organisasi serta dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku di dalam suatu organisasi.
2. Fungsi Budaya Organisasi
Fungsi Budaya Organisasi menurut Robbins 2006, yaitu: 1. Budaya Organisasi berfungsi sebagai pembeda. Hal tersebut berarti budaya
yang ada di dalam suatu organisasi dapat menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
2. Budaya Organisasi dapat memberikan suatu rasa identitas bagi anggota organisasi. Dengan budaya organisasi yang kuat, anggota organisasi akan
memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasi. 3. Budaya Organisasi sebagai komitmen. Adanya budaya organisasi dapat
menumbuhkan komitmen pada anggota organisasi. 4. Budaya organisasi dapat menjaga stabilitas organisasi. Hal tersebut
mengandung pengertian bahwa adanya kesatuan komponen-komponen organisasi yang direkatkan dengan pemahaman budaya yang sama akan
membuat kondisi organisasi relatif stabil. 5. Budaya organisasi sebagai mekanisme yang memandu dan membentuk
sikap serta perilaku pegawai.
Universitas Sumatera Utara
3. Dimensi Budaya Organisasi
Adapun dimensi budaya organisasi menurut Denison dalam Sobirin, 2007, yaitu:
1. Involvement keterlibatan
Dimensi involvement keterlibatan ini menekankan pada sejauh mana tingkat partisipasi karyawan anggota organisasi dalam proses pengambilan
keputusan. Budaya organisasi yang efektif menekankan prinsip-prinsip keterlibatan involvement, partisipasi, dan keterpaduan dari kepentingan-
kepentingan individu dengan kepentingan-kepentingan organisasi Denison, 1990.
2. Consistency kekonsistenan
Dimensi ini menunjukkan bagaimana tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap terhadap asumsi dasar dan nilai-nilai inti organisasi.
Budaya yang kuat menekankan sistem keyakinan, nilai-nilai, dan simbol yang dipahami secara luas oleh anggota-anggota organisasi mengenai
perilaku, sistem, dan makna yang secara terpadu menuntut kepatuhan individual daripada partisipasi sukarela Denison Mishra, 1995.
3. Adaptability adaptabilitas
Dimensi ini menekankan pada sejauh mana kemampuan organisasi dalam merespon perubahan-perubahan lingkungan eksternal dengan melakukan
perubahan internal organisasi. Dimensi ini menekankan pada sistem-sistem nilai dan keyakinan yang mendukung kapasitas organisasi dalam menerima,
menginterpretasikan, menterjemahkan signal-signal dari lingkungan ke
Universitas Sumatera Utara
dalam perubahan perubahan kognitif, perilaku dan struktur internal organisasi Denison Mishra, 1995.
4. Mission misi
Dimensi ini menunjukkan tujuan inti organisasi yang menjadikan organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting oleh organisasi.
Pandangan ini menekankan pentingnya suatu pemahaman yang sama dari anggota organisasi mengenai fungsi dan tujuan organisasi Denison, 1990.
Manfaatnya antara lain, memberikan tujuan dan makna, serta sekumpulan alasan-alasan
mengenai pentingnya
kegiatan-kegiatan organisasi,
memberikan kepastian dan pengendalian dalam menentukan jenis-jenis tindakan yang cocok bagi organisasi dan anggotanya Denison, 1990.
C. PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP STRES KERJA
Davis dan John Newstrom dalam Mangkunegara, 2005 mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi, kepercayaan, sistem-
sistem nilai, dan norma yang disepakati tiap anggota organisasi. Setiap organisasi tentu memiliki tujuan organisasi yang hendak dicapai.
Keberhasilan suatu organisasi untuk mengimplementasikan aspek-aspek atau nilai-nilai values budaya organisasinya dapat mendorong perusahaan tersebut
tumbuh dan berkembang Lako dan Irmawati 1997. Dikatakan bahwa individu yang mempunyai nilai-nilai yang sama dengan
organisasi, maka mereka akan mudah berinteraksi secara efisien dengan sistem nilai organisasi, mengurangi ketidakpastian, dan konflik serta meningkatkan
kepuasan dan meningkatkan kinerja Meglino 1989.
