Ekspektasi Rasional Pendekatan Moneter

untuk melihat hubungan antara nilai tukar, jumlah uang beredar, output, suku bunga dan tingkat harga.

2.4.4. Ekspektasi Rasional

Asumsi lain untuk melengkapi analisis ini adalah berlakunya Rational Expectation yaitu bahwa semua agen ekonomi mengetahui bekerjanya mekanisme perekonomian. Dalam hal ini apabila dinyatakan e adalah nilai tukar keseimbangan, maka dapat diasumsikan bahwa e Rp S e ~ = hal ini dapat menggambarkan arah perkembangan perekonomian yaitu dengan menganalisis hubungan antara tingkat harga dan nilai tukar yang memenuhi persamaan 2.9 dan 2.10 Ickes,2004 Dalam jangka panjang ?e=0, maka persamaan 2.9 dapat dituliskan menjadi sebagai berikut : , IN US IN S IN Y i L P M = ..................................................................................2.13 Berapapun besarnya nilai tukar akan selalu konsisten dengan money market equilibrium , sebaliknya dalam jangka pendek ?e ? 0 misalnya apabila ?e 0 dimana nilai tukar diharapkan akan mengalami depresiasi sesuai dengan persamaan 2.8 maka suku bunga di Indonesia lebih tinggi daripada suku bunga di Amerika Serikat, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan permintaan uang agregat. Untuk menjaga kondisi keseimbangan pasar uang pada jumlah uang beredar yang tertentu, maka tingkat harga domestik harus mengalami penurunan jadi dalam hal ini untuk menjaga money market equilibrium terdapat hubungan negatif antara nilai tukar dengan tingkat harga. Dalam situasi dimana perubahan moneter merupakan penyebab dominan dari suatu fluktuasi ekonomi, maka prediksi terhadap kebijakan moneter menjadi sangat penting. Berdasarkan pendekatan moneter, dapat diperoleh gambaran mengenai hubungan antara uang beredar, suku bunga, nilai tukar, output, tingkat harga didalam perekonomian. Apabila tingkat harga di asumsikan fleksibel Holod D ,2000, dimana tingkat harga merespon secara langsung atau on impact perubahan jumlah uang beredar. Ekspansi moneter akan mengarahkan terjadinya kenaikan tingkat harga dengan berlakunya Purchasing Power Parity dalam jangka pendek. Maka kenaikkan tingkat harga pada gilirannya kemudian akan me nyebabkan terjadinya depresiasi nilai tukar. Time path tingkat harga dan nilai tukar yang di harapkan mengikuti adanya kebijakan ekspansi moneter pada asumsi tingkat harga fleksibel dapat digambarkan sebagai berikut : a Time Path Tingkat Harga Setelah b Time Path Nilai Tukar setelah Terjadinya Ekspansi Moneter Terjadinya Ekspansi Moneter Gambar 3. Time Path Asumsi Tingkat Harga Fleksibel Sebaliknya, apabila tingkat harga sticky dimana Purchasing Power Parity tidak berlaku dalam jangka pendek, kebijakan moneter beroperasi melalui jalur suku bunga. Positif shock pada kebijakan moneter domestik akan meningkatkan real money supply , karena tingkat harga sticky dalam jangka pendek maka peningkatan jumlah uang beredar ini akan menurunkan suku bunga domestik dengan berlakunya Interest Rate Parity, maka pembuat kebijakan melakukan P IN e Rp antisipasi dengan apresiasi mata uang domestik didalam jangka panjang dengan turunya suku bunga domestik dan terjadinya apresiasi mata uang domestik menyebabkan nilai aset domestik tidak menarik, sehingga terjadi aliran modal domestik keluar dan mata uang domestik terdepresiasi. a Time Path Tingkat Harga Setelah b Time Path Nilai Tukar Setelah Terjadinya Ekspansi Moneter Terjadinya Ekspansi Moneter Gambar 4. Time Path Asumsi Tingkat Harga Sticky

2.5. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekono mian yang di inginkan yaitu stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi Warjiyo, 2003.

2.5.1. Kerangka Operasional Kebijakan Moneter

Kerangka operasional kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral di berbagai negara pada dasarnya memiliki konsep yang sama. Di satu sisi, bank sentral ingin mencapai sasaran – sasaran akhir yang menjadi tugas pokok nya seperti laju inflasi, laju pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan neraca pembayaran. Namun di sisi lain, bank sentral hanya mampu mempengaruhi beberapa instrumen kebijakan yang secara langsung di bawah pengendaliannya. P IN e Rp