40
3.7 Jenis data
Penelitain ini menggunakan sumber data sebagai berikut, yaitu: a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan. Data primer diperoleh
dengan memberikan pertanyaan questionnaire. b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, skripsi, majalah, tabloid,
informasi dari perusahaan ataupun internet untuk mendukung penelitian.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Daftar pertanyaan Questionnaire Memberikan daftar pertanyaan kepada sampel yang dijadikan responden
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. b. Studi Literatur
Mengumpulkan dan mempelajari informasi yang bersumber dari buku-buku, jurnal, skripsi, majalah, dan internet yang berkaitan dengan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
41
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuisioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Validitas menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur Ginting dan Situmorang, 2008:172. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data mengukur itu valid Sugiyono, 2008:172. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya
dalam mencapai sasarannya. Validitas berhubungan dengan kenyataan. Validitas juga berhubungan dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dinyatakan valid
jika mengukur tujuannya dengan nyata dan benar. Alat ukur yang yang tidak valid adalah yang memberikan hasil ukuran menyimpang dari tujuannya.
Penyimpangan pengukuran ini disebut dengan kesalahan error atau varian. Pengujian validitas menggunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu
dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya, dan bila nilai korelasi tiap faktor tersebut positif dan r
hitung
≥ 0,3 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan bantuan SPPS versi 17 dengan kriteria: 1. Jika r
hitung
r
tabel
maka pernyataan valid 2. Jika r
hitung
r
tabel
maka pernyataan tidak valid 3. Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.
Universitas Sumatera Utara
42
Uji validitas dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan pengamatan dan penelitian kepada responden yang diambil dari luar sampel penelitian yang
berjumlah 30 orang pegawai. Nilai r tabel dengan ketentuan df = N-2 30-2 = 28 dan tingkat
signifikansi sebesar 5 , maka angka yang diperoleh = 0.361. Tabel 3.3 merupakan hasil pengolahan pra-survei yang telah dilakukan kepada 30 responden
di luar sampel penelitian.
Tabel 3.3 Uji Validitas
No. Pernyataan
r
hitung
r
tabel
Keterangan
1 P1
0,436 0,361
Valid 2
P2 0,417
0,361 Valid
3 P3
0,445 0,361
Valid 4
P4 0,607
0,361 Valid
5 P5
0,473 0,361
Valid 6
P6 0,373
0,361 Valid
7 P7
0,408 0,361
Valid 8
P8 0,436
0,361 Valid
9 P9
0,417 0,361
Valid 10
P10 0,445
0,361 Valid
11 P11
0,607 0,361
Valid
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan telah valid karena r hitung r tabel. Dengan demikian, kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap
pengujian reliabilitas.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali
Universitas Sumatera Utara
43
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama Sugiyono, 2007: 110. Uji reliabilitas akan dapat menunjukkan konsistensi dari jawaban-
jawaban responden yang terdapat pada kuesioner. Uji ini dilakukan setelah uji validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang sudah valid.
Menurut Ghozali dan Koncoro dalam Ginting dan Situmorang, 2008:179 butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan
reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut: 1. Menurut Ghozali jika nilai Cronbachs Alpha 0.60 maka pertanyaan reliabel.
2. Menurut Kuncoro jika nilai Cronbachs Alpha 0.80 maka pertanyaan reliabel.
Tabel 3.4 Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
Cronbachs Alpha Based on
Standardized Items
N of Items .826
.802 11
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah
Pada 11 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5 diketahui bahwa koefisien alpha Cronbachs Alpha adalah sebesar 0,826, ini berarti 0,826 0,60
dan 0,826 0,80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai
instrumen penelitian.
Universitas Sumatera Utara
44
3.10 Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian untuk analisis data adalah:
3.10.1 Metode Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis deskriptif yaitu metode penganalisaan yang dilakukan dengan cara menentukan data, mengumpulkan data, dan mengklasifikasikan data
sehingga dapat diperoleh gambaran umum secara jelas mengenai objek yang diteliti. Data diperoleh dari data primer berupa questioner yang telah diisi oleh
sejumlah responden.
