BAB V PEMBAHASAN
5.1. Kualitas Air Sumur Gali
Air sumur gali masyarakat di Kelurahan Besar memiliki kualitas yang kurang baik. Air sumur tersebut mengandung beberapa logam seperti besi Fe dan mangan
Mn. Hal ini dapat diketahui baik secara fisik maupun kimia. Secara fisik, air sumur tersebut berwarna kuning dan setelah beberapa saat didiamkan akan membentuk
endapan berwarna kuning. Secara kimia melalui hasil pemeriksaan awal, kadar besi Fe yang diperoleh adalah 0,76362 mgl dan kadar mangan Mn yang diperoleh
adalah 2,14539 mgl. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416MENKESPerIX1990 kadar besi Fe dan mangan Mn yang diperbolehkan
dalam air bersih masing-masing secara berurutan adalah 1,0 mgl dan 0,5 mgl. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kadar besi berada di bawah baku
mutu sementara kadar mangan Mn berada di atas baku mutu air bersih tersebut. Kadar besi Fe di dalam air dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi
lingkungan. Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhinya seperti pH dan oksigen. Pada pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro Fe
2+
yang bersifat mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri Fe
3+
. Menurut Cole dalam Effendi, 2003, pada pH sekitar 7,5 – 7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan
dengan hidroksida membentuk FeOH
3
yang bersifat tidak larut dan mengendap presipitasi di dasar perairan, membentuk warna kemerahan pada substrat dasar.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah prinsip penting untuk diingat tentang reaksi kimia adalah bahwa, pada sekian lama waktu, reaksi kimia akan mencapai kesetimbangan dengan lingkungan
sekitarnya. Ketika kondisi lingkungan berubah, maka kesetimbangan kimia akan terganggu. Ini akan merubah kandungan terlarut dari unsur-unsur tertentu seperti besi
Fe Hasakona, 2010.
5.2. Pengaruh Pemberian Berbagai Kadar Koagulan Biji Kelor terhadap Kadar Besi Fe Air Sumur
Pemeriksaan kadar besi Fe dilakukan dengan Standard Method 19
th
ed. 1995 melalui alat Inductively Couple Plasma ICP. Dimana kadar besi Fe awal yang
diperiksa adalah sebesar 0,76362 mgl. Meskipun nilai ini di bawah baku mutu air bersih yang telah ditetapkan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI No
416MENKESPerIX1990. Namun dalam penelitian ini perlu dilakukan pengolahannya yaitu melalui penggunaan koagulan biji kelor untuk menurunkan
kadar besi Fe. Dimana dari hasil tersebut dapat diketahui seberapa besar persentase penurunan kadar besi Fe. Selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
untuk dapat menurunkan kadar besi Fe yang tinggi pada air sumur lain yang diketahui memiliki kadar besi Fe yang lebih tinggi atau di atas baku mutu air bersih.
Biji kelor merupakan polimer organik yang memiliki daya koagulan dengan sifat tidak beracun dan mudah terurai. Biji kelor mengandung zat aktif rhamnosyloxy-
benzil-isothiocyanate yang berfungsi sebagai protein. Adanya gugus-gugus amino -NH
2
dan karboksilat COOH yang terikat menyebabkan biji kelor mempunyai reaktifitas yang tinggi dan bersifat polielektrolit Ndabigengesere dalam Risanto,
2009. Sebagai polielektrolit, biji kelor dapat digunakan untuk mengadsorbsi logam
Universitas Sumatera Utara
besi Fe. Mekanisme yang mungkin terjadi dalam penggunaan biji kelor sebagai koagulan untuk menurunkan kadar besi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saat koagulan biji kelor dilarutkan dalam air sumur tersebut, biji kelor menghasilkan muatan-muatan positif yang banyak Sutherland et al dalam Rambe,
2009. Selanjutnya partikel bermuatan positif tersebut tersebar ke seluruh air dan berikatan dengan partikel-partikel bermuatan negatif dari koloid besi Fe. Adanya
gaya tarik-menarik antar kedua partikel ini, menyebabkan destabilisasi partikel- partikel penyebab keberadaan besi Fe dalam air. Setelah mengalami destabilisasi,
selanjutnya partikel-partikel tersebut akan membentuk partikel-partikel yang lebih besar flok dan flok akan mengendap.
Penurunan kadar besi Fe pada sampel air sumur dapat terlihat dari hasil pengukuran setelah air tersebut ditambahkan dengan koagulan biji kelor. Dari tabel
4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar besi yang paling tinggi adalah pada kontrol tanpa penambahan koagulan biji kelor yaitu sebesar 0,76194 mgl. Setelah
ditambahkan koagulan biji kelor, terjadi penurunan kadar besi Fe pada masing- masing penambahan kadar koagulan biji kelor. Penurunan ini terjadi karena
destabilisasi partikel-partikel besi Fe oleh koagulan biji kelor. Partikel-partikel koloid dari besi tersebut mengalami kontak antar partikel-partikel lainnya membentuk
partikel yang lebih besar dan mengendap. Penambahan 20 mg koagulan biji kelor mampu menurunkan kadar besi Fe sebesar 90,9 , kemudian persentase penurunan
kadar besi Fe berkurang dengan penambahan koagulan biji kelor sebesar 40 mg yaitu 85,0 . Kemudian berkurang lagi penurunan kadar besi Fe dengan
penambahan kogulan biji kelor sebesar 60 mg yaitu 84,4, hingga akhirnya pada
Universitas Sumatera Utara
penambahan koagulan biji kelor sebesar 80 mg terjadi penurunan kadar besi Fe sebesar 87,2 . Dengan demikian dapat diketahui bahwa persentase penurunan kadar
besi Fe yang tertinggi adalah dengan penambahan koagulan biji kelor sebesar 20 mg dan persentase penurunan terendah terjadi pada penambahan koagulan biji kelor
sebesar 60 mg. Serbuk biji kelor dengan luas permukaan yang lebih luas mampu
mengkoagulasi partikel-partikel koloid dari besi Fe ini dengan baik. Dimana luas permukaan koagulan ini sangat menentukan banyaknya ruang kontak antar partikel
tersebut. Ada kemungkinan pada penambahan koagulan biji kelor sebesar 40 mg dan 60 mg, lebih sedikit ruang kontak disebabkan koagulan yang ditambahkan memiliki
luas permukaan koagulan yang lebih kecil. Sementara pada penambahan koagulan biji kelor sebesar 20 mg dan 80 mg, kemungkian ruang kontak lebih banyak
disebabkan luas permukaan dari koagulan tersebut lebih luas. Penggunaan biji kelor sebagai koagulan dalam menurunkan kadar besi Fe
pada air juga harus menyesuaikan dengan jumlah air yang akan diolah. Semakin banyak koagulan biji kelor yang ditambahkan, maka dapat menimbulkan kejenuhan
koagulan biji kelor. Dengan kejenuhan ini, maka reaksi koagulasi tidak akan berjalan lagi. Dari hasil penelitian, penambahan koagulan biji kelor sebesar 20 mg mampu
menurunkan kadar besi Fe yang cukup baik. Namun saat dilakukan peningkatan jumlah kadar koagulan biji kelor, penurunan kadar besi Fe masih lebih rendah
dibandingkan dengan penambahan 20 mg biji kelor. Dengan demikian, penambahan koagulan biji kelor lebih dari 20 mg per 500 ml air menyebabkan kejenuhan pada
koagulan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Pengaruh Pemberian Berbagai Kadar Koagulan Biji Kelor terhadap Kadar Mangan Mn Air Sumur