Kesimpulan Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan

37 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok. Koefisien korelasi spearmandiperoleh 0,536 menandakan ada hubungan yang lemah antara tingkat kecemasan dengan perilaku ketergantungan merokok. 2. Jumlah responden yang mengalami kecemasan normal 22 orang 22, kecemasan ringan 10 orang 10, kecemasan sedang 29 orang 29, kecemasan berat 20 orang 20, kecemasan sangat berat 19 19. 3. Jumlah responden yang mengalami ketergantungan merokok yang ringan 3 orang 3, ketergantungan sedang 19 orang 19, ketergantungan berat 31 orang 31, ketergantungan sangat berat 47 orang 47. 4. Profil ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor terbanyak adalah pendidikan menengah SMA dengan presentase 81, usia responden terbanyak adalah usia dewasa awal dan usia dewasa akhir dengan presentase masing-masing 30, usia lansia awal 19, usia remaja awal 11 , usia lansia akhir 9.

4.2. Saran

4.2.1. Bagi Pengendara Becak Bermotor

Peneliti berharap setelah adanya hasil penelitian ini para pengendara becak bermotor dapat mengalihkan perhatian dari rokok terutama saat mengalami kecemasan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih positif dan bermanfaat misalnya, beribadah. Serta perlunya dilakukan penyuluhan-penyuluhan tetang dampak dan bahaya rokok terkhusus kepada pekerja di sektor informal seperti pengendara becak bermotor. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Peneliti Lain

Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya agar bisa tergalih lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku ketergantungan merokok pada pengendara becak bermotor. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecemasan

2.1.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala lain dari berbagai gangguan emosi . 8 Freud mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. 9

2.1.2. Teori Kecemasan Beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan, antara lain:

a. Teori Psikoanalisis Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan dari dalam elemen tersebut, dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada dalam bahaya. b. Teori Perilaku Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap Universitas Sumatera Utara cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Peka tentang pembelajaran menyukai bahwa individu yang terbiasa dalam dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebih sering menunjukan cemas pada kehidupan selanjutya. c. Teori Keluarga Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. d. Teori Biologis Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, reseptor ini mungkin memicu cemas. Penghambatan asam aminobuitrik-gamma neuroregulator GABA juga memungkinkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas. 10

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Ramaiah ada beberapa faktor yang menunjukan reaksi kecemasan, yaitu: 1. Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya. 2. Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaanya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama Universitas Sumatera Utara jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama. 3. Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja, dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan- perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. 4. Induksi obat-obatan dan rokok Obat-obatan dan rokok juga merupakan salah satu penyebab kecemasan, terutama obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat biasanya memiliki efek samping berupa cemas, selain itu nikotin dalam rokok juga mampu mempengaruhi tingkat kecemasan. 8

2.1.4. Tanda dan Gejala Kecemasan

Nevid Jeffrey Greene Beverly mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, yaitu: 1. Gejala fisik: kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, mudah marah dan tersinggung. 2. Gejala Behavioral: perilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen. 3. Gejala kognitif: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan sesuatu yang akan terjadi di masa depan, ketakutan akan ketidakmampuan mengatasi masalah, bingung, dan sulit berkonsentrasi. 1 Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Tingkat Kecemasan

Peplau mengindentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu: 1. Kecemasan ringan Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan Gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal. 2. Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi: nafas pendek, denyut nadi dan tekanan darah tinggi, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. 3. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya. Universitas Sumatera Utara 4. Panik Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatuwalaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian. 11