3.10.2 Metode Regresi Linear Sederhana
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengukur pengaruh diferensiasi produk terhadap brand image pasta gigi
Sensodyne. Metode regresi linier sederhana dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 17. Adapun model persamaan yang digunakan yaitu:
Y = a + bX + e Dimana:
Y = Brand Image a = konstanta
b = koefisien regresi X = Diferensiasi Produk
e = standard error
Universitas Sumatera Utara
45
3.11 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisi regresi linier sederhana yang berbasis ordinari leas square OLS.
Analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau ordinal Situmorang, 2011: 100.
Hasil regresi dikatakan Best apabila regresi yang dihasilkan guna melakukan estimasi atau peramalan dari sebaran data, menghasilkan error terkecil.
Dengan demikian, tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisi regresi linear, misalnya uji multikolinieritas tidak dapat dipergunakan pada
analisi regresi linier sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data Cross Sectional.
3.11.1 Uji Normalitas
Menurut Situmorang, 2011: 100 uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi
normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut
tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Dengan adanya test normalitas maka hasil penelitian kita bisa di generalisasikan pada populasi. Dalam
pandangan statistik itu sifat dan karakteristik populasi adalah terdistribusi secara normal.
3.11.2 Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
Universitas Sumatera Utara
46
terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas atau kolinearitas diciptakan oleh Frish yang aslinya istilah itu berarti menunjukkan adanya lebih
dari satu hubungan linear tunggal yang sempurna atau eksak perfect or exact diantara variabel – variabel bebas dalam model regresi. Untuk mengetahui ada
tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan Variance Inflation Factor
melalui aplikasi SPSS. Nilai umum yang dapat dipakai adalah nilai tolerance 1, atau nilai VIF 5, maka tidak terjadi multikolinearitas
3.11.3 Heteroskedastisitas
Analisis regresi bertujuan untuk melihat seberapa besar peranan variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam setiap persamaan variabel pasti
memunculkan residu, yaitu variabel – variabel lain yang terlibat akan tetapi tidak termuat di dalam model sehingga residu adalah variabel tidak diketahui sehingga
diasumsikan bersifat acak. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varian yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika
varian tidak sama, maka dikatakan ada Heteroskedastititas. Alat untuk menguji Heteroskedastititas dibagi dua, yaitu dengan analisis grafik atau analisis residual
yang bersifat statistik Situmorang, 2011: 108.
Universitas Sumatera Utara
47
3.12 Uji Hipotesis
3.12.1 Uji Serentak Uji F
Uji F statistik dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah ada pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas X terhadap variabel terikat
Y. Model hipotesis yang digunakan dalam uji F statistik ini adalah : H
o
: b = 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat.
H
o
: b ≠ 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel terikat. Nilai F
hitung
akan dibandingkan dengan nilai F
tabel
Kriteria pengmbilan keputusan, yaitu :
H
o
diterima jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5
H
o
ditolak jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5
3.12.2 Uji Signifikan Parsial Uji-t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial individual terhadap variasi variabel
dependen. Kriteria pengujiannya adalah: H
: b = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen yaitu diferensiasi produk terhadap
variabel dependen Y yaitu brand image pasta gigi Sensodyne. H
: b ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
variabel independen yaitu diferensiasi produk terhadap variabel dependen Y yaitu brand image pasta gigi Sensodyne.
