Mortalitas Rayap HASIL DAN PEMBAHASAN

partikel kerapatan sedang dari keempat jenis berkisar antara 8,21-12,74 µ gekorhari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa feeding rate papan partikel tertinggi pada papan partikel sengon baik pada kerapatan rendah dan sedang. Dalam pengujian ini, papan partikel sengon paling disukai rayap dibandingkan papan partikel cempaka, manglid dan campuran. Hal ini diduga kayu sengon terdapat ekstraktif yang bersifat atraktan bagi rayap yaitu saponin Atmosuseno 1998. Nilai rata-rata feeding rate rayap untuk kontrol yang digunakan yaitu karet adalah 159,26µgekorhari. Kayu solid sengon mempunyai nilai rata- rata feeding rate sebesar 56,15 µgekorhari. Nilai rata-rata feeding raterayap untuk kayu solid cempaka sebesar 57,92µgekorhari, sementara itu untuk kayu solid manglid sebesar 32,38 µgekorhari. Jenis papan partikel yang paling disukai rayap adalah sengon dengan nilai kemampuan makan feeding rate tertinggi dibandingkan kayu solid cempaka dan manglid. Sementara itu, manglid merupakan jenis kayu yang paling tidak disukai oleh rayap. Hal ini bisa terlihat dari nilai rat-rata feeding rate yang paling rendah diantara kayu sengon dan cempaka. Selain itu, nilai feeding rate rayap pada kayu solid mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan papan partikel baik jenis sengon, cempaka dan manglid.

4.3 Mortalitas Rayap

Mortalitas rayap pada pengujian keawetan menggunakan metode SNI 01.7207-2006 diadopsi dari metode JIS K 1571-2004. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah rayap yang mati dalam pengujian keawetan tersebut. Mortalitas rayap akan semakin meningkat dari minggu pertama sampai akhir minggu pengujian pengamatan. Kematian rayap terjadi tidak hanya pada minggu kedua atau minggu ketiga saja. Pada minggu pertama juga terjadi kematian rayap, karena diduga rayap masih menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang baru. Menurut Supriana 1983 diacu dalam Rudi 1999 pada tahap awal rayap akan melakukan penyesuaian dengan lingkungan hidup yang disediakan. Puncak kematian rayap terjadi pada minggu terakhir pengujian. Rayap-rayap yang mati harus segera diangkat karena badan rayap-rayap yang mati berpotensi untuk ditumbuhi jamur. Badan rayap-rayap yang mati pada pengumpanan metode SNI tidak bisa semuanya diangkat, karena bagian yang bisa diangkat hanya pada permukaan pasir saja. Sementara itu, badan rayap-rayap yang mati pada pengumpanan metode JIS bisa diangkat. Rayap yang mati akan diserang jamur dan menularkan penyakit pada rayap lainnya Sari 2002 sehingga menambah jumlah kematian rayap. Persentase nilai kematian rayap berbanding terbalik dengan persentase kehilangan beratnya.Semakin besar kematian rayap maka kehilangan berat contoh uji semakin kecil atau sebaliknya. Namun, faktor lingkungan pada saat pengujian juga mempengaruhi besar kecilnya mortalitas rayap. Dalam penelitian ini, suhu dan kelembaban ruangan selama pengujian belum bisa dikendalikan. Supriana 1983 diacu dalam Rudi 1999 menyatakan bahwa dalam uji preferensi makanan tunggal laboratorium, rayap hanya dihadapkan pada satu makanan tunggal dimana rayap hanya dihadapkan pada satu pilihan makanan saja. Dalam keadaan terpaksa tersebut, rayap memakan bahan makanan atau akan mati kelaparan, sebagian rayap akan memilih untuk berpuasa yang pada akhirnya akan lemah dan mati. Mortalitas rayap yang semakin meningkat disebabkan tidak adanya pilihan makanan lain bagi rayap. Rayap yang mati pada saat pengujian contoh uji kayu kontrol diduga disebabkan oleh ketidakmampuan rayap untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan dihadapkan pada kondisi tidak ada pilihan bahan makanan lain. Pada contoh uji papan partikel tidak ditemukan adanya rayap yang hidup pada saat pembongkaran contoh uji. Nilai persentase mortalitas rayap contoh uji papan partikel pada pengujian menggunakan metode SNI adalah 100. Rata-rata nilai persentase mortalitas rayap tertinggi kayu solid pada pengujian metode SNI adalah kayu solid manglid 98, diikuti cempaka 98 dan sengon 96. Seperti halnya pada pengumpanan menggunakan metode SNI, nilai persentase mortalitas rayap contoh uji papan partikel pada pengujian menggunakan metode JIS adalah 100. Rata-rata nilai persentase mortalitas rayap tertinggi kayu solid pada pengujian metode JIS adalah kayu solid manglid 98 cempaka 98 dan sengon 95. Nilai mortalitas rayap papan partikel baik metode pengujian JIS mempunyai nilai 100. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajriani 2011. Nilai mortalitas rayap pada pengujian keawetan papan partikel kerapatan sedang adalah 100. Kematian rayap mencapai 100 diduga karena emisi formaldehida yang dikeluarkan oleh papan partikel. Hal ini menunjukan bahwa papan partikel akan mempunyai keawetan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol kayu solidnya. Persentase mortalitas rayap pada contoh uji papan partikel lebih tinggi dibandingkan kayu solidnya. Hal ini diduga karena keberadaan perekat Urea Formaldehida UF dalam papan partikel. Pernyataan ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Ria 2009 yang menyatakan bahwa keberadaan formaldehida yang bersifat racun dalam perekat akan menyebabkan kematian rayap yang tinggi. Sementara itu, Nandika dan Adijuwana 1995, C. curvignathus Holmgren memiliki kelimpahan populasi flagelata yang tinggi sebanyak 4.682 ekor flagelatarayap. Apabila protozoa mati maka aktivitas enzim selulase yang dikeluarkan protozoa akan terganggu sehingga rayap tidak dapat mencerna selulosa sehingga rayap akan kekurangan energi dan rayap akan secara perlahan- lahan akan mengalami kematian Syafii2000. Keberadaan sifat tropholaksis pada rayap juga memungkinkan nilai mortalitas yang tinggi. Bahan makanan yang dibawa oleh rayap pekerja kemungkinan telah teracuni dengan adanya perekat Urea Formaldehida dan parafin yang telah tercampur secara merata dalam contoh uji papan partikel sehingga rayap yang lain juga akan teracuni dan lama kelamaan akan mati. Selain itu, sifat kanibalistik dan necrophagy yang ada pada rayap juga memungkinkan terjadinya mortalitas rayap yang lebih tinggi. Rayap-rayap yang tidak menyukai makanan yang ada akan kelaparan, lemas, dan mati. Rayap–rayap yang lemah atau sakit akan dibunuh dan dimakan oleh rayap-rayap yang lebih aktif. Selain itu, dengan sifat nekrofagnya rayap aktif akan memakan bangkai sesamanya untuk bertahan hidup dan efisiensi koloni. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nandika et al. 2003 bahwa sifat ini akan semakin terlihat bila rayap kekurangan makanan. Perilaku ini merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan koloni.

4.4 Kerusakan Contoh Uji