Kerangka Operasional Kebijakan Moneter Instrumen Kebijakan Moneter

antisipasi dengan apresiasi mata uang domestik didalam jangka panjang dengan turunya suku bunga domestik dan terjadinya apresiasi mata uang domestik menyebabkan nilai aset domestik tidak menarik, sehingga terjadi aliran modal domestik keluar dan mata uang domestik terdepresiasi. a Time Path Tingkat Harga Setelah b Time Path Nilai Tukar Setelah Terjadinya Ekspansi Moneter Terjadinya Ekspansi Moneter Gambar 4. Time Path Asumsi Tingkat Harga Sticky

2.5. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekono mian yang di inginkan yaitu stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi Warjiyo, 2003.

2.5.1. Kerangka Operasional Kebijakan Moneter

Kerangka operasional kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral di berbagai negara pada dasarnya memiliki konsep yang sama. Di satu sisi, bank sentral ingin mencapai sasaran – sasaran akhir yang menjadi tugas pokok nya seperti laju inflasi, laju pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan neraca pembayaran. Namun di sisi lain, bank sentral hanya mampu mempengaruhi beberapa instrumen kebijakan yang secara langsung di bawah pengendaliannya. P IN e Rp Karena itu diperlukan sasaran operasional sebagai sasaran segera yang hendak dicapai dari penggunaan instrumen tersebut dan dengan suatu mekanisme tertentu yang diasumsikan dapat mempengaruhi sasaran antara. Pada dasarnya pencapaian sasaran antara ini diharapkan dapat mempengaruhi pencapaian sasaran akhir yang di inginkan. Jadi alur mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia adalah instrumen kebijakan moneter, kemudian sasaran operasional, sasaran antara, dan terakhir adalah sasaran akhir Hascaryo, 2003.

2.5.2. Instrumen Kebijakan Moneter

Dalam mencapai tujuannya, bank sentral memiliki beberapa instrumen kebijakan moneter yaitu operasi pasar terbuka open market operation, cadangan minimum reserve requirement, dan kebijakan diskonto discount policy. 1. Operasi Pasar Terbuka Operasi pasar terbuka Miskhin, 2001 merupakan intervensi yang dilakukan bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan membeli atau menjual surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar Uang . Sertifikat Bank Indonesia merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sedangkan Surat Berharga Pasar Uang diterbitkan oleh perusahaan atau bank. Kedua instrumen ini dikeluarkan pada saat bank sentral ingin membekukan likuiditas. Sertifikat Bank Indonesia sebagai surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia digunakan untuk melakukan operasi moneter secara tidak langsung. Selain itu, Sertifikat Bank Indonesia dapat digunakan untuk mengatur likuiditas jangka pendek dari bank, perusahaan ataupun masyarakat. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia merupakan indikator yang terbaik dalam kebijakan moneter dan terkadang digunakan sebagai alternatif investasi Agung, 1998. Bank sentral akan melakukan kebijaka n moneter yang bersifat kontraksi dengan menjual surat berharga dan melakukan kebijakan ekspansif dengan membeli surat berharga. Terdapat beberapa keuntungan kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen pasar terbuka, Miskhin, 2001 diantaranya : 1 Operasi Pasar Terbuka merupakan kebijakan moneter yang muncul atas inisiatif dari bank sentral untuk mengontrol jumlah uang beredar, 2 Operasi Pasar Terbuka dapat digunakan secara luas, fleksibel dan tepat, 3 Operasi Pasar Terbuka sangat mudah dikoreksi atau dibetulkan jika terdapat kesalahan dalam pengambilan suatu kebijakan, dan 4 Operasi Pasar Terbuka dapat diterapkan secara cepat. 2. Giro Wajib Minimum Giro Wajib Minimum atau cadangan minimum bank merupakan dana yang harus disimpan oleh perbanka n pada bank sentral. Besarnya Giro Wajib Minimum merupakan cerminan dari kebijakan bank sentral dalam menentukan besarnya jumlah uang uang beredar. Giro Wajib Minimum jarang digunakan sebagai instrumen kebijakan. Kelebihan menggunakan instrumen Giro Wajib Minimum Miskhin, 2001 adalah memiliki dampak yang sama ke semua bank dan sangat berpengaruh terhadap jumlah uang beredar. Kekurangan penggunaan Giro Wajib Minimum adalah peningkatan Giro Wajib Minimum secara cepat akan mengakibatkan masalah likuiditas bagi bank – bank yang memiliki excess reserves yang rendah. 3. Tingkat Diskonto Tingkat diskonto merupakan suatu kebijakan untuk mengendalikan uang beredar dengan merubah tingkat suku bunga, namun kebijakan ini jarang digunakan. Kebijakan ini hanya bisa dipakai oleh bank, berkaitan dengan fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort, artinya bank sentral sebagai alternatif terakhir bagi bank untuk memperoleh dana jika kekurangan likuiditas. Biasanya Bank Indonesia akan mengenakan suku bunga di atas rata-rata. Kekurangan menggunakan instrumen ini sebagai kebijakan moneter Miskhin, 2001 yaitu; 1 menimbulkan kebingungan bagi bank sentral untuk menetapkan tujuan ketika perubahan tingkat diskonto diumumkan, dan 2 ketika bank sentral menetapkan tingkat diskonto pada level tertentu, akan terjadi fluktuasi antara suku bunga pasar dengan tingkat diskonto i-i d sebagai perubahan suku bunga pasar. Secara umum, kebijakan moneter yang sehat memiliki karakteristik – karakteristik sebagai berikut, Nugroho, 2002: 1. Bersifat antisipatif forward looking karena adanya lag kebijakan moneter 2. Hanya memiliki satu nominal anchor, sehingga sasaran kebijakan akan lebih terfokus. 3. Mengikatkan diri pada suatu rule namun cukup fleksibel dalam operasionalnya constrained discretion. 4. Sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate government, yaitu memiliki tujuan yang jelas, transparan dan berakuntabilitas. Kebijakan moneter dapat mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Secara ideal, semua sasaran akhir tersebut bisa dicapai secara bersamaan. Namun, sering kali pencapaian sasaran – sasaran akhir tersebut mengandung unsur kontradiktif. Oleh karena itu, dalam undang-undang bank sentral ada kecenderungan bahwa sasaran akhir kebijakan moneter adalah kestabilan harga yang artinya memfokuskan pada sasaran tunggal. Kebijakan moneter dengan sasaran tunggal pada umumnya menggunakan pendekatan harga price-based structure, sementara kebijakan moneter dengan sasaran multi menggunakan pendekatan kuantitas quantitas-base structure. Tugas pokok Bank Indonesia sebagai otoritas moneter adalah merencanakan dan membuat program moneter moneter programming yang intinya adalah melakukan perencanaan kebijakan pengendalian uang beredar moneter seperti yang diterangkan pada Tabel 1. Dalam penyusunan program moneter, penentuan sasaran operasional dilakukan dengan memperhitungkan beberapa asumsi berikut: 1. Kebijakan dan perkembangan sektor-sektor lain fiskal, perdagangan dan investasi, dan lain-lain akan berjalan seperti ditetapkan. 2. Adanya hubungan yang stabil antara uang primer sebagai sasaran operasional dengan uang beredar sebagai sasaran antara. Kondisi ini mensyaratkan adanya stabilitas perkembangan money multiplier. Tabel 1. Kerangka Secara Umum Sistem Operasi Kebijakan Moneter Pendekatan Sistem Operational a. Pendekatan harga Instrumen Sasaran Operasional Sasaran Akhir