BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak asing lagi dengan apa yang biasa kita sebut dengan istilah konflik. Konflik ini terjadi antar individu maupun antar
kelompok yang memperebutkan hal yang sama, mengingat sifat manusia yang tiada batas akan sebuah kepuasan dan selalu ingin berkuasa. Begitu juga dengan
kekuasaan, disetiap jalinan hubungan disitu pula terdapat sebuah kuasa antara yang satu dengan yang lain. Kekuasaan sebenarnya hanya menjadi salah satu
objek, tapi tidak pula bisa dipungkiri bahwa kekuasaan merupakan aspek yang relatif penting dalam kehidupan. Konflik yan terjadi bukanlah tanpa sebab dan
tujuan, yang salah satunya adalah ingin memperebutkan sumber-sumber yang sama disatu pihak ingin merebutmemiliki, dan dipihak lain ingin
mempertahankannya. Kekuasaan yang dimaksud disini adalah pihak yang satu mengusai pihak lain. Pada akhirnya konflik yang terjadi adalah dalam rangka
ingin memperebutkan sebuah kekuasaan sumber-sumber kekuasaan yang sama yang terlepas dari perbedaan suku, ras, dan agama meskipun tidak bisa kita
pungkiri bahwa masyarakat yang sifatnya beragam itu rentan terjadi konflik.
Universitas Sumatera utara
Melihat perjalanan sejarah bangsa Indonesia, terutama pada masa penjajahan oleh Belanda dengan jangka waktu cukup lama, Belanda datang ke
Indonesia dengan berbagai alasan, diantaranya adalah karena tanahnya yang sangat subur untuk di tanami rempah-rempah dan tanaman lainnya seperti
tembakau. Melihat hal yang demikian, setelah beberapa waktu menduduki beberapa wilayah yang ada di Indonesia, maka pihak Belanda berinisiatif untuk
memperluas tanah kekuasaannya secara paksa di wilayah Indonesia. Kekuasaan dalam hal ini berarti bagaimana para kolonialis Belanda ingin menguasai tanah air
penduduk pribumi dan bagaimana pula penduduk pribumi melakukan perlindungan terhadap daerah kekuasaannya dengan berbagai bentuk perlawanan
atas usaha-usaha Belanda untuk memperluas daerah kekuasaannya. Para pahlawan terdahulu telah bersedia mengangkat senjata,
mengorbankan segenap jiwa dan raganya dalam rangka menentang kolonial Belanda yang ingin menduduki bumi pertiwi ini. Banyak peristiwa bersejarah
yang tidak sedikit merenggut nyawa para pahlawan kita yang membela akan kesucian tanah air nenek moyang kita. Seperti misalnya Perang Diponegoro,
perang ini adalah perang besar dan berlangsung selama lima tahun 1825-1830 yang terjadi di
Jawa , antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan Jendral
De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernama
Pangeran Diponegoro . Dalam perang ini telah berjatuhan
korban yang tidak sedikit baik korban harta maupun jiwa. Begitupula di Sumatera, kita sudah tidak asing dengan perang melawan Belanda yang dipimpin
Universitas Sumatera utara
oleh Sisingamangaraja, ini adalah sebagian kecil dari sejarah perjalanan bangsa Indosensia menuju kemerdekaannya.
Dan khususnya di tanah Sunggal, Medan, Sumatera Utara telah terjadi perlawanan rakyat pribumi melawan Belanda, perang ini merupakan salah satu
peristiwa sejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya.
Perang ini adalah perjuangan rakyat Sunggal dalam mempertahankan tanah
tumpah darahnya dari penguasaan tangan penjajahan Belanda. Wilayah Sunggal
Serbanyaman yang sangat subur ketika itu ingin dikuasai oleh perusahaan
perkebunan Belanda untuk ditanami tembakau. Penguasaan itu tanpa seizin raja
dan rakyat Sunggal sehingga timbullah peperangan. Perang ini merupakan salah
satu perang yang terbesar sehingga pemerintah Hindia Belanda harus
mengeluarkan Medali Khusus untuk menghargai para pemimpin perang ini dari
pihak mereka. Hal itu diketahui dari catatan yang terdapat di Museum KNIL,
Bronbeek Belanda.
