Kehilangan Berat Metode Pengujian SNI 01.7207-2006

4.1.1 Kehilangan Berat

Nilai kehilangan berat contoh uji menunjukkan dimakan atau tidaknya sebuah contoh uji yang diumpankan ke rayap. Nilai kehilangan berat papan partikel mempunyai nilai yang bervariasi untuk pengujian keawetan dengan menggunakan metode pengujian SNI.Nilai persentase kehilangan berat masing-masing contoh uji papan partikel kerapatan rendah dan sedang kayu sengon, cempaka dan manglid pada pengujian keawetan menggunakan metode SNI selengkapnya disajikan pada Lampiran 1. Rata-rata persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah dari keempat jenis berkisar antara 2,75-7,51. Sementara itu, persentase nilai kehilangan berat papan partikel kerapatan sedang dari keempat jenis berkisar antara 2,39-4,15. Rata-rata nilai persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah dan sedang kayu sengon, cempaka dan manglid pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Kehilangan berat papan partikel pada pengujian menggunakan metode SNI Kerapatan Kehilangan berat papan partikel Sengon Cempaka Manglid Campuran Rendah 7,51 6,86 2,75 6,50 Sedang 4,15 3,16 2,39 2,48 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah lebih tinggi dibandingkan papan partikel kerapatan sedang. Persentase kehilangan berat papan partikel hasil pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Gambar 6. Pengujian keawetan contoh uji baik papan partikel menggunakan metode SNI memberikan nilai persentase kehilangan berat yang bervariasi . Untuk mengetahui pengaruh jenis dan kerapatan target papan partikel terhadap kehilangan berat maka dilakukan pengujian secara statistik. Hasil anlisis sidik ragam disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat papan partikel menggunakan metode SNI Sumber DB JK KT F Sig. Jenis Papan Partikel 3 41,38 13,80 27,61 0,00 Kerapatan 1 37,75 37,76 75,56 0,00 Jenis Papan Partikel Kerapatan 3 11,49 3,83 7,67 0,00 Eror 16 7,99 0,50 Hasil analisis ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa faktor jenis, faktor kerapatan target papan partikel dan interaksi kedua faktor memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap respon kehilangan berat contoh uji. Faktor jenis kayu berpengaruh sangat nyata terhadap nilai kehilangan berat. Nilai kehilangan berat pada papan partikel baik kerapatan rendah maupun sedang untuk kayu sengon, cempaka dan manglid metode pengujian menunjukkan hasil yang bervariasi. Papan partikel sengon mempunyai nilai kehilangan berat tertinggi sedangkan papan partikel manglid mempunyai nilai kehilangan berat terendah pada pengujian menggunakan metode SNI. Hal ini diduga karena karakteristik komponen kimia pada tiap jenis kayu yang berbeda, khususnya komponen ekstraktif yang terkandung dalam tiap jenis kayu yang berbeda-berbeda. Menurut Tsoumis 1991, zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu yang terdapat dalam kayu seperti tannin, alkaloid, saponin, fenol, quinon, dan dammar. Berdasarkan hasil analisis keragaman Tabel 8, faktor kerapatan papan partikel berpengaruh sangat nyata terhadap kehilangan berat. Hal ini berarti bahwa kehilangan berat contoh uji dipengaruhi oleh kerapatan papan partikel. Nilai kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah dan sedang pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Gambar 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan papan partikel sedang. Hal ini diduga papan partikel kerapatan sedang lebih kompak dan lebih berat dibandingkan papan partikel kerapatan rendah. Hasil Penelitian Hadi dan Febrianto 1992 menunjukkan bahwa kerapatan papan yang lebih tinggi serta kadar perekat yang lebih tinggi akan menghasilkan papan yang lebih kompak, sehingga rayap akan sulit mencapai zat kayu