2.1.6. Depression Anxiety Stress Scale 42 DASS 42

Depression Anxiety Stress Scale 42 DASS 42 adalah media kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan pada individu. DASS 42 terdiri dari 42 pertanyaan, yang mencakup tiga subvariabel diantaranya: fisik, emosipsikologis, dan perilaku. DASS 42 terdiri dari tiga skala yang didesain untuk mengukur 3 jenis keadaan emosional, yaitu depresi, kecemasan, dan stres pada seseorang. Setiap skala terdiri dari 14 pertanyaan. Tabel 2.1 Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 DASS 42 Skala Indikator Pertanyaan Nomor Pertanyaan Depresi - Tidak ada perasaan positif - Tdak bisa melakukan sesuatu - Tidak ada harapan - Sedih dan tertekan - Kehilangan minat - Merasa tidak berharga - Merasa hidup tidak bermanfaat 3 5 10,37 13 16 17,34 21,38 Universitas Sumatera Utara - Tidak mendapat kesenangan - Merasa putus asa - Tidak merasa antusias - Sulit berinisiatif 24 26 31 42 Kecemasan - Mulut kering - Sesak nafas - Sering gemetar - Berada di situasi cemas - Pusing - Berkeringat tanpa sebab - Ketakutan - Sulit menelan - Sadar akan aksi gerak jantung - Dekat dengan kepanikan - Tidak berdaya 2 4 7,41 9 15 19 20,36 23 25 28,40 30 Stres - Marah karena hal sepele - Bereaksi berlebihan terhadap situasi - Sulit untuk beristirahat - Mudah merasa kesal - Menghabiskan banyak energi karena cemas - Tidak sabaran - Mudah tersinggung - Mudah marah - Sulit tenang saat merasa kesal - Sulit untuk sabar - Merasa gelisah - Sulit mentolerir gangguan - Mudah gelisah 1 6 8,22 11 12 14 18 27 29 32 33 35 39 Universitas Sumatera Utara Skor dari depresi, kecemasan, dan stres dihitung dengan menjumlahkan skor untuk item yang relevan. Item dari skala depresi adalah pertanyaan nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Item skala kecemasan pertanyaan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41, dan item skala stres adalah pertanyaan nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39 dengan pilihan jawaban 0-3. Nilai 0 tidak pernah sama sekali, 1 kadang-kadang, 2 sering, dan 3 sering sekali. Subjek menjawab setiap pertanyaan yang ada. Setelah menjawab seluruh pertanyaan, skor dari skala diakumulasikan sehingga mendapat total skor untuk skala depresi, kecemasan, dan stres seperti di bawah ini: Tabel 2.2 Skor Depression Anxiety and Stress Scale Depression Anxiety Stress Normal Mild Moderate Severe Extremely Severe 0-9 10-13 14-20 21-27 28+ 0-7 8-9 10-14 15-19 20+ 0-14 15-18 19-25 26-33 34+ Dalam penelitian ini peneliti memilih 14 pertanyaan dari skala kecemasan yaitu pertanyaan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41.Hasil dari pengukuran skala kecemasan DASS 42 yaitu skor 0-7 kecemasan normal, 8-9 kecemasan ringan, 10-14 kecemasan sedang, dan 15-19 kecemasan yang berat, dan nilai lebih dari 20 menunjukkan kecemasan yang sangat berat. 12 Depression Anxiety Scale 42 DASS 42 sudah teruji validitas secara internasional. Menurut Lovibond Lovibond DASS mempunyai tingkatan Discriminant Validity. Kuesioner DASS 42 mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah berdasarkan penilaian Alpha Cronbach’s. 12 Universitas Sumatera Utara

2.2. Perilaku Merokok

2.2.1. Pengertian Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sari dkk menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan, atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco depedency sendiri dapat didefenisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap,biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat dilihat dari intensitasnya, dimana menurut intensitas adalah besar atau kekuatan untuk suatu tingkah laku. Perilaku merokok sesorang dapat dikatakan tinggi maupun rendah dapat diketahui dari intensitas merokoknya yaitu banyaknya seseorang dalam merokok. 13 Perilaku merokok berdasarkan intensitas merokok dibagi berdasarkan jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu: 1. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok sangat sering yaitu merokok lebih 31 batang setiap harinya dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur di pagi hari. 2. Perokok berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur di pagi hari. 3. Perokok sedang adalah perokok yang mengkonsumsi rokok cukup 11- 21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur di pagi hari. Universitas Sumatera Utara 4. Perokok ringan adalah perokok yang mengkonsumsi rokok jarang yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit mulai dari bangun tidur di pagi hari. 7 Berdasarkan Management of affect theory ada 4 tipe perilaku merokok, keempat tipe tersebut adalah: 1. Tipe perokok yang dipengaruhi poleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang akan merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam 3 tipe: a Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan b Stimulatiom to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. c Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk mrnghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama memainkan rokonya dengan jari-jariny sebelum dia menyalakan api. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas, ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat 3. Perilaku merokok yang adiktif psychological addiction. Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walaupun tengah malam sekalipun. Universitas Sumatera Utara 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis. 14

2.2.2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok

Laventhal dan Clearly cit Pitaloka mengungkapkan empat tahap dalam perilaku merokok, yaitu: 1. Tahap prepatory Seorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk merokok 2. Tahap Initation Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok 3. Tahap Becoming a Smoker Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. 4. Tahap Maintaining Of Smoking Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri self regulating. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan. 15