1
Ada beberapa tokoh pejuang yang terlibat secara langsung dalam Perang Sunggal ini. Mereka berusaha mempertahankan Sunggal Serbanyaman,
tanah airnya, dari penjajahan Belanda. Tokoh- tokoh tersebut antara lain ialah Datuk
Badiuzzaman Surbakti, Datuk Alang Muhammad Bahar Surbakti, Datuk Mahini
Surbakti Datuk Kecil, Datuk Jalil Surbakti, dan Datuk Sulong Barat Surbakti. Pemicu terjadinya Perang Sunggal ini adalah masalah tanah. Ketika itu ada sistem
1
Tengku Lukman Sinar, SH. 1988. Perang Sunggal 1872-1895. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Medan. Medan. Hal. 3.
Universitas Sumatera utara
pemerintahan tradisional yang di sebut Urung desaperkampungan, dan di daerah Deli sendiri terdpat 4 wilayah Urung anatara lain: Sunggal, Sepuluh Dua
Kuta Hamparan Perak, dan Sukapiring.
2
Pada tahun 1872 Datuk Badiuzzaman Surbakti dan adiknya Datuk Alang
Muhammad Bahar Surbakti dengan didukung rakyat Serbanyaman Sunggal dan
suku-suku lainnya mulai mengadakan perlawanan dengan mengangkat senjata
terhadap Belanda. Ketika itu, Belanda didukung oleh Sultan Mahmud Perkasa
Alam. Datul-datuk Sunggal tersebut menghendaki Sunggal merdeka dari siapapun. Kedatukan Sunggal telah melihat bahwa di Deli terdapat pemberian
tanah tanah rakyat secara besar-besaran kepada maskapai-maskapai perkebunan tembakau Belanda dan keuntungan-keuntungan yang besar serta
pajak yang masuk ke kantong Belanda memebuat Sunggal menentang perluasan Pada masa itu wilayah Sunggallah yang
memiliki tanah paling subur yang cocok untuk dijadikan perkebunan oleh maskapai-maskapai perkebunan Belanda dan sekaligus wilayah Sunggal adalah
Urung yang terkuat di daerah Deli. Pada tahun 1870 Sultan Mahmud Perkasa
Alam Sultan Deli memberikan tanah yang subur di wilayah Sunggal untuk
dijadikan konsensi perkebunan perusahaan Belanda yang bernama De
Rotterdam dan Deli Maschapij. Pemberian tanah ini tanpa melalui perundingan
dengan penguasa serta rakyat wilayah Sunggal sehingga timbullah perlawanan
bersenjata.
2
Tengku Lukman Sinar, SH. 2009. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Medan. Medan. Hal. 17.
Universitas Sumatera utara
perkebunan-perkebunan itu kedalam wilayah Sunggal, sedangkan Belanda dan maskapai-maskapai perkebunan menganggap Sunggal itu adalah taklukan Sultan
Deli sehingga izin mendapat tanah cukup dengan persetujuan Sultan Deli saja. Atas hal tersebutlah maka Datuk Kecil mengumpulkan dukungan rakyat Melayu
dan Karo dari hulu Sunggal yang juga takut bila tanah adat mereka akan diambil Belanda begitu saja.