Universitas Sumatera Utara
48
Kriteria pengambilan keputusan adalah: H
diterima jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5 H
ditolak jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5
3.12.3 Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Determinasi R
2
digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas yaitu diferensiasi produk terhadap variabel terikat yaitu
brand image . Jika Koefisien Determinasi R
2
semakin besar mendekati satu menunjukkan semakin baik kemampuan X yaitu diferensiasi produk
menerangkan Y yaitu brand image, dimana 0 R
2
1. Sebaliknya, jika Koefisien Determinasi R
2
semakin kecil mendekati nol, maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X yaitu diferensiasi produk adalah kecil
terhadap variabel terikat Y yaitu brand image. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas X yaitu
diferensiasi produk yang diteliti terhadap variabel terikat Y yaitu brand image.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Pasta gigi Sensodyne merupakan salah satu produk dari perusahaan Glaxo Smith Kline GSK. Glaxo Smith Kline adalah perusahaan multinasional
produsen farmasi, peralatan medis, dan barang konsumsi yang bermarkas di Brentford, London, Inggris. Perusahaan yang didirikan tahun 2000 ini beroperasi
di 70 negara, dan mempekerjakan sekitar 100.728 pekerja. Pusat-pusat riset utama di Inggris, Amerika Serikat, Spanyol, Belgia dan Cina. Selain itu, Glaxo Smith
Kline adalah satu-satunya perusahaan farmasi yang mengatasi tiga penyakit utama yang diidentifikasi oleh World Health Organization, yaitu HIVAIDS,
Tuberculosis, dan Malaria yang sangat bangga telah mengembangkan beberapa obat global terkemuka di bidang ini. Glaxo Smith Kline terdapat di 117 negara
dengan jumlah karyawan lebih dari 100,000 orang, dan lebih dari 15.000 orang tim peneliti. Produknya dipasarkan di 70 negara di seluruh dunia tetapi pasar
tunggal terbesarnya adalah Amerika Serikat yang menyumbang hampir 50 pendapatan GSK. Glaxo Smith Kline memonitoring lebih dari 65 juta senyawa
setiap tahun dalam penelitiannya terhadap obat baru, dan memproduksi hampir 4 milyar obat-obatan dan produk kesehatan, serta mensuplai seperempat dari vaksin
di seluruh dunia.
Universitas Sumatera Utara
50
Glaxo Smith Kline memproduksi obat-obatan yang mengobati bidang penyakit utama seperti asma, anti-virals, infeksi, kesehatan mental, diabetes,
jantung dan kondisi pencernaan. Glaxo Smith Kline juga memasarkan produk konsumen lainnya, banyak yang salah satu pemimpin pasar:
a.
over-the-counter OTC obat-obatan termasuk Gaviscon dan Panadol
b.
produk kesehatan gigi seperti Aquafresh dan Sensodyne
c.
produk pengontrol rokok Nicorette NiQuitin
d.
minuman kesehatan seperti Lucozade , Ribena dan Horlicks
e.
produk perawatan kulit yang dipasarkan oleh Stiefel Laboratories Terdapat beberapa produk yang menjadi unggulan dalam keberhasilan
program pemasaran PT. Glaxo Smith Kline yaitu empat diantara lima kelas terapeutik utama di dunia; anti infeksi, Susunan Saraf PusatSSP Central Nervous
System CNS , saluran nafas respiratory, dan saluran cerna gastrointestinal,
selain itu didukung pula oleh keberhasilan produk vaksin, dan beberapa produk dibidang perawatan oral seperti perawatan gigi serta minuman kesehatan
bernutrisi. Glaxo Smith Kline adalah gabungan dua perusahaan farmasi yaitu Glaxo
Wellcome dan Smith Kline Beecham, yang masing-masing memiliki sejarah yang panjang didunia farmasi. Smith Kline Beecham yang dimulai dari Smith Kline
Company yang merupakan rumah grosir obat terbesar di Philadelphia pada tahun 1980. Perusahaan ini berkembang dengan pesat setelah bergabung dengan
beberapaperusahaan lain dan ditemukannya obat syaraf ”Eskay’s Neurophosphates”, kapsul lepas lambat, obat demam dan flu, dan obat tukak
Universitas Sumatera Utara
51
lambung. SmithKline Co, kemudian melalui beberapa proses bergabung dengan Beecham yang didirikan tahun 1842.
Beecham menjadi besar juga karena akuisisi dan didirikannya laboratorium riset Beecham research Laboratories. Dari sinilah ditemukannya
antibiotik Amoxilin dan Augmentin untuk mengatasi resistensinya. Untuk meningkatkan efisiensi kerja, pada tanggal 26 Juli 1989 dilakukan penggabungan
antara Smith Kline dan Beecham grup menjadi Smith Kline Beecham. Kemudian pada tahun 1994 Smith Kline Beecham bergabung dengan Sterling Health.