dibanding dengan kerapatan papan yang lebih rendah. Keberadaan perekat urea formaldehida 12 pada papan partikel diduga menyebabkan rayap lebih sulit menembus partikel kayu karena terhalang oleh keberadaan perekat in ini. Selain itu, hasil penelitian Fajriani 2011 menunjukkan kehilangan berat papan partikel kerapatan 0,8 gcm³ lebih kecil dibandingkan dengan kehilangan berat papan partikel kerapatan 0,6 gcm³. Hasil analisis sidik ragam juga dilihat pengaruh dari interaksi tiap faktor terhadap kehilangan berat. Interaksi antara jenis dengan kerapatan papan partikel memberikan pengaruh yang sangat nyata alpha 0,05. Untuk mengetahui taraf kombinasi perlakuan mana yang bagus dan berpengaruh nyata maka dilakukan pengujian lanjut. Hasil uji statistik interaksi antara jenis dengan kerapatan papan partikel disajikan secara lengkap pada Lampiran 11. Hasil Uji Lanjut mengenai pengaruh interaksi antara jenis dengan kerapatan papan partikel pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil uji lanjut interaksi jenis dengan kerapatan papan partikel terhadap kehilangan berat untuk metode SNI KehilanganBerat Duncan a,,b InteraksiJenisPapanPartikel dengan Kerapatan N Subset 1 2 3 Campuran 0,4 3 2,39 Campuran 0,6 3 2,48 Cempaka 0,4 3 2,75 Manglid 0,4 3 4,15 Manglid 0,6 3 4,57 Cempaka 0,6 3 6,50 Sengon 0,6 3 6,87 Sengon 0,4 3 7,51 Sig. 0,56 0,48 0,12 Pengaruh interaksi antara jenis dengan kerapatan papan partikel pada pengujian menggunakan SNI yang nyata menunjukkan besarnya peningkatan kerapatan papan partikel yakni 0,4 gcm 3 dan 0,6 gcm 3 mempengaruhi nilai kehilangan berat papan partikel. Hasil pengujian lanjut menunjukkan bahwa kehilangan berat papan partikel manglid kerapatan rendah tidak berbeda nyata dengan kehilangan berat papan partikel manglid kerapatan sedang, namun berbeda nyata dengan papan partikel sengon, cempaka dan campuran pada tingkat kerapatan rendah dan sedang. Hal ini diduga kayu manglid mempunyai ketahanan alami yang tinggi. Misalnya pada pengujian menggunakan metode SNI, kehilangan berat papan partikel manglid kerapatan sedang2,39 lebih rendah dibandingkan kehilangan berat papan partikel manglid kerapatan rendah 2,75 tetapi nilai kehilangan berat papan partikel manglid kerapatan sedang 2,39 lebih rendah dibandingkan kehilangan berat papan partikel sengon, cempaka dan campuran kerapatan rendahberturut-turut 7,51, 6,86 dan 6,50. Nilai persentase kehilangan berat masing-masing contoh uji kayu solid sengon, cempaka dan manglid pada pengujian keawetan menggunakan metode SNI selengkapnya disajikan pada Lampiran. Rata-rata persentase kehilangan berat sengon, cempaka dan manglid berkisar antara 3,98- 22,22. Rata-rata nilai persentase kehilangan berat kayu solid sengon, cempaka dan manglid pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Tabel 10 dan hubungan secara skematis data kehilangan berat dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 10Kehilangan berat kayu solid sengon, cempaka dan manglid pada pengujian menggunakan metode SNI Kayu Solid Kehilangan berat Sengon 22,22 Cempaka 6,75 Manglid 3,98 Menurut hasil penelitian, kayu sengon termasuk kelas awet V . Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Martawijaya et al. 1989 bahwa kayu sengon termasuk kelas awet IV-V. Kayu cempaka termasuk kelas awet II 3,52–7,50. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mandang dan Pandit 1997 yang menyatakan bahwa kayu cempaka termasuk kelas awet II tahan. Kayu manglid termasuk kelas awet II 3,52-7,50. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Heyne 1987 bahwa kayu manglid termasuk kelas awet II tahan. Kayu manglid dan kayu cempaka mempunyai kelas keawetan yang sama, yakni kelas awet II. Sementara itu, kayu sengon mempunyai kelas awet paling rendah dibandingkan kelas awet kayu cempaka dan manglid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kehilangan berat papan partikel akan lebih rendah dibandingkan dengan kehilangan berat kayu solidnya. Dengan kata lain, kelas keawetan kayu solid dapat ditingkatkan dengan pembuatan papan partikel. Nilai persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah lebih tinggi dibandingkan papan partikel kerapatan sedang. Persentase kehilangan berat papan partikel beserta kayu solid hasil penelitian menggunakan metode SNIdisajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Histogram persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah dan sedang kayu sengon, cempaka, manglid dan campuran dengan metode SNI. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa persentase nilai kehilangan berat tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan rendah adalah papan partikel sengon 7,51 dan kehilangan berat terendah pada papan partikel manglid 2,75. Sementara itu, nilai kehilangan berat tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan sedang adalah papan partikel sengon 4,15 dan kehilangan berat terendah pada papan partikel manglid 2,39. Klasifikasi kelas keawetan papan partikel dan kayu solid sengon, cempaka dan manglid berdasarkan kehilangan berat pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Tabel 11. Secara umum, papan partikel kerapatan rendah akan mempunyai kelas keawetan yang lebih rendah dibandingkan dengan papan partikel kerapatan sedang, terkecuali untuk papan partikel dari kayu manglid yang memiliki kelas keawetan yang sama pada 5 10 15 20 25 sengon K e hi la n g a n B e r a t kayu sengon mempunyai kelas awet paling rendah dibandingkan kelas awet kayu cempaka dan manglid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kehilangan berat papan partikel akan lebih rendah dibandingkan dengan kehilangan berat kayu solidnya. Dengan kata lain, kelas keawetan kayu solid dapat ditingkatkan dengan pembuatan papan partikel. Nilai persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah lebih tinggi dibandingkan papan partikel kerapatan sedang. Persentase kehilangan berat papan partikel beserta kayu solid hasil penelitian menggunakan metode SNIdisajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Histogram persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah dan sedang kayu sengon, cempaka, manglid dan campuran dengan metode SNI. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa persentase nilai kehilangan berat tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan rendah adalah papan partikel sengon 7,51 dan kehilangan berat terendah pada papan partikel manglid 2,75. Sementara itu, nilai kehilangan berat tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan sedang adalah papan partikel sengon 4,15 dan kehilangan berat terendah pada papan partikel manglid 2,39. Klasifikasi kelas keawetan papan partikel dan kayu solid sengon, cempaka dan manglid berdasarkan kehilangan berat pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Tabel 11. Secara umum, papan partikel kerapatan rendah akan mempunyai kelas keawetan yang lebih rendah dibandingkan dengan papan partikel kerapatan sedang, terkecuali untuk papan partikel dari kayu manglid yang memiliki kelas keawetan yang sama pada sengon cempaka manglid mixed Jenis kayu sengon mempunyai kelas awet paling rendah dibandingkan kelas awet kayu cempaka dan manglid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kehilangan berat papan partikel akan lebih rendah dibandingkan dengan kehilangan berat kayu solidnya. Dengan kata lain, kelas keawetan kayu solid dapat ditingkatkan dengan pembuatan papan partikel. Nilai persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah lebih tinggi dibandingkan papan partikel kerapatan sedang. Persentase kehilangan berat papan partikel beserta kayu solid hasil penelitian menggunakan metode SNIdisajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Histogram persentase kehilangan berat papan partikel kerapatan rendah dan sedang kayu sengon, cempaka, manglid dan campuran dengan metode SNI. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa persentase nilai kehilangan berat tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan rendah adalah papan partikel sengon 7,51 dan kehilangan berat terendah pada papan partikel manglid 2,75. Sementara itu, nilai kehilangan berat tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan sedang adalah papan partikel sengon 4,15 dan kehilangan berat terendah pada papan partikel manglid 2,39. Klasifikasi kelas keawetan papan partikel dan kayu solid sengon, cempaka dan manglid berdasarkan kehilangan berat pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Tabel 11. Secara umum, papan partikel kerapatan rendah akan mempunyai kelas keawetan yang lebih rendah dibandingkan dengan papan partikel kerapatan sedang, terkecuali untuk papan partikel dari kayu manglid yang memiliki kelas keawetan yang sama pada Kerapatan rendah Kerapatan Sedang Solid papan partikel kerapatan rendah maupun sedang. Hal ini dikarenakan kayu manglid mempunyai kelas ketahanan alami yang bagus dibandingkan jenis kayu lainnya. Tabel 11 Kelas keawetan papan partikel kayu sengon,cempaka dan manglid berdasarkan metode pengujian SNI No Jenis Kelas Keawetan Papan partikel kerapatan rendah Papan partikel kerapatan sedang Kayu Solid 1 Sengon III II V 2 Cempaka II I II 3 Manglid I I II 4. Campuran II I Keterangan: Kelas awet I : Sangat tahan. Kelas awet II : Tahan. Kelas awet III : Sedang. Kelas awet IV : Buruk. Kelas awet V : Sangat buruk. Berdasarkan Tabel 11 didapat keawetan kayu solid dapat ditingkatkan dengan pembuatan papan partikel. Papan partikel manglid kerapatan rendah dan sedang mempunyai kelas awet yang sama, yakni II. Kemungkinan hal ini bisa terjadi karena kayu manglid mempunyai kelas ketahanan alami yang tinggi. Kelarutan ekstraktif dalam alkhohol benzena untuk manglid pada bagian gubal 4,45 dan 6,71 untuk bagian teras. Kadar ekstraktif tersebut tergolong tinggi karena kadar ekstraktifnya 4 Abdurrohim et al 2004. Sementara itu, Lukmandaru 2009 mengemukakan bahwa semakin tinggi kadar ekstraktif, khususnya ekstrak etanol benzena akan menguntungkan pada sifat keawetan alaminya. Kemungkinan zat ekstraktif dalam kayu manglid bersifat racun bagi rayap. Lain halnya dengan papan partikel kayu sengon. Papan partikel sengon kerapatan rendah dan sedang mengalami peningkatan kelas awet dibandingkan kayu solidnya. Kayu solidnya mempunyai kelas awet V sangat buruk dan bila kayu sengon dibuat papan partikel kerapatan rendah dan sedang mempunyai kelas awet berturut-turut III dan II. Perbedaan kerapatan juga menyebabkan kelas keawetan yang dihasilkan berbeda pula. Papan partikel kerapatan rendah yang paling awet adalah papan partikel manglid yang mempunyai nilai rata-rata kehilangan berat yang paling kecil. Begitu pula sebaliknya, papan partikel yang mempunyai nilai rata-rata nilai kehilangan berat paling tinggi terdapat pada papan partikel sengon. Papan partikel kerapatan sedang yang paling awet adalah papan partikel yang mempunyai nilai rata-rata kehilangan berat yang paling kecil, yakni papan partikel manglid. Begitu pula sebaliknya, papan partikel yang mempunyai nilai rata-rata nilai kehilangan berat paling tinggi terdapat pada papan partikel sengon. Semakin tinggi kerapatan papan partikel maka kelas keawetan juga meningkat. Aktivas makan juga menurun seiring dengan meningkatnya kerapatan papan partikel. Hal ini diduga karena semakin