Perlawanan rakyat Serbanyaman Sunggal dilakukan rakyat dengan
bergerilya sambil membakar bangsal-bangsal tembakau di atas tanah rakyat yang
dikuasai oleh Belanda. Dalam perang ini, beliau, Datuk Badiuzzaman Surbakti terlihat taktis dalam melakukan perlawanan terhadap pihak Belanda, ia
memecahbelah konsentrasi taktik penyerangan yang dilakukan Belanda, meskipun para pejuang hanya memiliki senjata yang sederhana seperti pedang,
tombak, senapan locok melawan musuh yang dipersenjatai dengan senjata yang lebih canggih, tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat juang para pahlwanan
untuk tetap maju dan perang demi perang alhasil sering dimenangkan oleh para pejuang dengan tidak sedikit mengorbankan nyawa para pejuang yang ikut
didalam medan perang. Begitu juga dari pihak Belanda yang sering kualahan melawan para pejuang dan sering meminta bantuan pasukan dari pusat yang
berada di Jawa ketika itu. Yang pertama, tibanya Korps Ekspedisi Militer Belanda yang ke-1. Untuk
menghadapi keadaan darurat maka Korps Ekspedisi Militer Belanda yang ke-1 ini
Universitas Sumatera utara
segera dibentuk secara tergesa-gesa dengan gabungan Angkatan Darat dan Korps Marinir Angkatan Laut dari kapal-kapal perang Banka dan Den Briel.
Panglima Korps Ekspedisi I ini adalah Kapten W. Koops, dan langsung menuju Ke Sunggal pada tanggal 15 Mei 1872. Bantuan Korps Ekspedisi Militer Belanda yang
ke-2, hal inipun tidak banyak memberikan bantuan terhadap pasukan Belanda dalam peperangan. Dan yang terakhir tibanya Korps Ekspedisi Militer Belanda
yang ke-3. Panglima Angkata Darat Hindia Belanda menganggap bahwa pimpinan Letnan Kolonel Von Hombracht tidak becus untuk mengatasi situasi di Deli,
karena tidak ada kemajuan apa-apa yang berarti yang dapat dicapainya. Pada tanggal 24 September tibalah di Deli kapal perang Willem III membawa anggota-
anggota pasukan baru Belanda dalam Ekspedisi Militer ke-3 yang dipimpin oleh Mayor N. W. C. STuwe.
3
Dengan pimpinan Datuk Sunggal Badiuzzaman Surbakti dan adiknya Datuk Alang Muhammad Bahar Surbakti, rapat-rapat rahasia dengan pemuka
rakyat sering diadakan untuk merencanakan strategi perang melawanpasukan Belanda. Keadaan di Deli sendiri ketika itu sedang gawat karena bahaya
kelaparan mengancam yang disebabkan kaum tani turut bersimpati tidak menjual beras kepada Belanda. Sehingga Belanda terpaksa mengimpor beras
secara besar-besaran dari Rangoon, Birma. Di samping itu perlawanan terus terjadi dimana-mana yang dipimpin oleh Sri Diraja dengan bergerilya dan
membakar bangsal-bangsal tembakau milik Belanda. Kerena perlawanan yang
3
Brahmana Putro, 1979. Karo Dari Zaman ke Zaman. Jilid 2. Ulih Saber. Medan. Hal. 241.
Universitas Sumatera utara
dipimpin Datuk Badiuzzaman Surbakti ini sulit dipadamkan oleh Belanda, maka Belanda secara licik menipu belia dalam sebuah perundingan damai,beliau tiba-
tiba ditangkap oleh pasukan Belanda pada tahun 1895 dan kemudian beliau bersama adiknya Datuk Alang Muhammad Bahar Surbakti di buang ke Tanah
Jawa seumur hidup. Meskipun perang ini oleh pihak Belanda di sebut “Perang Batak “ karena
pertempuran yang sering terjadi berada di wilayah pegunungan yang didiami suku Batak Karo, namun perang ini bersifat nasionalis, karena :
1. Tidak berunsur keagamaan di sini suku Melayu Islam yang bersatu
dengan suku Batak Karo yang belum beragama pada masa itu. 2.
Kerjasama dari berbagai suku bangsa, yaitu suku Melayu, suku Batak Karo, Suku Aceh Gayo.