Sementara Glaxo Wellcome memiliki sejarah perkembangan yang panjang dan terbentuk dari dua perusahaan besar yaitu Glaxo dan Burroughs Wellcome. Glaxo
berawal dari usaha produksi susu dan mentega, kemudian berkembang dengan ditemukannya Streptomycin dan vitamin B12. Sementara Burroughs Wellcome
yang terbentuk pada tahun 1880 terkenal dengan produk Digoxin dan Polymixin. Tahun 1995 Glaxo dan Burroughs Wellcome bergabung menjadi Glaxo
Wellcome. Glaxo Wellcome dan Smith Kline Beecham bergabung pada tahun 2000
menjadi Glaxo Smith Kline. Ini merupakan proses penggabungan Glaxo Smith Kline. GSK Indonesia diwakili oleh PT Sterling Products Indonesia, memulai
usahanya pada tahun 1970-an saat perusaahaan tersebut didirikan dan mulai beroperasi. Struktur GSK di Indonesia yang kita kenal sekarang merupakan hasil
dari penggabungan global antara Glaxo Wellcome dan Smith Kline Beecham pada tahun 2000. Glaxo Smith Kline berhasil menjadi 10 besar perusahaan farmasi
asing di Indonesia tahun 2011 dengan total penjualan Rp570 milyar. Glaxo Smith
Universitas Sumatera Utara
52
Kline GSK Indonesia telah melakukan kerjasama dengan berbagai perusahaan salah satu nya PT.Combiphar dalam bidang manufaktur untuk kontrak produksi
salah satu produknya yaitu Scott’s Emulsion. Glaxo Smith Kline GSK juga telah mengambil kepemilikan penuh bisnis
consumer healthcare-nya di Indonesia melalui sebuah transaksi yang juga mencakup divestasi satu produk non-core dan satu pabriknya di Indonesia.
Transaksi ini dilakukan dengan tiga perusahaan terkait, yaitu GSK Consumer Healthcare Pte. Ltd, PT Pharma Healthcare dan Sarasvati Venture Capital
Ltd.GSK Consumer Healthcare Pte. Ltd telah membayar Rp.465 miliar kepada Sarasvati Venture Capital Ltd SVC untuk membeli 30 persen saham GSK
Consumer Healthcare yang sebelumnya tidak dimiliki oleh GSK. GSK juga telah menjual produk tetes mata Insto™ kepada Pharma Healthcare Pte. Ltd dan
sepakat untuk menjual pabriknya di Bogor, Indonesia, kepada PT. Pharma Healthcare dengan nilai total transaksi sebesar Rp133 miliar. Bisnis Consumer
Healthcare GSK di Indonesia menjual merek-merek seperti Panadol™, Sensodyne™ dan Scotts™, dan bisnis ini merupakan bisnis penting di negara
berkembang bagi GSK. Bisnis consumer healthcare GSK telah mengalami pertumbuhan yang signifikan selama lima tahun terakhir, dengan penjualan bersih
yang mencapai hampir £50 juta di tahun 2013 dibandingkan tahun 2008 yang mencapai £16 juta. Dengan peningkatan cakupan wilayah dan menggunakan
inovasi produk yang ditargetkan pada kelas menengah yang saat ini jumlahnya meningkat dengan pesat, prospek bisnis consumer healthcare GSK di Indonesia
sangat kuat. GSK sebagai perusahaan farmasi dan kesehatan berbasis riset global
Universitas Sumatera Utara
53
memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan memungkinkan orang untuk berbuat lebih banyak, merasa lebih baik dan hidup
lebih lama do more, feel better and live longer. Di Indonesia, Glaxo Smith Kline GSK mengoperasikan lima unit usaha:
unit usaha produk-produk Pharmaceutical dan Vaccines di bawah divisi Pharmaceuticals; unit usaha produk-produk Oncology; unit usaha Consumer
Healthcare; dan pada tahun 2009, GSK mulai mengoperasikan unit usaha Dermatology setelah mengakuisisi Stiefel Laboratories ke dalam divisi
Pharmaceuticals. Di samping divisi Pharmaceuticals dan Consumer Healthcare, GSK juga mengoperasikan unit usaha Global Manufacturing and Supply GMS,
