Tipe – tipe Konflik Struktur Konflik

nilai yang menjadi pegangan bersama, konflik politik karena benturan budaya akan menimbulkan perang saudara atau gerakan sparatisme. Kemajemukan vertikal ialah sttruktur masyarakat yang terpolarisasikan menurut pemilikan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasan. Kemajemukan vertikal dapat menimbulkan konflik sebab sebagian besar masyarakat yang tidak memilki atau hanya memiliki sedikit kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan akan memiliki kepentingan yang bertentangan dengan kelompok kecil masyarakat yang mendominasi ketiga sumber pengaruh tersebut. Jadi, distribusi kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan yang pincang merupakan penyebab utama timbulya konflik politik. Konflik terjadi manakala terdapat benturan kepentingan. Dalma rumusan lain dapat dikemukakan konflik terjadi jika ada pihak yang merasa diperlakukan tidak adil atau manakala pihak berperilaku menyentuh “titik kemarahan” pihak lain. Dengan kata lain, perbedaan kepentingan karena kemajemukan vertikal dan kemajemukan horizontal merupakan kondisi yang harus ada necessary condition bagi timbulnya konflik, tetapi perbedaan kepentingan itu bukan kondisi yang memadai sufficien condition untuk menimbulkan konflik.

6.1.3 Tipe – tipe Konflik

Konflik politik dikelompokkan menjadi dua tipe. Kedua tipe ini meliputi konflik positif dan konflik negatif. Yang dimaksud dengan konflik positif ialah konflik yang tak mengancam eksistensi sistem politik, yang biasanya disalurkan lewat mekanisme penyelesaian yang disepakati bersama dalam konstitusi. Universitas Sumatera utara Mekanisme yang dimaksud adalah lembaga-lembaga demokrasi, seperti partai politik, badan-badan perwakilan rakyat, pengadilan, pemerintah, pers, dan forum- forum terbuka yang lain. Tuntutan akan perubahan yang diajukan oleh sejumlah kelompok masyarakat melalui lembaga-lembaga itu merupakan contih konflik positif. Sebaliknya, konflik negatif ialah konflik yang dapat mengancam eksistensi sitem politik yang biasanya disalurkan melalui cara-cara nonkonstitusional, seperti kudeta, separatisme, terorisme dan revolusi. Kategori ini mengandung kelemahan. Apabila mayoritas masyarakat memandang lembaga dan struktur yang ada tidak mencerminkan kepentingan umum, konflik yang disalurkan melalui mekanisme politik justru dipandang sebagai konflik yang negatif. Sebaliknya, tindakan yang menentang sistem yang tidak mencerminkan kepentingan umum dipandang sebagai konflik positif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mentukan suatu konflik bersifat positif atau negatif sangat bergantung pada persepsi kelompok yang terlibat dalam konflik, terutama pada sifat masyarakat umum terhadap sistem politik yang berlaku. Dalam hal ini, yang menjadi patokan untuk suatu konflik yang bersifat positif atau negatif, yakni tingkat legimitasi sistem politik yang ada. Hal ini dapat dilihat dari dukungan masyarakat umum terhadap sistem politik yang berlaku. 7 7 Ramlan Surbakti. 2010. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta. Hlm. 196.

6.1.4 Struktur Konflik

Universitas Sumatera utara Menurut Paul Conn, situasi konflik pada dasarnya dibedakan menjadi konflik menang-kalah zero-sum conflic dan konflik menang-menang non-zero- sum conflic . Konflik menang-kalah ialah situasi konflik yang bersifat antagonistik sehingga tidak memungkinkan tercapainya suatu kompromi diantara pihak-pihak yan terlibat dalam konflik. Ciri struktur konflik ini adalah tak mungkin mengadakan kerjasama, hasil kompetisi akan dinikmati oleh pemenang saja pihak pemenang akan semuanya, dan yang dipertaruhkan biasanya menyangkut hal-hal yang dianggap prinsipiil, seperti harga diri, iman kepercayaan, masalah hidup atau mati, dan jabatan penting pemerintahan. Konflik antara penganut iman dan kepercayaan tertentu dengan partai atau kelompok yang menganut ideologi komunis merupakan konflik menang-kalah. Hal ini disebabkan keduanya tidak mungkin mengadakan kompromi dan bekerja sama secara utuh. Sementara itu, pemilihan umum, misalnya pemilihan presiden dan anggota kongres secara langsung di Amerika Serikat yang menggunakan formula pluralitas dalam menentukan siapa yang menjadi pemenang merupakan salah satu contoh tentang konflik menang kalah. Konflik menang-menang ialah suatu situasi dalam mana pihak-pihak yan terlibat dalam konflik masih mungkin mengadakan kompromi dan bekerja sama sehingga semua pihak akan mendapatkan bagian dari konflik tersebut. Yang dipertaruhkan dalam situasi konflik biasanya bukan hal-hal yang prinsipiil, tetapi bukan pula hal yang tidak penting. Namun justru hal itu dianggap penting, maka diadakan dialog, kompromi dan kerjasama yang menguntungkan kedua pihak. Universitas Sumatera utara Ciri struktur konflik ini, yakni kompromi dan kerja sama, hasil kompetisi akan dinikmati oleh kedua pihak tetapi tidak secara maksimal. Konflik yang terjadi dalam proses penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara antara pemerintah dan fraksi-fraksi di badan-badan perwakilan rakyat biasanya diselesaikan secara kompromi. Akibatnya, semua pihak berhasil memperjuangkan usulannya, walaupun tidak secara maksimal.

6.1.5 Tujuan Konflik