2.2.3. Kandungan Berbahaya dalam Rokok

Kandungan yang terdapat pada rokok yaitu: 1. Tar Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Tar terbentuk selama pemanasan tembakau dan kadar tar yang terdapat pada asap rokok inilah yang menyebabkan adanya resiko kanker. Universitas Sumatera Utara 2. Nikotin Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam Nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. nikotin merupakan obat perangsang yang memiliki efek berlawanan yaitu memberikan rangsangan sekaligus menenangkan. Nikotin menyebabkan ketagihan karena dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam otak yang berhubungan dengan perasaan senang. 3. Karbon Monoksida Merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat pada rokok dengan kandungan 2-6. Karbon Monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat afinitas dengan hemoglobin Hb sekitar 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan daya ikat oksigen O2 dengan Hb. 16

2.2.4. Perilaku Ketergantungan Merokok

Merokok adalah suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Dewasa ini merokok disebut sebagai Tobacco Depedency atau ketergantungan pada tembakau.Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantugan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco depedencyketergantungan rokok. Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan cemas. 7 Secara biologis, nikotin diterima reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membagi jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok Universitas Sumatera Utara akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Secara manusiawi, orang cenderung untuk mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dpahami jika para perokok sulit untuk berhenti merokok. 2

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Menurut Komalasari dan Helmi perilaku merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri internal juga disebabkan faktor dari lingkungan eksternal. a Faktor Diri internal Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa merokok dapat menunjukan kejantanan kebanggaan diri dan menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat penghilang stres. b Faktor Lingkungan eksternal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung, maupun teman sebaya yang merokok dan iklan rokok. 7 Laventhal dan Clearly menyatakan motif seseorang merokok dibagi menjadi dua motif: 1. Faktor Psikologis a. Kebiasaan Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk menemukan perilakunya tanpa tujuan tertentu. Universitas Sumatera Utara b. Reaksi emosi yang positif Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukan kejantanan kebanggaan diri dan menunjukan kedewasaan. c. Reaksi untuk penurunan emosi Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, maupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. d. Alasan sosial Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok umumnya pada remaja dan anak-anak, identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang. e. Kecanduan atau ketagihan Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok. 2. Faktor Biologis Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis. 17

2.2.6. Dampak dan Bahaya Merokok

Informasi yang didapat dari Department of Health and Human Service USA mengatakan bahwa pada setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia diantaranya adalah tar, nikotin, gas, CO2, N2, ammonia, serta unsur karsinogen. Mekanisme secara fisiologis meliputi perubahan pada insulin homeostatis, aktivitas lipoprotein lipase dan profil lipid dalam darah. Agregasi platelet dan fibrinogen meningkat, hal ini akan menyebabkan terjadinya proses trombosit pada pembuluh darah yang menyempit. Merokok berhubungan dengan Universitas Sumatera Utara pengumpulan lemak di abdomen, disamping itu juga menghambat kontraksi otot lambung sehingga mengurangi nafsu makan. Nikotin dalam jumlah kecil mempunyai pengaruh menenangkan dan kadang-kadang merangsang. Dalam jumlah yang besar nikotin 20-50mg dapat menyebabkan terhentinya pernafasan. Nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan menyebabkan denyut jantung menjadi cepat hingga jantung menjadi bekerja berat, nikotin juga membuat seseorang ketagihan. Penelitian yang dilakukan oleh Hammond EC dan Horn D yaitu mengikuti perjalanan hidup 187.787 pria berusia 50-59 tahun selama 44 bulan dengan 11.870 kematian. Ditemukan bahwa mortalitas total dan mortalitas sejumlah penyakit, khususnya kaner beberapa organ lain, jauh lebih tinggi pada perokok dibanding bukan perokok. 18

