Gambaran Umum Perekonomian Indone sia

diharapakan mampu meminimalkan risiko yang melekat pada sistem keuangan global yang ada sekarang, selain juga meningkatkan rasa persaingan di antara anggota kelompok Hanafi, 2005. Pembentukan EAEC didasarkan atas kerjasama ekonomi terutama menjadi agenda penting sejak terjadinya krisis keuangan yang melanda Asia Asian Financial CrisisAFC pada pertengahan tahun 1997. Menurut Lembaga Moneter Internasional IMF, pertumbuhan ekonomi Asia kuartal pertama 2006 mencapai tujuh persen. Angka tersebut sama dengan pertumbuhan yang dicapai pada 2005. Menurut IMF pesatnya pertumbuhan ini tidak terlepas dari perubahan pesat yang terjadi di Jepang dan Cina. Dalam laporannya IMF menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi disebabkan oleh berkembangnya permintaan akan sejumlah kebutuhan pokok terutama elektronik. Selain itu masih menurut IMF, Kebijakan pasar keuangan yang begitu ketat juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Perbankan di Asia Mengalami kemajuan dimana banyaknya sejumlah bank yang memberikan fasilitas kredit kepada industri rumah tangga. Terlepas dari itu faktor investasi juga menjadi faktor penting dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 9.5 persen dan masih relatif lebih kecil dibandingkan tahun 2005 sebesar 9.9 persen. IMF juga menyampaikan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jepang yang mencapai 2.8 persen tahun ini. Nilai ini sedikit berada diatas tahun lalu yang mencapai 2.7 persen.

5.3. Gambaran Umum Perekonomian Indone sia

Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut dalam perjalananya. Sebelum terjadinya krisis multidimensional yang memuncak sejak pertengahan tahun 1997, keadaan perekonomian Indonesia relatif cukup baik. Menurut data Bank Indonesia, dalam tahun 1996 mencatat kinerja yang sangat baik dengan ditandai indikator makroekonomi, antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 7.8 persen pertahun dan inflasi pada bulan 5 pertama mampu mencapai tingkat terendah selama 10 tahun terakhir pada periode yang sama, cadangan resmi pemerintah mencapai US 20 milyar pada bulan Maret 1997 atau sama dengan perkiraan 5 bulan impor, investasi asing langsung luar negeri mencapai nilai US 6.5 milyar pada tahun fiskal 19961999, kalangan pelaku bisnis maupun dari pemerinta h dikejutkan, tiba-tiba perekonomian indonesia mengalami perubahan yang drastis. berawal dari ambruknya perdangangan valuta asing di kawasan Asia, terutama yang melanda kehancuran pasar valuta asing di Thailand, kemudian menjalar ke negara tetangga termasuk Indonesia. Kejadian tersebut disikapi secara optimis oleh para pejabat Indonesia dan para ekonom yang pro terhadap kebijakan pemerintah. Menurut Sudjijono 2003, keyakinan para pejabat dan ekonom yang pro terhadap kebijakan pemerintah karena melihat terdapatnya indikasi yang positif bila dilihat dari angka surplus perdagangan termasuk migas, pertumbuhan angka ekspor yang tinggi, cadangan devisa yang cukup kuat sampai 5-6 bulan impor, tingkat suku bunga memadai, dan tingkat inflasi satu digit terkendali dibawah 10 persen. Hal – hal tersebut sering diungkapkan oleh pejabat pemerintah, tetapi dalam perkembangnya cukup tragis dimana keadaan eksternal yang bergolak penuh dengan spekulasi tidak terbendung lagi menghantam daya tahan Rupiah. Nilai tukar riil rupiah mengalami depresiasi yang tajam terhadap dollar Amerika sebesar 68 persen, hal tersebut akan berakibat pada melemahnya posisi neraca pembayaran, Menurut data Bank Dunia 1999, pada tahun 1997 mencatat total stock utang luar negeri secara riil mencapai 64.25 persen GDP, kemudian membengkak menjadi 95.3 persen GDP. Memburuknya kondisi perekonomian internasional tersebut membawa dampak pada perubahan perekonomian dalam negeri. Harga barang- barang impor melonjak tinggi, kemudian diikuti oleh kenaikan harga barang-barang lain yang sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang lebih merupakan pengaruh psikologi sentimen pasar. Data pada akhir tahun 1997 tercatat angka inflasi mencapai 11.1 persen per tahun, dan terus meningkat hingga mencapai 77.6 persen pertahun pada tahun berikutnya. Menurut data Bank Indonesia 1999, pertumbuhan ekonomi tahunan PDB riil mencatat sebesar 4.7 persen, hingga tahun 1998 turun sebesar 13.2 persen. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi yang berkembang menjadi krisis multidimensional yang menyentuh segala aspek kehidupan. Menurut Sudjijono 2002, krisis ekonomi merupakan indikasi dari kegagalan sistem pasar market failure, sedangkan ketidakberdayaan piha k pemerintah merupakan kegagalan sistem pemerintahan government failure.

5.4. Gambaran Perkembangan Makroekonomi Indonesia