commit to user
xvii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi dalam rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak
dinyatakan beberapa praktisi bahwa, guru pendidikan jasmani secara umum belum menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu: guru
mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa disuruh latihan atau bermain sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius.
Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional tanpa menggunakan media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya.
Guru pendidikan jasmani tugasnya tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan
pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Adang Suherman 2000: 23 menyatakan
, “Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: 1 perkembangan fisik, 2
perkembangan gerak, 3 perkembangan mental dan, 4 perkembangan sosial”.
Dalam pendidikan jasmani diajarkan beberapa macam cabang olahraga menurut jenjang pendidikannya. Menurut Depdiknas 2004: 19-
20 bahwa, “Materi pokok pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: 1 permainan dan
olahraga, 2 aktivitas pengembangan, 3 uji dirisenam, 4 aktivitas ritmik, 5 akuatik dan, 6 aktivitas luar sekolah”.
Berdasarkan kurikulum Penjasorkes bahwa, materi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mencakup berbagai aspek yaitu permainan dan olahraga,
aktivitas pengembangan, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan. Dalam upaya mengajarkan materi pendidikan jasmani tersebut, maka
seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi yang memadai dengan mengembangkan pengetahuannya agar kualitas pendidikan di Indonesia
lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya.
commit to user
xviii Adanya program pemerintah tentang sertifikasi guru yang mulai
diselenggarakan tahun 2007 merupakan konsekuensi dari hukum tentang pendidikan yaitu: UU RI No. 202003 tentang Sisdiknas, UU RI No. 142005
tentang Guru dan Dosen dan PP No. 192005 tentang Standar Nasional Pendidikan Farida Sarimaya, 2009: 9.
Berdasarkan Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah tersebut guru adalah pendidik profesional. Sebagai pendidik profesional, maka guru harus
memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Menurut Syaiful Sagala 2009: 31-
39 bahwa, “Kompetensi seorang guru meliputi empat macam yaitu: 1 kompetensi pedagogik, 2 kompetensi kepribadian, 3
kompetensi sosial dan 4 kompetensi profesional”. Berkaitan dengan kompetensi profesional dalam http:arifkurniawan 045.blogspot.com200712persiapan-
profesi-guru-penjas.html dijelaskan: Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi
yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi- kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: kompetensi bidang bidang
substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan
dan pelayananpengabdian masyarakat. Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya.
Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya.
Sedangkan Wina Sanjaya 2006: 143-144 menyatakan ciri dan karakteristik dari proses mengajar sebagai tugas profesional guru mencakup:
1 Dalam mengajar dibutuhkan keterampilan khusus yang didasarkan pada
konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik. 2
Seorang guru harus memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa ke arah tujuan yang diinginkan.
3 Seorang guru dibutuhkan tingkat pendidikan yang memadai.
4 Seorang guru bertugas mempersiapakan generasi muda yang dapat hidup
berperan aktif di masyarakat. 5
Pekerjaan guru merupakan pekerjaan dinamis yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Program sertifikasi merupakan program pemberian sertifikat bagi guru yang telah memenuhi sejumlah persyaratan menuju guru profesional. Pemenuhan
commit to user
xix persyaratan kualifikasi akademik minimal S1D4 dibuktikan dengan ijazah dan
persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Melalui program sertifikasi ini diharapkan guru selalu
meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang masalah pembelajaran di sekolah. Apakah guru yang telah mendapat sertifikat sertifikasi kualitasnya menjadi lebih
baik ataukah sama saja. Banyak kasus dijumpai bahwa, guru yang mendapat panggilan sertifikasi
atau telah memiliki sertifikat guru orientasinya gajinya akan bertambah. Masih banyak guru yang memiliki sertifikasi belum mengetahui dan tidak mampu
melaksanakan atau membuat PTK Penelitian Tindakan Kelas, tidak mampu mengoperasikan komputer atau LCD dan lain sebagainya. Bisa dikatakan program
sertifikasi guru tidak tepat pada sasaran, sehingga hal ini berdampak rendahnya mutu pendidikan. Selain itu, guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru
tidak ada kemauan dan kemampuan guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya dalam pembelajaran. Banyak guru yang telah memiliki sertifikat
sertifikasi guru dalam proses pembelajaran masih tradisional. Banyaknya model- model pembelajaran kurang mengetahui dan memahaminya, meskipun telah
mengikuti program sertifikasi melalui PLPG Program Latihan Profesi Guru ataupun lulus Portofolio. Program PLPG maupun Portofolio yang dilaksanakan
pemerintah belum menjamin mampu meningkatkan kualitas guru. Program PLPG yang relatif singkat dengan materi yang banyak tentu tidak maksimal untuk
menghantarkan guru menjadi profesional. Pengkajian dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan selalu berkembang pesat, sehingga menuntut
seorang guru harus selalu mengembangkan pengetahuannya. PAIKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang saat ini baru
gencar dicanangkan oleh pemerintah dalam kegiatan belajar mengajar. PAIKEM merupakan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan ternyata masih banyak guru yang lulus sertifikasi belum memahaminya dan tidak diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model
pembelajaran PAIKEM menuntut kreatifitas dan inisiatif guru pendidikan jasmani untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam. Selain itu,
commit to user
xx pembelajaran yang dilaksanakan harus efektif agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Dan hal yang tak kalah pentingnya, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam
belajar, sehingga siswa responsif dengan pembelajaran yang diterimanya, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.
PAIKEM merupakan model pembelajaran yang menuntut kemampuan guru dalam mengorganisasi pembelajaran dan menuntut siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan efektif. Apakah
guru pasca sertifikasi telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui hal tersebut, penelitian ini akan dilaksanakan
pada guru Penjasorkes di SMA Negeri se-Kabupaten Kebumen tahun 2010. Berdasarkan kenyataan bahwa, sudah banyak para guru Penjasorkes di
SMA se-Kabupaten Kebumen telah memiliki sertifikat sertifikasi guru. Namun belum diketahui apakah telah menerapkan model PAIKEM dalam membelajarkan
Penjasorkes. Masih banyak guru Penjasorkes dalam membelajarkan pendidikan jasmani kurang inovatif dan kreatif, sehingga pembelajarannya kelihatan
monoton. Selain permasalahan tersebut, masih banyak para siswa yang kurang senang dengan pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga siswa tidak terlibat
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang monoton dan siswa tidak aktif akan berdampak pada
motivasi belajar menurun, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Sebagai seorang guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi seharusnya
mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar dan menyenangkan siswa, sehingga tujuan pembelajaran
akan tercapai. Tetapi sebaliknya, pembelajaran yang monoton dan tidak menyenangkan, maka siswa akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa akan
malas melaksanakan tugas ajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Untuk mengetahui apakah guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi telah
mengaplikasikan model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Aplikasi Model PAIKEM dalam
commit to user
xxi Pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi yang telah
Bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 20102011”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah
bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 20102011?
2. Apakah guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 20102011 telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam
membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 20102011.
2. Aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru
Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 20102011.
commit to user
xxii
D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitinan ini penting untuk diteliti dengan harapan memiliki manfaat antara lain:
1. Dapat diperoleh informasi tentang model pembelajaran Penjasorkes di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen. 2.
Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran Penjasorkes, sehingga kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran Penjasorkes dapat
diatasi.
commit to user
xxiii
BAB II LANDASAN TEORI