3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 3.1 Tujuan Pemelitian
Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengeksplorasi kedudukan konflik dan perebutan kekuasaan antara Datuk Badiuzzaman Surbakti melawan Belanda yang bersekutu
dengan Kesultanan Deli dalam Perang Sunggal.
3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis sendiri, melalui penelitian ini dapat mengembangkan
kemampuan berfikir serta mengekplorasi pemikirannya dalam karya ilmiah ini.
2. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap perkembangan dan pendalaman terhadap studi politik lokal, khususnya kajian tentang teori konflik dan teori kekuasaan.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai khasanah
kekayaan ilmu politik di FISIP USU dan lembaga-lembaga atau praktisi yang terkait dalam bidang penelitian ini.
4. Studi Kepustakaan
Mengenai penelitian ini yaitu tentang konflik dan kekuasaan yang dicerminkan oleh Datuk Badiuzzaman surbakti dalam perang Sunggal 1875-
1895, belum ada penelitian sebelumnya yang menyinggung secara langsung Datuk Badiuzzaman Surbakti tersebut. Tetapi karena dalam penelitian ini ada
berbicara mengenai Kesultanan Deli, sebelumnya ada penelitian yang menyangkut
Universitas Sumatera utara
Kesultanan Deli, yaitu tesis dari Asmyta Surbakti M. Si, Jurusan Ilmu Budaya Cultur Studies, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Bali, 2004. Beliau
melakukan penelitian mengenai Istana Mimoon yang di kaji dari sudut pandang kajian budaya dengan konsentrasi dalam bidang pariwisata industri. Berbeda
dengan penelitian ini yang dikaji melalui sudut pandang ilmu politik.
5. Pentingnya Penelitian
Datuk Badiuzzaman Surbakti merupakan keturunan dari Kedatukan Sunggal. Kedatukan Sunggal itu sendiri merupakan merupakan suatu institusi adat
yang mempunyai pemimpin, dari sejarah berdirinya tidak pernah mereka berjuang sendiri-sendiri tanpa berkoordinansi dengan yang lainnya. Apalagi dalam
perjuangan melawan Belanda, dan pemimpin perang ketika itu adalah Datuk Badiuzzaman Surbakti yang dibantu dengan Datuk Mahini Surbakti Datuk
Kecil, Datuk Alang Muhammad Bahar Surbakti, Datuk Jalil Surbakti, dan Datuk Sulong Barat Surbakti. Yang ada hanya semangat perjuangan untuk menjadikan
mereka berjuang melampui batas dirinya dan keluarganya. Datuk Badiuzzaman Surbakti merupakan sosok yang memiliki jiwa
patriotik dan berjuang tanpa pamrih serta diselimuti semangat nasionalisme yang tinggi. Terbukti dalam membendung penjajahan yang dilakukan oleh Belanda, ia
berjuang melalui diplomasi yaitu membentuk persekutuan agung dengan Suku Karo, Aceh Gayo dan Suku Melayu untuk bersatu padu melawan Belanda. Beliau
adalah penggagas sekaligus pemimpin dalam Perang Sunggal.
Universitas Sumatera utara
Dalam hal strategi peperangan, ia membentuk suatu badan perjuangan untuk memobilisasi rakyat pribumi melawan pasukan Belanda yang terorganisir
yang terletak di Desa Gajah. Badan perjuangan ini di pimpin oleh Datuk Kecil Surbakti, Datuk Jalil Surbakti, dengan panglima perangnya Datuk Sulong Barat
Surbakti dan Datuk Alang Muhammad Bahar Surbakti dibantu dengan Nabung Surbakti dan panglima dari Aceh yaitu Nyak Makam. Datuk Badiuzzaman
Surbakti merupakan sosok pemimpin yang pantang menyerah, meskipun ketika pamannya yang bernama Datuk Kecil ditangkap oleh Belanda dan dibuang
seumur hidup ke Jawa, beliau tetap semangat dalam melawan Belanda dengan mengubah pola perjuangan yang semula perang secara frontal dan terbuka
menjadi aksi-aksi sabotase dan perang gerilya. Dalam hal ini beliau mampu membaca dan mencermati situasi politik yang berubah sekaligus sebagai taktik
untuk terus memupuk semangat perlawanan rakyat hingga titik darah terakhir. Datuk Badiuzzaman Surbakti juga memiliki sikap non kompromi terhadap
penjajahan Belanda, karena hal itu adalah nilai dari leluhur bahwa pantang menyerah dan tunduk terhadap penjajah Belanda. Dengan keuletan dan
kegigihannya dalam memimpin perang ia sangat berjasa pada masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Sumatera pada khususnya, karena telah
melawan Belanda demi mempertahankan tanah airnya, selama kurang lebih 23 tahun ia berperang melawan Belanda. Datuk Badiuzzaman Surbakti adalah
pejuang yang sangat berkonsisten tinggi karena hampir seluruh usianya yaitu hampir 23 dari umurnya ia abdikan untuk berjuang dan berbakti demi
menegakkan dan mempertahankan bumi pertiwi dari cengkraman Belanda.
Universitas Sumatera utara
6. Kerangka Teori