Universitas Sumatera Utara
Rogers Cobb 1974 mengartikan stres kerja sebagai ketidakcocokan antara keterampilan seseorang, kemampuan, dan tuntutan yang diberikan oleh
lingkungan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan seseorang. Wijono, 2010.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan stres kerja di dalam pekerjaan, antara lain: beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu, buruknya
kualitas supervisi, iklim politis yang tidak aman, umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan
tanggung jawab, kemenduaan peranan, frustasi, konflik antar pribadi dan antar kelompok dan perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan Handoko,
2000. Dampak dari stres tersebut bisa menghasilkan suatu kelelahan emosi, perubahan kepribadian, burnout, dan pencapaian kinerja yang menurun
Ivancevich et al, 2007. Greenberg 2002, mengemukakan bahwa adanya partisipasi karyawan
dalam pembuatan keputusankebijakan dapat mempengaruhi stres karyawan di tempat kerja. Selain itu Greenberg juga menyatakan bahwa partisipasi karyawan
dapat meperkecil munculnya stres kerja yang dialami karyawan. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Denison 1990, bahwa untuk suatu organisasi
akan berjalan secara efektif apabila ada dimensi-dimensi budaya organisasi yang salah satunya adalah dimensi Involvement keterlibatan. Dengan adanya
keterlibatan tersebut, karyawan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. sehingga dapat dikatakan adanya partisipasi karyawan dapat
mengurangi stres kerja pada karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang menyebabkan stres kerja dapat berasal dari faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu Robbins, 2006. Dikatakan pula oleh
Robbins 2006 bahwa budaya organisasi yang kuat dalam suatu organisasi dapat membantu melancarkan aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Sejalan dengan pendapat tersebut dikatakan bahwa stres kerja juga dipengaruhi oleh kondisi organisasi, seperti penetapan arah dan kebijaksanaan
organisasi, perubahan strategi organisasi, dan keuangan, tuntutan kerja, tanggung jawab atas orang lain, perubahan waktu kerja, hubungan yang kurang baik antar
kelompok kerja dan konflik peran Luthans, 1998. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketika nilai-nilai yang ada di
dalam organisasi, maka stres kerja dapat diatasi oleh organisasi. pada dasarnya fungsi budaya organisasi adalah untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan
internal organisasi Mangkunegara, 2005. Ketika nilai-nilai organisasi yang ada di dalam organisasi tersebut sudah terinternalisasi dengan kuat ke dalam diri
pegawai maka stres kerja juga akan semakin lemah. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Saputra 2010 mengenai
pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pegawai juga mengemukakan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja
pegawai. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariani 2007 yang mengatakan bahwa nilai-nilai yang ada di dalam organisasi dapat menurunkan
tingkat stres kerja pegawai.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh sebuah kerangka pemahaman bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap stres yang dialami karyawan.
Karena budaya organisasi yang kuat dapat melancarkan aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dan ketika nilai-nilai dalam budaya organisasi dirasakan
tidak sesuai dengan karyawan dalam organisasi, maka karyawan bisa mengalami stres, dan begitu juga sebaliknya ketika nilai-nilai yang ada di dalam budaya
organisasi dirasakan sesuai dengan karyawan, maka karyawan akan merasa puas dan menghasilkan kinerja yang baik yang bisa mengarahkan kepada tingkat stres
yang rendah. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan teori-teori yang telah
dikemukakan oleh para ahli tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres kerja pegawai
negeri sipil di Kanwil Kementrian Agama Kemenag Medan.
D. HIPOTESA PENELITIAN
Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh negatif budaya organisasi terhadap stres
kerja pegawai ”. Hipotesis ini mengandung pengertian bahwa apabila budaya
organisasi semakin kuat terinternalisasi maka akan menyebabkan stres kerja pegawai semakin rendah, dan begitu sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisis data dan pengambilan
kesimpulan hasil penelitian Hadi, 2000. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang bersifat korelasional. Adapun
penelitian korelasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variasi dalam satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain. Pembahasan
didalam metode penelitian ini antara lain; identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data,
validitas dan reabilitas, prosedur penelitian serta metode analisis data.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Agar dapat menguji hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu mengidentifikasi variable-varaibel penelitian. Identifikasi variabel utama yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas Independent Variable
: Budaya Organisasi 2. Variabel tergantung Dependent Variable : Stres Kerja
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Stres Kerja
Stres kerja adalah stres yang terjadi di tempat kerja sebagai respon individu terhadap stressor baik yang berasal dari pekerjaan maupun diluar
pekerjaan yang dapat dilihat oleh adanya gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku yang dapat mengganggu aktifitas kerjanya. Stres kerja dapat diungkap
Universitas Sumatera Utara
menggunakan skala berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Behr dan Newman dalam Rice, 1999, yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan perilaku.
Stres kerja dapat dilihat dari skor skala stres kerja. Semakin tinggi skor skala stres kerja yang diperoleh karyawan, berarti menunjukkan adanya stres kerja
yang tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh karyawan dalam skala stres kerja, menunjukkan adanya stres kerja yang rendah pada karyawan.
2. Budaya Organisasi