yang mengelola fasilitas-fasilitas produksi dan suplai GSK di Indonesia. GSK Indonesia memiliki tiga kantor pusat administratif di Indonesia: satu
di Menara Standard Chartered, Jakarta, untuk divisi Pharmaceuticals; satu lagi di Kuningan, Jakarta, untuk divisi Consumer Healthcare; dan terakhir di Pulogadung
untuk divisi GMS. Bisnis GSK di Indonesia juga didukung oleh tiga fasilitas produksi, dua berada di lokasi yang berdampingan di Cimanggis, Bogor; dan satu
lagi di Kawasan Industri Pulogadung dengan total luas hampir mencapai 39.000 meter persegi. Ketiga fasilitas produksi ini memproduksi baik produk
pharmaceutical maupun consumer healthcare terutama untuk Indonesia, dan sebagian untuk ekspor ke Singapura, Thailand, Hongkong dan Kamboja. Jaringan
GSK di Indonesia mencakup semua kota besar, dan sejak tahun 2010, jaringan GSK di Indonesia juga mencakup kabupaten-kabupaten dan kecamatan-
kecamatan utama di seluruh Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
54
GSK mempekerjakan lebih dari 900 profesional berpengalaman di seluruh Indonesia, yang tersebar di tiga unit usaha GSK: Pharmaceuticals, Consumer
Healthcare, dan GMS. Usaha GSK di Indonesia terpusat pada vaksin, produk-produk respiratori,
anti-viral dan metabolik. GSK di Indonesia juga menjual produk-produk lain yang terdiri dari obat-obatan over-the-counter OTC seperti Panadol, Actifed syrup,
Insto, Scott’s Emulsion; produk-produk kesehatan gigi seperti Aquafresh dan Sensodyne; serta produk-produk dermatologi di bawah merk dagang Stiefel, dan
banyak dari produk-produk tersebut merupakan produk-produk unggulan di pasaran.
4.1.1 Visi dan Misi VISI
“Menjadi produsen vaksin dan antisera yang berdaya saing global”
MISI
1. Memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan vaksin dan antisera yang berkualitas internasional untuk kebutuhan Pemerintah, swasta
nasional, dan internasional. 2. Mengembangkan inovasi vaksin dan anti-sera sesuai dengan kebutuhan
pasar. 3. Mengelola Perusahaan agar tumbuh dan berkembang dengan menerapkan
prinsip prinsip good corporate governance. 4. Meningkatkan kesejahteraan Karyawan dan pemegang saham, dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya.
Universitas Sumatera Utara
55
4.1.2 Logo Perusahaan
Sumber:
www.gsk.com Gambar 4.1
Logo Perusahaan
Salah satu merek pasta gigi dan perawatan gigi milik Glaxo Smith Kline adalah Sensodyne. Di Indonesia sendiri Sensodyne sudah masuk sejak periode
1980-an atau 1990-an. Memang, saat itu Sensodyne diperuntukkan bagi kalangan medis. Sensodyne mulai menggarap pangsa pasar consumer goods pada tahun
2002. Di tahun 2004 Sensodyne pertama kali beriklan. Sejak awal Sensodyne memang mengkhususkan diri pada segmen gigi sensitif, berbeda dengan pasta
gigi lain yang produk utamanya untuk pembersihan gigi biasa. Baru setelah melihat peluang di segmen lain, seperti nafas segar, Sensodyne mengeluarkan
varian baru. Semua inovasi yang ada pada Sensodyne dibuat untuk mengakomodasi
kebutuhan pemilik gigi sensitif. Dari analisis, segmen gigi sensitif paling berpeluang untuk tumbuh. Ada sekitar 200 juta penduduk Indonesia, dan jika
diasumsikan ada 150-an juta orang rutin menggosok gigi sehari 2 kali. Hasil riset
Universitas Sumatera Utara
56
dari Capicorn Indonesia Consultan CIC menunjukkan bahwa konsumsi pasta gigi per kapita rata-rata tumbuh 4,7 setiap tahunnya.
