18
antusias terhadap banyak hal; 6 anak bersifat eksploratif dan petualang; 7 anak umumnya kaya dengan fantasi; 9 anak memiliki daya perhatian yang pendek;
10 anak merupakan usia belajar yang paling potensial. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, anak usia 5-6 tahun memiliki
karateristik, cara berfikir dan menungkapkan gagasannya yang berbeda-beda sehingga kewajiban sebagai pendidik memberikan fasilitas dan membantu anak
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut menjadi optimal.
2. Kemampuan Sains Anak TK B
Pada dasarnya sejak anak usia dini, manusia sudah memiliki kecenderungan dan kemampuan berpikir kritis. Hal itu dijelaskan oleh Brewer
Anita Chandra Dewi, 2011: 48, sebagai berikut: “Sebagai mahluk rasional dan pemberi makna, manusia selalu
terdorong untuk memikirkan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi arti pada berbagai hal dan
kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari kemampuan berpikirnya. Kecenderungan ini dapat kita temukan pada seorang
anak yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu.
” Pembelajaran sains yang kondusif akan membuat anak mengenali lebih
baik obyek atau lingkungan yang dipelajarinya. Pembelajaran seperti itu akan membantu anak mengenali secara langsung berbagai hal. Anak akan mengenal
tantangan hidup dan peluang-peluangnya. Dengan penyediaan pengalaman langsung melalui pembelajaran sains, kekuatan intelektual anak menjadi terlatih
secara simultan dan terus menerus. Dengan sering mengamati, maka keterampilan sains anak akan berkembang. Menurut Sutrisno Hary 2005: 10, belajar
19
dengan bersumber pada lingkungan alam sekitar akan memberikan pengalaman nyata kepada anak. Dengan melihat dan mengalami langsung, baik interaksi
dengan makhluk hidup maupun benda mati, anak akan dapat belajar dan menghargai lingkungan secara baik.
Sebagaimana dinyatakan oleh Chaille dan Britain yang dikutip oleh Brewer dalam Anita Chandra Dewi, 2011: 49 menjelaskan
: “Konstruksi didasarkan pada ide bahwa anak secara aktif dan alami tanpa terlibat bantuan
pembelajaran langsung dalam membangun teori tentang dunia bekerja dengan cara ini. Dari perspektif konstruktivis, anak-anak adalah saintis alami yang
memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat dalam percobaan dan pemecahan masalahnya.”
Anak usia TK telah memiliki kemampuan dasar tentang matematika dan pengetahuan tentang alam sekitar, yang dikenal dengan pengetahuan alam.
Perkembangan pengetahuan alam sekitar sains pada anak usia dini, dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebutkan nama objek yang ada disekitarnya,
menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi dan yang akan terjadi, serta hal-hal lainnya.
Slamet Suyanto 2005: 93 mengemukakan topik dari beberapa kegiatan pengenalan sains untuk anak usia 5-6 tahun TK. Pembelajaran topik-topik sains
hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama firsthand experience kepada anak, bukan mempelajari konsep sains yang abstrak,
diantaranya: 1 mengenal gerak, 2 mengenal benda cair, 3 mengenal timbangan neraca, 4 bermain gelembung sabun, 5 mengenal benda-benda
20
lenting, 6 bermain dengan udara, 7 melakukan percobaan sederhana, dan lain sebagainya.
Anak di Taman Kanak-Kanak berada dalam fase pra operasional. Suatu fase perkembangan kognitif yang ditandai dengan berfungsinya kemampuan
simbolis, kemampuan berpikir secara intuitif dan berpusat pada cara pandang anak itu sendiri atau egosentris. Fase ini juga meletakkan dasar bagi kemampuan
matematika dan pengetahuan alam atau sains. Kemampuan bahasa pada fase ini sudah cukup baik. Untuk mengembangkan kemampuan sains anak perlu adanya
respon positif dan stimulasi dari orang-orang yang ada disekitar anak. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan
sains anak usia dini khususnya TK B meliputi kemampuan mengamati, mengklasifikasikan,
menarik kesimpulan,
mengomunikasikan dan
mengaplikasikannya berdasarkan
pengalaman sains
yang diperolehnya. Pembelajaran sains di TK B tidak hanya diharapkan dapat
membantu anak untuk memperoleh sejumlah informasi, ide-ide, keterampilan, nilai-nilai
dan cara
berpikir tetapi
juga cara
mengekspresi dan
mengomunikasikannya.
C. Pembelajaran Sains di Taman Kanak-kanak