembangan setiap pribadi peserta didik. Wirausaha sendiri adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan
menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam
rangka meraih sukses. Mengajarkan peserta didik berwirausaha sejak dini memiliki banyak
manfaat. Pertama, sedini mungkin dapat mengasah kreativitas peserta didik, kemudian ia akan mampu memberikan terobosan atas masalah yang akan
dihadapi nanti. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
3
Maksud dari mengasah kreativitas adalah peserta didik mampu menghasilkan ide-ide segar dan
terbuka terhadap gagasan baru. Dengan memiliki kreativitas dalam berusaha, maka peserta didik akan selalu memiliki terobosan baru untuk usahanya dan
memilki peluang usaha untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kedua, membangun kepercayaan diri peserta didik yang kelak akan
dibutuhkan. Percaya diri adalah memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan diri sendiri. Dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi maka
peserta didik memiliki sebuah daya yang mampu memberikan dukungan dan
2
Herlan Firmansyah, Romi F, dan Agus A, Advanced Learning Economics 3 for Grade XII Senior High School, Jil.3, Ed. 2, Grafindo Media Pratama : Bandung, 2012, h. 190
3
Eman Suherman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan, cet. 2,Alfabeta : Bandung , 2010, h. 11
kemantapan dalam mengambil keputusan serta dengan memiliki kepercayaan diri peserta didik mampu melihat potensi yang ada di dalam dirinya dan hal
itu akan membuka pintu sukses. Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan agar peserta didik terbiasa
berani untuk menjadi seorang pemimpin dan dapat mengambil keputusan. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain agar mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Kepimpinan merupakan proses mengarahkan perilaku orang lain ke arah pencapaian suatu tujuan tertentu,
maka pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu.
4
Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil memimpin para karyawannya
dengan baik. Keempat, dapat melatih kemandirian peserta didik. Mandiri diartikan
tidak selalu tergantung pada orang lain. Kemandirian mendorong individu
untuk berprestasi dan berkreasi, mendorong menjadi manusia yang produktif dan efisien serta membawanya ke arah kemajuan.
Banyak media yang dapat menjadi alat pengembangan potensi wirausaha di lingkungan sekolah. Pertama, membentuk unit kegiatan siswa
dalam rangka melatih kompetensi wirausaha dengan membuat beragam jenis kerajinan tangan peserta didik. Kedua, membuat
“kantin jujur” yang dimaksudkan untuk melatih kejujuran peserta didik karena kejujuran
merupakan salah satu ciri orang yang memiliki karakrer wirausaha. Ketiga, memberdayakan koperasi sekolah. Koperasi sekolah adalah salah satu
program yang dapat dimanfaatkan dan memiliki kekhasan tersendiri dibanding program sekolah lainnya. Hal ini dikarenakan Koperasi Sekolah
memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai organisasi pendidikan sekaligus sebagai organisasi usaha.
4
Nana Herdiana, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan, cet. 1 CV Pustaka Setia : Bandung, 2013, h. 98
Koperasi pada hakikatnya adalah suatu bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keuntungan. Ketika definisi koperasi itu
disandingkan dengan kata sekolah di mana sekolah merupakan wadah untuk mendidik seseorang terampil dalam melakukan sesuatu maka definisi
koperasi sekolah adalah wadah bagi peserta didik untuk bekerja sama dengan tujuan belajar bagaimana caranya mendapatkan keuntungan.
Peningkatan koperasi boleh dibilang suatu upaya untuk menjadikan peserta didik memiliki karakteristik wirausahawan. Sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa dengan lebih banyaknya wirausahawan di Indonesia maka perekonomian Indonesia juga akan semakin maju. Salah satu
sekolah yang sudah mulai memanfaatkan koperasi sebagai wadah pembelajaran wirausaha adalah SMKN 1 Kota Tangerang yang beralamatkan
di Jl. Perintis Kemerdekaan II Kota Tangerang. Namun, sayangnya masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam hal: Pertama, koperasi sekolah
belum dijalankan secara profesional. Maksudnya adalah belum terlihat cukup signifikan berjalannya struktur manajemen yang dijalankan di koperasi
sekolah. Kedua, keterlibatan siswa dalam penyelenggaraan koperasi sekolah
belum terlaksana secara optimal. Kegiatan peserta didik di koperasi sekolah masih sebatas menangani pekerjaan yang bersifat teknis belum sampai kepada
manajemen pengelolaannya. Maksudnya adalah peserta didik tidak diberikan kewenangan yang cukup untuk dapat terlibat secara penuh terhadap
pengelolaan koperasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan sampai kepada tahap evaluasi.
Ketiga, belum optimalnya pemberdayaaan koperasi sekolah sebagai sarana dalam menumbuhkan karakter wirausahawan pada siswa. Seyogyanya
koperasi sekolah menjadi salah satu alternatif terbaik dalam mengenalkan siswa berwirausaha, terlebih lagi dalam mengajarkan siswa menumbuhkan
karakteristik wirausawahan sesuai dengan karakteristik wirausahawan yang baik.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan komitmen yang kuat dari Kepala Sekolah dengan cara memberikan pelatihan kepada pengelola
koperasi, guru, dan juga peserta didik mengenai bagaimana cara mengelola koperasi sekolah yang tepat agar peran koperasi dapat lebih optimal.
Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik mengkaji lebih jauh tentang koperasi sekolah yang terangkum dalam judul
“Peran Koperasi Sekolah dalam Menumbuhkan Karakter Wirausahawan Pada Siswa di
SMKN 1 Kota Tangerang
.”
B. Identifikasi Masalah