Pertumbuhan ini berkembang seiring peningkatan pendapatan, peningkatan pendidikan, kepadatan penduduk, dan juga standar hidup. Dari survei kami
mengetahui bahwa 45 dari total penduduk Indonesia merasakan ngilu saat mengonsumsi makanan tertentu, serta sebanyak 52 penduduk Indonesia tidak
menyadari bahwa mereka memiliki gigi sensitif tanpa memeriksakannya ke dokter gigi. Dari studi yang kami lakukan pada tahun 2009, satu dari tiga penduduk
Indonesia memiliki gigi sensitif. Selang dua tahun, rasio pemilik gigi sensitif naik menjadi satu dari dua penduduk Indonesia pada tahun 2011. Jika dilihat memang
segmen gigi sensitif sangat berkembang, maka banyak pemain lain yang ingin masuk ke segmen ini juga. Pasar pasta gigi sensitif tumbuh berkat kesadaran
konsumen terhadap gigi sensitif yang meningkat karena edukasi. Sejak awal pelaksanaannya pada pertengahan 2013, melalui website,
Sensodyne telah berhasil mengajak puluhan ribu konsumen untuk mengikuti program Sensodyne Challenge. Di sepanjang program, konsumen saling berbagi
testimoni, cerita, dan pengalaman dalam menggunakan Sensodyne sehingga mereka dapat saling menginspirasi dalam mencari solusi terbaik untuk
membebaskan diri dari permasalahan ngilu akibat gigi sensitif. Kesuksesan kampanye ini juga terlihat dari keberhasilan Sensodyne dalam
membebaskan 9 juta konsumen dari permasalahan gigi sensitif, di mana mereka menyetujui bahwa Sensodyne bekerja lebih baik dibandingkan pasta gigi non-
sensitif untuk penderita gigi sensitif.
Universitas Sumatera Utara
57
Pasta gigi Sensodyne berkibar di puncak sebagai penguasa pangsa pasar terbesar pasta gigi sensitif. Meski harga jualnya relatif tinggi dibandingkan pasta
gigi pada umumnya, Sensodyne mampu mengenjot penjualannya seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap problem gigi sensitif. Proses
edukasi yang tiada henti dan strategi promosi jitu yang dilakukannya, membuat Sensodyne menjadi pilihan utama orang yang memiliki gigi sensitif. Berbagai
program edukasi ke sekolah maupun universitas dilakukan seperti program Sensodyne Expert Corner dan juga saluran edukasi ke masyarakat melalui
berbagai media baik cetak, televisi, radio maupun online. Walau nilai pasarnya masih sedikit dari total pasar pasta gigi secara
nasional, ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasar gigi sensitif bisa berkembang mengingat merebaknya gaya hidup konsumen yang juga membawa
konsekuensi serius terhadap masalah kesehatan gigi. Dijelaskan, sekitar 90 penduduk Indonesia menggunakan pasta gigi. Dari jumlah tersebut, pasar pasta
gigi sensitif baru sekitar 20. Dan, menurut penelitian yang pernah dilakukan lembaga survei AC Nielsen, satu dari tiga orang penduduk Indonesia menderita
gigi sensitif. Berdasarkan catatan Berita Bisnis, pada tahun 2008, pangsa pasar produk pasta gigi di Indonesia telah mencapai Rp 1,2 triliun. Khusus untuk pasar
pasta gigi sensitif pada periode yang sama hanya sebesar 2 persen dengan proyeksi kenaikan sebesar 20 persen per tahunnya.
PG memiliki 20
merek y
ang bernilai lebih dari satu milyar dolar bila dilihat dari penjualan tahunannya dan 18 merek lainnya dengan nilai penjualan
antara 500 juta hingga 1 milyar. Berikut tabel yang memperlihatkan beberapa merek yang terdaftar pada PG.
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.1 Merek-Merek Pada PG
No. Nama Merek
Keterangan 1
Ariel Merek sebuah deterjen pencuci baju yang tersedia
Dalam berbagai bentuk dan wangi. 2
Bounty Merek sebuah tissue dapur papertowel yang dijual
di AS dan Kanada. 3
Braun Produesn alat-alat rumah tangga yang berspesialisasi
pada produksi pencukur elektronik, epilaptor, peralatan perawatan rambut, dan blender.