tinggi kerapatan maka papan yang dihasilkan akan semakin kompak dan lebih berat. Kondisi yang demikian, rayap akan lebih cenderung memakan papan partikel dengan kerapatan rendah. Semakin tinggi kerapatan maka aktivitas makan rayap juga akan berkurang. Hal ini diduga tingkat kerapatan yang tinggi akan menyulitkan rayap dalam mencapai selulosa yang menjadi makanannya. Kondisi yang demikian akan menyebabkan rayap akan lebih sulit menembus partikel kayu karena terhalang oleh keberadaan perekat Urea Formaldehida 12 yang ditambahkan dan dicampur secara merata dalam proses pembuatannya. Selain itu, hasil penelitian Ria 2009 menunjukkan bahwa parafin mempengaruhi kehilangan berat contoh uji. Haygreen dan Bowyer 1996 menyatakan bahwa keberadaan parafin akan membantu produk terlindung terhadap air dan membuatnya kedap air. Kemungkinan penambahan parafin menyebabkan rayap kurang menyukai papan partikel dibandingkan kayu solidnya. 4.1.2Feeding Rate Sornuwat 1996 menyatakan bahwa salah satu parameter yang bisa dijadikan penentuan keefektifan aktivitas rayap adalah feeding rate. Penghitungan kemampuan makan tersebut dilakukan berdasarkan penelitian Arinana et al. 2010, hal tersebut dilakukan karena pada standar SNI tidak terdapat perhitungan mengenai kemampuan makan rayap. Nilai rata-rata kemampuan makan rayap dari hasil pengujian disajikan dalam Gambar7. Gambar 7 Histogram feeding rate papan partikel kerapatan rendah dan sedang kayu sengon, cempaka, manglid dan campuran dengan metode SNI. Berdasarkan Gambar 7, nilai rata-rata feeding rate tertinggi pada papan partikel kerapatan rendah adalah papan partikel sengon 78,33 µ gekorhari, papan partikel cempaka 70,60 µgekorhari, papan partikel campuran 65,36 µgekorhari dan nilai feeding rate terendah pada papan partikel manglid 26,19 µgekorhari. Sementara itu, nilai rata-rata feeding rate tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan sedangadalah papan partikel sengon 58,93 µgekorhari, papan partikel cempaka 47,50 µ gekorhari, papan partikel manglid 39,17 µgekorhari dan nilai feeding rate terendah pada papan partikel campuran 38,33 µgekorhari.Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis dan kerapatan terhadap respon feeding rate maka dilakukan pengujian statistik. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada Tabel 12. 20 40 60 80 sengon F e e di ng R a te µ g e ko r ha r i Sornuwat 1996 menyatakan bahwa salah satu parameter yang bisa dijadikan penentuan keefektifan aktivitas rayap adalah feeding rate. Penghitungan kemampuan makan tersebut dilakukan berdasarkan penelitian Arinana et al. 2010, hal tersebut dilakukan karena pada standar SNI tidak terdapat perhitungan mengenai kemampuan makan rayap. Nilai rata-rata kemampuan makan rayap dari hasil pengujian disajikan dalam Gambar7. Gambar 7 Histogram feeding rate papan partikel kerapatan rendah dan sedang kayu sengon, cempaka, manglid dan campuran dengan metode SNI. Berdasarkan Gambar 7, nilai rata-rata feeding rate tertinggi pada papan partikel kerapatan rendah adalah papan partikel sengon 78,33 µ gekorhari, papan partikel cempaka 70,60 µgekorhari, papan partikel campuran 65,36 µgekorhari dan nilai feeding rate terendah pada papan partikel manglid 26,19 µgekorhari. Sementara itu, nilai rata-rata feeding rate tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan sedangadalah papan partikel sengon 58,93 µgekorhari, papan partikel cempaka 47,50 µ gekorhari, papan partikel manglid 39,17 µgekorhari dan nilai feeding rate terendah pada papan partikel campuran 38,33 µgekorhari.Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis dan kerapatan terhadap respon feeding rate maka dilakukan pengujian statistik. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada Tabel 12. sengon cempaka manglid mixed Jenis Kerapatan Rendah Kerapatan Sedang Sornuwat 1996 menyatakan bahwa salah satu parameter yang bisa dijadikan penentuan keefektifan aktivitas rayap adalah feeding rate. Penghitungan kemampuan makan tersebut dilakukan berdasarkan penelitian Arinana et al. 2010, hal tersebut dilakukan karena pada standar SNI tidak terdapat perhitungan mengenai kemampuan makan rayap. Nilai rata-rata kemampuan makan rayap dari hasil pengujian disajikan dalam Gambar7. Gambar 7 Histogram feeding rate papan partikel kerapatan rendah dan sedang kayu sengon, cempaka, manglid dan campuran dengan metode SNI. Berdasarkan Gambar 7, nilai rata-rata feeding rate tertinggi pada papan partikel kerapatan rendah adalah papan partikel sengon 78,33 µ gekorhari, papan partikel cempaka 70,60 µgekorhari, papan partikel campuran 65,36 µgekorhari dan nilai feeding rate terendah pada papan partikel manglid 26,19 µgekorhari. Sementara itu, nilai rata-rata feeding rate tertinggi pada papan partikel dengan kerapatan sedangadalah papan partikel sengon 58,93 µgekorhari, papan partikel cempaka 47,50 µ gekorhari, papan partikel manglid 39,17 µgekorhari dan nilai feeding rate terendah pada papan partikel campuran 38,33 µgekorhari.Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis dan kerapatan terhadap respon feeding rate maka dilakukan pengujian statistik. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada Tabel 12. Kerapatan Rendah Kerapatan Sedang Tabel 12 Hasil analisis sidik ragam feeding rate pada pengujian menggunakan metode SNI Sumber DB JK KT F Sig. Jenis Papan Partikel 3 4170,73 1390,24 15,03 0,00 Kerapatan 1 1199,07 1199,07 12,96 0,00 Jenis Papan Partikel Kerapatan 3 1514,19 504,73 5,46 0,01 Eror 16 1480,07 92,54 Hasil analisis ragam pada Tabel 12 menunjukkan bahwa faktor jenis dan kerapatan berpengaruh sangat nyata terhadap respon feeding rate, begitu pula dengan interaksi kedua faktor. Faktor jenis berpengaruh sangat nyata terhadap feeding rate. Nilai feeding rate pada tiap jenis papan partikel sengon, cempaka dan manglid pada pengujian menggunakan metode SNI menunjukkan hasil yang bervariasi. Nilai feeding rate papan partikel sengon, cempaka dan manglid pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Gambar 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa feeding ratepapan partikel tertinggi pada papan partikel sengon baik pada kerapatan rendah dan sedang. Nilai feeding rate terendah pada papan partikel kerapatan rendah yaitu manglid sedangkan pada papan partikel kerapatan sedang yaitu campuran. Dalam pengujian ini, papan partikel sengon paling disukai rayap dibandingkan papan partikel cempaka, manglid dan campuran. Hal ini diduga kayu sengon terdapat ekstraktif yang bersifat atraktan bagi rayap yaitu saponin Atmosuseno 1998. Berdasarkan hasil analisis keragaman Tabel 12, faktor kerapatan papan partikel berpengaruh sangat nyata terhadap feeding rate. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kerapatan berpengaruh terhadap feeding rate contoh uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa feeding rate papan partikel kerapatan rendah mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan papan partikel sedang. Hasil analisis sidik ragam juga dilihat pengaruh dari interaksi tiap faktor terhadap kehilangan berat. Pengaruh interaksi antara jenis dengan kerapatan papan partikel pada pengujian menggunakan SNI yang sangat nyata menunjukkan besarnya peningkatan kerapatan papan partikel yakni rendahdansedangmempengaruhi nilai feeding rate papan partikel. Untuk mengetahui taraf kombinasi perlakuan mana yang bagus dan berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut. Hasil Uji Lanjut mengenai pengaruh interaksi antara jenis dengan kerapatan papan