3. Menentang perampasan tanah-tanah rakyat oleh pihak perkebunan milik
Belanda. 4.
Mempertahankan tanah air terhadap ekspansi kolonial Belanda. 5.
Membentuk popular front untuk pembebasan dimana Belanda sudah bercokol.
4
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan ada beberapa masalah menarik yang tentunya akan dibahas dalam bab selanjutnya. Yang pertama, apa
sebenarnya hal yang melatarbelakangi bahwasannya Sultan Deli yaitu Sultan
4
Tengku Lukman Sinar, SH. op. cit.Hal. 3-4.
Universitas Sumatera utara
Mahmud Perkasa Alam memberikan tanah Sunggal yang subur kepada Belanda untuk ditanami tembakau. Hal ini sangat menarik untuk diketahui jika melihat
kebelakang bahwa keturunan nenek moyang Kesultanan Deli berasal dari seorang perempuan yang bersuku Karo bernama Nang Baluan Surbakti yang
dikawini oleh Gocah Pahlawan Laksamana Khoja Bintan, salah satu seorang Panglima Dari Sultan Iskandar Muda Aceh di tahun 1612. Yang kedua, dalam
penelitian ini penulis juga akan memberikan penjelasan-penjelasan mengenai sebuah permasalahan mengapa Kesultanan Deli lebih memilih untuk bersekutu
kepada Belanda. Yang ketiga, dalam perjalanan perang, mengapa pihak Belanda dengan senjata yang lebih canggih sering kualahan dalam perang melawan para
pejuang dengan senjata yang bersifat tradisional. Pemimpin perang Sunggal seperti Datuk Badiuzzaman Surbakti dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya ketika
itu tentunya mempunyai taktik khusus untuk melawan musuh sehingga ia dan para pejuangnya sering mendominasi peperangan.
Melihat proses dan memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 23 tahun, dan banyak korban yang berjatuhan dalam medan perang baik dari pihak
para pejuang maupun dari pasukan Belanda, serta kepiawaian Datuk Badiuzzaman Surbakti dalam memimpin perang, hal ini juga menarik minat
penulis untuk melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui dan mengeksplorasi berbagai fakta yang sebenarnya terjadi dalam perang sunggal.
Oleh karena hal tersebut, penulis dapat menentukan untuk melakukan
Universitas Sumatera utara
penelitian ini dengan judul KONFLIK DAN KEKUASAAN: Suatu Studi Perjuangan Politik DatukBadiuzzaman Surbakti Dalam Perang Sunggal 1872-1895.
2.
Perumusan Masalah
Dalam menganalisis bagaimana konflik dan kekuasaan yang terjadi didalam Perang Sunggal yang di pimpin oleh Datuk Badiuzzaman Surbakti, tentu
diperlukaan kajian yang mendalam tentang konsep konflik dan kekuasaan, sehingga dapat membentuk sebuah pemaparan yang jelas mengenai kepiawaian
beliau dalam memimpin Perang Sunggal. Berbeda ketika perang yang dipimpin langsung oleh pamannya, Datuk Muhammad Dhini Surbakti, Datuk Badiuzzaman
Surbakti terlihat lebih taktis dalam dalam merencanakan strategi perang dan mengkoordinasi para pejuang lainnya. Kemudian kekuasaan yang ditunjukkan
oleh beliau sebagai Raja Sunggal yang begitu perhatian dan sangat bijaksana dapat dirasakan oleh rakyatnya, sehingga rakyatnya sangat mencintai beliau dan
memberikan dukungan yang sangat besar, bahkan rakyatnya mau mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk membantu beliau dalam mempertahankan wilayah
Sunggal dari penjajahan Belanda. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
Bagaimana konflik dan kekuasaan yang dicerminkan dalam perjuangan politik Datuk Badiuzzaman Surbakti dalam Perang Sunggal ?
Universitas Sumatera utara
3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 3.1 Tujuan Pemelitian