2.2.7. GloverNilson Smoking Behavioral Questionnaire GN-SBQ

GN-SBQ adalah media kuesioner untuk mengukur perilaku ketergantungan merokok. Kuesioner GN SBQ terdiri dari 11 item pertanyaan tentang nilai-nilai dari kebiasaan merokok dan perilaku merokok.2 item pertanyaan spesifik untuk kebiasaan merokok yaitu tentang pentingnya kebiasaan merokok bagi seseorang dan apakah rokok menjadi suatu ritual atau kegiatan bagi seseorang dengan nilai 0-4. Nilai 0 menyatakan tidak sama sekali, 1 agak, 2 cukup penting, 3 penting, dan 4 sangat penting. dan 9 item pertanyaan tentang perilaku ketergantungan merokok dengan tanggapan mulai 0-4. 0 mewakili tidak pernah atau tidak sama sekali, 1 jarang, 2 kadang-kadang, 3 sering, dan 4 selalu. Indikator pertanyaan kuesioner GN SBQ yaitu: 1. Kebiasaan merokok sangat penting 2. Saya menangani dan memanipulasi rokok saya sebagai bagian dari kegiatan merokok 3. Meletakkan atau mengunyah sesuatu dimulut anda untuk mengalihkan perhatian dari merokok 4. Merokok setelah menyelesaikan sesuatu atau pekerjaan 5. Jika tidak merokok, akankah kesulitan sebelum mengerjakan sesuatu Universitas Sumatera Utara 6. Jika tidak diizinkan merokok di tempat tertentu, kemudian akan memainkan rokok atau bungkus rokok 7. Apa tempat tertentu atau hal tertentu dapat memicu untuk merokok, contohnya tempat duduk, sofa, ruangan, atau meminum alkohol 8. Menyalakan rokok secara rutin tanpa keinginan 9. Mendapati diri anda meletakkan sesuatu seperti rokok dan objek lainnya pena, tusuk gigi, mengunyah permen karet kedalam mulut dan meghisapnya untuk membantu menghilangkan stress, ketegangan, kecemasan, dsb 10. Bagian yang paling anda nikmati saat merokok, apakah saat menyalakannya 11. Ketika sendiri di restoran, terminal bus, pesta, dsb apakah akan meras nyaman atau percaya diri jika memegang rokok . Skor tertinggi adalah 44, skor total kuesioner GN-SBQ dihitung dengan menjumlahkan semua pertanyaan dengan skor 12 menunjukkan perilaku ketergantungan ringan, 12-22 ketergantungan sedang, 23-33 tingkat yang berat dan 33 menunjukan tingkat yang sangat berat. Validitasnya diukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ α=0,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ sangat baik. 19,20

2.3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan

Merokok Penelitian yang dilakukan Koemalasari dan Helmi tentang faktor-faktor perilaku merokok. Perilaku merokok mempunyai kaitan yang erat dengan faktor psikologis terutama efek yang positif. Seseorang merasakan kepuasan setelah merokok. Kepuasan ini berkaitan dengan aspek-aspek emosi, salah satu yang paling menonjol dirasakan adalah ketenangan. Kepuasan psikologis ini berhubungan erat dengan frekuensi merokok seseorang. Kondisi yang paling banyak perilaku merokok adalah subjek dalam tekanan. Konsumsi rokok merupakan upaya-upaya mengatasi masalah yang Universitas Sumatera Utara bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku merokok. 7 Moylan et al melakukan penelitian sebanyak 47 studi. Dari hasil studi membuktikan bahwa gangguan kecemasan adalah salah satu faktor risiko seseorang untuk merokok dan ketergantungan merokok. 21 Penelitian yang dilakukan Mumtaz et al pada 438 responden tidak perokok, 411 orang perokok yang tidak ketergantungan, 349 perokok yang sudah ketergantungan, dan 527 responden mantan perokok dengan rentang usia 18-65 tahun. Hasil penelitian didapatkan tingkat kecemasan responden yang tidak pernah merokok 73,5, perokok yang tidak ketergantungan 76,6, perokok yang sudah ketergantungan 79,9, dan mantan perokok 73,8. Perokok yang sudah ketergantungan memiliki skor lebih tinggi dari perokok tidak ketergantungan, mantan perokok, dan tidak pernah merokok.. 22 Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral pada Balita Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Labuhanbatu

1 52 85

HUBUNGAN PERILAKU TEMAN DAN STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN Hubungan Perilakuteman Dan Stres Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Dukuh, Sukoharjo.

0 7 15

HUBUNGAN PERILAKUTEMAN DAN STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN Hubungan Perilakuteman Dan Stres Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Dukuh, Sukoharjo.

0 7 15

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Juwiring.

0 3 17

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 4 13

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 2

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 4

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 16

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 0 2

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan Merokok pada Pengendara Becak Bermotor di Kelurahan Siringo-ringo Rantauprapat

0 2 15