Setting Penelitian Teknik Pengumpulan Data

65 c. Key Informant BN BN 50 tahun adalah konselor statis dari IN. Hubungan BN dan IN tidak terlalu dekat karena IN tidak mudah terbuka dengan orang lain. Oleh karena itu, BN hanya mengetahui beberapa informasi mengenai IN dan disarankan untuk mencari tahu lebih dalam pada BH. d. Key Informant BH BH 50 tahun adalah konselor adiksi dari IN. Selain itu, BH mempunyai hubungan kekerabatan dengan IN dan IN paling dekat dengan BH sejak berada di panti rehabilitasi. IN banyak bercerita kepada BH karena adanya kepercayaan yang sudah dibangun sejak lama sebagai saudara.

D. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tempat rehabilitasi sosial mantan pecandu narkoba, yaitu di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

Hadari Nawawi 2005 : 94 menyatakan bahwa dalam setiap penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat dan kemampuan memilih serta menyusun teknik dan alat pengumpul data yang relevan yang dapat mempengaruhi obyektivitas hasil penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu observasi dan wawancara mendalam. 66 1. Observasi Hadari Nawawi 2005 : 100 menyatakan bahwa observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Imam Suprayogo dan Tobroni 2001 : 167 mengemukakan lebih jelas bahwa secara umum observasi merupakan pengamatan atau penglihatan, sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian, observasi merupakan mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi objek yang diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret guna penemuan data analisis. Menurut Tohirin 2013 : 62, observasi dapat dijadikan sebagai cara utama pengumpulan data karena didasarkan pengamatan langsung; memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi sebenarnya; dapat menghindari kekeliruan dan bias karena kurang mampu mengingat data hasil wawancara; memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit; serta dalam kondisi tertentu dimana teknik lain tidak memungkinkan, kemudian observasi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. Pada penelitian ini observasi yang dilakukan yaitu observasi nonpartisipan, dimana peneliti melakukan observasi dengan tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek. 67 2. Wawancara mendalam Moleong 2005 : 186 mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Hadari Nawawi 2005 : 111 menyatakan bahwa wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara interviewer dengan interviewee. Deddy Mulyana 2004 : 180 menjelaskan bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu wawancara tak terstruktur wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara terbuka dan wawancara terstruktur wawancara baku. Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam, dimana wawancara bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.

F. Instrumen Penelitian