21
point. Keragaman SMP berdasarkan asam lemak dan bentuknya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Beberapa Jenis Asam Lemak dan Titik Lelehnya
Jenis
Atom Karbon SMP dalam berbagai bentuk °C
Asam Lemak
a
monoasilgliserol
b
1,3-diasilgliserol
b
triasilgliserol
b
As Butirat C 4:0
-7.9 -
- -
Kaproat C 6:0
-3 -
- -
Kaprilat C 8:0
16.0-17.0 -
- -
Kaprat C 10:0
31.0 -
- -
Laurat C 12:0
44.0-46.0 63
57.8 46.4
Miristat C 14:0
58.8 70.5
66.8 57.0
Palmitat C 16:0
63.0-64.0 77
76.3 63.5
Stearat C 18:0
69.0-70.0 81.5
79.4 73.1
Oleat C 18:1
13.0-14.0 35.2
21.5 5.5
Linoleat C 18:2
-6.5 12.3
-2.6 -13.1
Linolenat C 18:3
-12.8 15.7
-12.3 -24.2
Arakhidat C 20:0
75.5 -
- -
Behenat C 22:0
74.0-78.0 -
- -
Erukat C 22:1
33.8 -
- -
Olein sawit
C
Stearin
C
- -
18.0-20.0 48.0-50.0
- -
- -
- -
a
Anonim 2007
b
Johnson dan Davenport 1971
c
Gunstone dan Norris 1983
2. KARAKTERISTIK KIMIA a. BILANGAN IOD
Bilangan iod digunakan untuk mengukur derajat ketidakjenuhan suatu minyak atau lemak. Bilangan iod akan menunjukkan jumlah rata-rata ikatan rangkap
yang terdapat pada sampel minyak sehingga dapat juga digunakan sebagai spesifikasi untuk menentukan jenis minyak atau lemak Weiss 1983. Jika bilangan iod dari
setiap formulasi minyak campuran dapat diketahui, maka komponen asam lemak yang terkandung dalam minyak campuran dapat diketahui derajat ketidakjenuhannya.
O’Brien 1994 berpendapat bahwa analisis bilangan iod merupakan cara sederhana dan cepat untuk menentukan kandungan kimia di dalam minyak atau lemak. Zaliha
et.al. 2004 melaporkan bahwa bilangan iod juga dapat dipengaruhi oleh proses produksi minyak. Sehingga bilangan iod menjadi salah satu parameter penting dalam
pengujian kualitas minyak atau lemak. Nilai minimum bilangan iod CPO menurut SNI 01-3555-1998 adalah sebesar 56 g iod100 g sampel.
b. BILANGAN PEROKSIDA
Chang 2000 menyebutkan bahwa Bilangan Peroksida merupakan salah satu parameter untuk menentukan tingkat kerusakan pada minyak akibat proses oksidasi.
Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya membentuk
22
peroksida. Peroksida adalah komponen yang dapat mempercepat oksidasi. Bilangan peroksida yang rendah menandakan bahwa kerusakan oksidatif belum dimulai dan
masih relatif stabil terhadap oksidasi. Aplikasi termal dapat memicu pembentukan peroksida. Nilai peroksida minyak sawit RBDPO maksimum mengacu pada SNI 01-
3555-1998 adalah sebesar 1 meq O
2
kg.
c. KADAR ASAM LEMAK BEBAS
Kadar Asam Lemak Bebas ALB merupakan korelasi dari kadar air sekaligus indikator pendugaan kerusakan minyak lebih lanjut. ALB merupakan
senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Senyawa ini dapat terikat sebagai gliserida maupun bebas akibat adanya hidrolisis. Nilai asam lemak bebas menunjukkan tingkat
kerusakan minyak. Kadar ALB yang tinggi menandakan minyak memiliki mutu buruk. Ketaren 1986 menyatakan bahwa kadar ALB yang tinggi dapat dikurangi
dengan proses netralisasi pada minyak tersebut sebelum digunakan sebagai bahan baku. Nilai ALB maksimum margarin menurut SNI 01-3555-1998 adalah sebesar
0.3 dihitung sebagai asam lemak oleat dari 100 lemak yang diuji.
23
IV. METODE PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PT Sinar Meadow International Indonesia, yang berlokasi di Jalan Pulo Ayang I No.6 Jakarta Industrial Estate Pulogadung, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan pada
divisi Quality Management dan berlangsung selama 5 lima bulan, dimulai pada tanggal 14 Februari 2011 dan berakhir pada tanggal 6 Juli 2011.
B. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan, antara lain: minyak sawit, olein sawit dari supplier 1, olein
sawit dari supplier 2, thiosulfat 0.1 N, sikloheksan, larutan Wijs, dan akuades. Sedangkan alat-alat dan
instrumen yang digunakan, antara lain: Bruker The Minispec Nuclear Magnetic Resonance NMR Solid Fat Content Analyzer, tabung SFC, tabung erlenmeyer, termometer, penangas air, magetic
stirrer, pipet, dan gelas piala.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Garis besar metode penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Metode Penelitian
1. PENGUJIAN BAHAN BAKU a. BILANGAN IOD
Pengujian bilangan Iod mengacu pada PORIM p3.2 1995. Sebanyak 0.4-0.5 g sampel minyaklemak ditimbang dalam Erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 15 ml
kloroform untuk melarutkan sampel. Sebanyak 25 ml pereaksi Wijs dimasukkan ke dalam campuran tersebut, dikocok, dan ditempatkan dalam ruang gelap selama 1 jam.
Setelah itu, dilanjutkan dengan penambahan air destilata sebanyak 150 ml. Campuran dalam Erlenmeyer itu dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0.1N dan dikocok agak kuat hingga warna kuning hampir hilang. Titrasi dihentikan sejenak lalu dilakukan
penambahan 1-2 ml indikator pati ke dalam campuran tersebut. Titrasi kemudian dilanjutkan lagi hingga warna biru hilang. Bilangan iod sampel dihitung menggunakan
rumus:
Pengujian Bahan Baku
Formulasi Oil blend antara Minyak sawit dan Olein sawit
Analisis SFC Oil blend Analisis SMP Oil blend