4 Cover Girl
Merek kosmetik wanita. 5
CrestOral B Merek produk pasta gigi dan pemutih gigi.
6 DawnFairy
Merek sabun cucipiring 7
DownyLenor Merek pelembut pakaian
8 Duracell
Merek baterai dan senter 9
Fusion Merek pencukur jenggot pria
10 Gain
Merek deterjen cuci, pelembut pakaian, dan sabun cuci piring cair
11 Gillette
Merek alat cukur pria dan wanita 12
Head Shoulders Merek shampo anti-ketombe dan kondisioner
13 Olay
Merek produk perawatan kulit wanita 14
Oral-B Merek sikat gigi dan produk perawatan gigi
15 Pampers
Merek popok sekali pakai 16
Pantene Merek produk perawatan rambut
17 Tide
Merek deterjen
Universitas Sumatera Utara
59
18 Wella
Merek produk
perawatan rambut
shampoo, kondisioner, styling, dan pewarna rambut
19 Always Whisper
Merek pantyliner yang dipasarkan di Asia 20
FlashMisterClean Merek pembersih serba guna
Sumber: www.wikipedia.comPG
4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk merumuskan dan menginterpretasikan hasil penelitian berupa identitas responden dan distribusi
jawaban terhadap masing-masing variabel.
4.2.1 Karakteristik Responden
Berikut ini adalah tabulasi mengenai karakteristik responden yang berjumlah 73 orang, di distribusikan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Presentase
Laki-Laki 41
56,9 Perempuan
32 43,1
T O T A L 73
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah Laki - Laki dengan presentase sebesar 56,9, dan Perempuan sebesar 43,1.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah
Presentase
18 – 22 Tahun 65
89,2 23 – 27 Tahun
4 5,4
28 Tahun 4
5,4 T O T A L
73 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah
Universitas Sumatera Utara
60
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah usia 18- 22 Tahun dengan presentase sebesar 89,2, 23 - 27 Tahun dengan presentase
sebesar 5,4, dan 28Tahun sebesar 5,4.
4.2.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Difrensiasi Produk dan Variabel Brand Image
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Difrensiasi ProdukX
No. Item STS
TS KS
S SS
T O T A L F
F F
F F
F
1 5
6,8 35
47,9 33
45,2 73
100 2
6 8,2
31 42,5
36 49,3
73 100
3 2
2,7 23
31,5 48
65,8 73
100 4
3 4,1
4 5,5
10 13,7
30 41,1
26 35,6
73 100
5 2
2,7 3
4,1 7
9,6 42
57,5 19
26 73
100 6
3 4,1
5 6,8
7 9,6
40 54,8
18 24,7
73 100
7 4
5,5 3
4,1 7
9,6 18
24,7 41
56,2 73
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa: 1. Pada pernyataan pertama, dari 73 responden, sebanyak 45,2 responden
menyatakan sangat setuju bahwa Ukuran Sensodyne lebih kecil dibandingkan pasta gigi lain, 47,9 menyatakan setuju, 6,8 menyatakan kurang setuju, 0
menyatakan tidak setuju, dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
2. Pada pernyataan kedua, dari 73 responden, sebanyak 49,3 responden menyatakan sangat setuju bahwa Desain dan warna kemasan Sensodyne lebih
simple dan elegan di banding merek lain, 42,5 menyatakan setuju, 8,2 menyatakan kurang setuju, 0 menyatakan tidak setuju, dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
61
3. Pada pernyataan ketiga, dari 73 responden, sebanyak 65,8 responden menyatakan sangat setuju bahwa Bahan komposisi Sensodyne lebih aman di
bandingkan pasta gigi merek lain, tidak mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan, 31,5 menyatakan setuju, 2,7 menyatakan kurang setuju, 0
menyatakan tidak setuju, dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
4. Pada pernyataan keempat, dari 73 responden, sebanyak 35,6 responden menyatakan sangat setuju bahwa Sensodyne menjadi produk yang lebih unggul
dalam mengatasi gigi sensitif dibandingkan pasta gigi lainnya, 41,1 menyatakan setuju, 13,7 menyatakan kurang setuju, 5,5 menyatakan tidak
setuju, dan 4,1 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