partikel pada pengujian menggunakan metode SNI disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil pengujian statistik interaksi jenis dengan kerapatan papan partikel terhadap feeding rate untuk metode SNI FeedingRate Duncan a,,b InteraksiJenisdengan Kerapatan N Subset 1 2 3 4 5 Cempaka 0,4 3 26,19 Campuran 0,6 3 38,33 38,33 Campuran 0,4 3 39,17 39,17 Manglid 0,6 3 47,50 47,50 Manglid 0,4 3 58,93 58,93 Cempaka 0,6 3 65,36 65,36 Sengon 0,6 3 70,60 70.,60 Sengon 0,4 3 78,33 Sig. 0,14 0,29 0,65 0,18 0,14 Hasil pengujian lanjut Tabel 13 menunjukkan bahwa feeding rate papan partikel manglid kerapatan rendah tidak berbeda nyata dengan feeding rate papan partikel manglid kerapatan rendah, namun berbeda nyata dengan papan partikel sengon, cempaka dan campuran pada tingkat kerapatan baik rendah maupun sedang. Misalnya pada pengujian menggunakan metode SNI, feeding rate papan partikel sengon kerapatan rendah 78,33 µgekorhari lebih rendah dibandingkan feeding rate papan partikel sengon kerapatan sedang58,93 µgekorhari tetapi nilai feeding rate papan partikel partikel sengon kerapatan rendah 78,33 µgekorhari lebih tinggi dibandingkan kehilangan berat papan partikel manglid, cempaka dan campuran kerapatan rendah berturut-turut 65,36 µgekorhari, 70,60 µgekorhari dan 38,33 µ gekorhari. Untuk membandingkan kemampuan makan rayap pada papan partikel dengan kayu solid maka penghitungan nilai feeding rate pada kayu solid sengon, cempaka dan manglid dilakukan. Kayu solid sengon mempunyai nilai rata-rata feeding rate sebesar 78,33 µgekorhari. Nilai rata-rata kemampuan makan feeding rate rayap untuk kayu solid cempaka sebesar 32,19 µ gekorhari, sementara itu untuk kayu solid manglid sebesar 25,95 µ gekorhari. Jenis kayu yang paling disukai rayap adalah sengon dengan nilai feeding rate tertinggi dibandingkan kayu solid cempaka dan manglid. Sementara itu, manglid merupakan jenis kayu yang paling tidak disukai oleh rayap. Hal ini bisa terlihat dari nilai rata-rata feeding rate yang paling rendah diantara sengon dan cempaka. Berdasarkan penghitungan terhadap kemampuan makan rayap diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan makan rayap dari masing-masing jenis papan partikel baik kerapatan rendah dan kerapatan sedang tidak sama satu sama lain dengan kayu solidnya. Hal tersebut diduga bisa terjadi karena faktor contoh uji yang diumpankan ke rayap dimana rayap lebih menyukai kayu solid dibandingkan papan partikel dari jenis kayu yang sama. Hasil penelitian Islami 2011 menunjukan bahwa kemampuan makan rayap pada contoh uji glulam dipengaruhi oleh jumlah rayap pekerja yang masih hidup pada akhir minggu dari setiap wadah uji berbeda-beda yang mengakibatkan pada nilai kemampuan makan rayap yang berbeda pula. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan mortalitas rayap pada contoh uji kayu solid akan lebih tinggi dibandingkan contoh uji papan partikel. Selain itu, kemampuan makan rayap pada contoh uji kayu solid juga lebiih tinggi dibandingkan papan partikel. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rayap adalah lingkungan, ukuran badan rayap, dan besar kecilnya koloni Yusuf dan Utomo 2006. Pada pengujian menggunakan SNI didapat nilai feeding rate, tidak ada jumlah rayap yang hidup pada akhir pengujian untuk papan partikel. Meskipun demikian jumlah rayap yang mati per minggu tidak diketahui secara pasti. Pada penghitungan feeding rate, pembaginya merupakan jumlah rayap rata- rata pada awal pengujian dan jumlah rayap yang hidup pada akhir pengujian. Padahal belum tentu pada minggu-minggu akhir pengujian contoh uji dimakan. Hal ini diduga menyebabkan besarnya nilai feeding rate pada pengujian menggunakan metode SNI. 4.2 Metode Pengujian JIS K 1571-2004 4.2.1 Kehilangan Berat