5. Pada pernyataan kelima, dari 73 responden, sebanyak 26 responden menyatakan sangat setuju bahwa Kenyamanan di mulut pada Sensodyne lebih
baik dibandingkan pasta gigi lain, 57,5 menyatakan setuju, 9,6 menyatakan kurang setuju, 4,1 menyatakan tidak setuju, dan 2,7 responden menyatakan
sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 6. Pada pernyataan keenam, dari 73 responden, sebanyak 24,7 responden
menyatakan sangat setuju bahwa Sensodyne lebih ampuh mengatasi masalah gigi sensitif dibandingkan pasta gigi lain, 54,8 menyatakan setuju, 9,6
menyatakan kurang setuju, 6,8 menyatakan tidak setuju, dan 4,1 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
62
7. Pada pernyataan ketujuh, dari 73 responden, sebanyak 56,2 responden menyatakan sangat setuju bahwa Sensodyne selalu berhasil mengatasi gigi
sensitif hingga saat ini, 24,7 menyatakan setuju, 9,6 menyatakan kurang setuju, 4,1 menyatakan tidak setuju, dan 5,5 responden menyatakan sangat
tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Brand ImageY
No. Item STS
TS KS
S SS
T O T A L F
F F
F F
F
1 9
12,3 52
71,2 12
16,4 73
100 2
10 13,7
48 65,8
15 20,5
73 100
3 2
2,7 27
37 44
60,3 73
100 4
7 9,6
30 41,1
36 49,3
73 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa: 1. Pada pernyataan pertama, dari 73 responden, sebanyak 16,4 responden
menyatakan sangat setuju bahwa Ukuran Sensodyne lebih kecil dibandingkan pasta gigi lain, 71,2 menyatakan setuju, 12,3 menyatakan kurang setuju,
0 menyatakan tidak setuju, dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
2. Pada pernyataan kedua, dari 73 responden, sebanyak 20,5 responden menyatakan sangat setuju bahwa Desain dan warna kemasan Sensodyne lebih
simple dan elegan di banding merek lain, 65,8 menyatakan setuju, 13,7 menyatakan kurang setuju, 0 menyatakan tidak setuju, dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 3. Pada pernyataan ketiga, dari 73 responden, sebanyak 60,3 responden
menyatakan sangat setuju bahwa Bahan komposisi Sensodyne lebih amandi
Universitas Sumatera Utara
63
bandingkan pasta gigi merek lain, tidak mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan, 37 menyatakan setuju, 2,7 menyatakan kurang setuju, 0
menyatakan tidak setuju, dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
4. Pada pernyataan keempat, dari 73 responden, sebanyak 49,3 responden menyatakan sangat setuju bahwa Sensodyne menjadi produk yang lebih unggul
dalam mengatasi gigi sensitif dibandingkan pasta gigi lainnya, 41,1 menyatakan setuju, 9,6 menyatakan kurang setuju, 0 menyatakan tidak
setuju, dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
4.3 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis linier sederhana dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0 dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas difrensiasi
produk X terhadap variabel terikat yaitu brand image Y.
Tabel 4.6
Variables EnteredRemoved
b
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Difrensiasi_Produk
a
. Enter a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Brand_Image
Sumber:Hasil Penelitian, 2015 data diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 Variabel Enteredremoved
b
menunjukkan hasil analisis statistik tiap indikator sebagai berikut.
Tabel 4.7 Analisis Regresi Linier Sederhana
Coefficients
a
Universitas Sumatera Utara
64
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 5.413
1.216 4.450
.000 Difrensiasi_Produk
.396 .041
.754 9.664
.000 a. Dependent Variable: Brand_Image
Sumber:Hasil Penelitian, 2015 data diolah
Berdasarkan Tabel 4.8 maka persamaan analisis regresi linier sederhana dalam penelitian ini adalah:
Y = 5,413 + 0,396X
Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Konstanta a = 5,413