Pengertian dan Tujuan Pendidikan
tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter
adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Seorang Filusuf Yunani bernama Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar
sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain. Aristoteles mengingatkan kepada kita tentang apa yang cendrung kita lupakan dimasa sekarang ini: Kehidupan yang
berbudi luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri sendiri seperti kontrol diri dan moderenisasi sebagaimana halnya dengan kebaikan yang berorientasi pada
hal lainnya seperti kemurahan hati dan belas kasihan, dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan. Kita perlu untuk mengendalikan diri kita sendiri-keinginan kita,
hasrat kita untuk melakukan hal yang baik bagi orang lain Lickona, 2012: 81.
Karakter merupakan pondasi kehidupan bermasyarakat, perbaikan moral tidak akan terwujud tanpa adanya keimanan kepada Tuhan, karakter yang dimiliki setiap
orang berbeda dan unik oleh karena itu yang berorientasi terhadap dirinya itu menjadi manusia yang lebih baik dan bermatabat. Karakter adalah sifat pribadi
yang relative stabil pada diri individu yang jadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Sifat pribadi maksudnya ciri-ciri yang
ada di dalam pribadi seseorang yang terwujudkan dalam tingkah laku. Relatif stabil adalah suatu kondisi yang apabila telah terbentuk akan tidak mudah diubah
Budimansyah, 2012: 2.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan watak
yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati Budimansyah, 2012: 6. Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam
hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Fatah Yasin 2008: 15 mengutip perkataan John Dewey yang juga dikutip dalam bukunya
Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa
“pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan
disiplin .”
Pernyataan Dewey mengisyaratkan bahwa sejatinya suatu komunitas kehidupan manusia, di dalamnya telah terjadi dan selalu memerlukan pendidikan,
mulai dari model kehidupan masyarakat primitif sampai pada model kehidupan masyarakat modern. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan secara alami
merupakan kebutuhan hidup manusia, upaya melestarikan kehidupan manusia dan telah berlangsung sepanjang peradaban manusia itu ada. Dan hal ini sesuai dengan
kodrat manusia yang memiliki peran rangkap dalam hidupnya yaitu sebagai makhluk individu yang perlu berkembang dan sebagai anggota masyarakat di mana
mereka hidup. Untuk itu pendidikan mempunyai tugas ganda, yakni di samping mengembangkan kepribadian manusia secara individual, juga mempersiapkan
manusia sebagai anggota penuh dari kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan lingkungan dunianya Yasin, 2008: 16.
Saat ini pendidikan karakter sedang dan telah menjadi trend serta isu penting dalam sistem pendidikan kita. Upaya menghidupkan kembali pendidikan karakter
ini tentunya bukanlah hal yang mengada-ada, tetapi justru merupakan amanat yang telah digariskan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Amanah UU Sisdiknas Tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur
bangsa serta agama Diknas, 2012: 64.
Menurut Diana Mutiah 2010: 5 bahwa pendidikan karakter sama halnya dengan mendidik watak, moral, perilaku atau mendidik akhlak anak sehingga
memiliki kepribadian yang luhur. Karakter atau akhlak yang baik dapat mengantarkan manusia untuk mencapai kesenangan, keselamatan dan kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Akhlak bukan hanya sekedar teori tetapi juga pernah dipraktikkan oleh sejumlah manusia dalam suatu zaman, sehingga muncul sebagai
penyelamat dunia dan pelopor peradaban. Masih Menurut Diana Mutiah 2010: 6,
“Pendidikan karakter atau pendidikan moral memegang peranan sebagai salah satu fondasi yang sangat penting dalam pendidikan terutama pada pendidikan anak usia
dini. Oleh karena itu, seorang pendidik dituntut memiliki kepandaian membantu anak untuk membentuk akhlak atau karakternya.
” Sedikit lebih rinci, Isjoni 2012: 40 menyatakan bahwa dalam prosesnya
sangat diperlukan suatu keteladanan dari guru, baik dari perilaku maupun cara guru berbicara, dan sebagainya yang berkaitan dengan hal itu. Pendidikan karakter akan
menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak negeri ini, sebagai titik awal dari pembentukan SDM yang berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual,
kepribadian, tanggung jawab, inovatif, kreatif, proaktif dan partisipatif serta semangat mandiri. Pendidikan anak memang harus dilaksanakan sejak dini, agar
anak bisa mengembangkan potensinya secara optimal.
Mengingat adanya tuntutan tingkat intensitas dan kualitas pendidikan karakter, proses pendidikan karakter ini dapat dilakukan dengan berpedoman pada
pendidikan al- Qur‟an. Karena dalam hal ini, pendidikan al-Qur‟an yang apabila
ditanamkan sejak kecil, dapat dijadikan sebagai tonggak utama terbentuknya mental dan kepribadian anak yang sehat.
“Masa kanak-kanak yang bahagia dapat menjamin paling tidak lebih dari separuh keberhasilannya di masa dewasa. Masa-
masa ini adalah peletak dasar dalam keberhasilannya kelak di usia dewasa, peletak
dasar dalam perkembangan fisik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, sosial dan spiritualnya” Mutiah, 2010: 10.
Dalam kaitan ini, maka nilai-nilai akhlak mulia hendaknya ditanamkan sejak dini melalui pendidikan agama dan diawali dalam lingkungan keluarga
melalui pembudayaan dan pembiasaan. Kebiasaan itu kemudian dikembangkan dan diaplikasikan dalam pergaulan hidup kemasyarakatan. Di sini diperlukan
kepeloporan para pemuka agama serta lembaga-lembaga keagamaan yang dapat mengambil peran terdepan dalam membina akhlak mulia di kalangan umat al-
Munawwar, 2003: 27. Apa isi karakter? Menurut Lickona 2013: 15 isi dari karakter yang baik
adalah kebaikan. Kebaikan seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kasih sayang adalah disposisi untuk berprilaku secara moral. Karakter adalah objektifitas
yang baik dan kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak. kebaikan
– kebaikan tersebut ditegaskan oleh masyarakat dan agama diseluruh dunia. Karena
hal tersebut secara intristik baik, punya hak atas atas nurani kita. Ada sepuluh esensi kebajikan menurut Thomas Lickona 2013: 18-19 yang
dapat membangun karakter kuat, yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian, pengendalian diri, cinta, sikap positif, bekerja keras, integritas, syukur dan
kerendahan hati. Jelas sangat sulit untuk mempraktikkan sepuluh kebajikan tersebut dalam kehidupan nyata setidaknya dalam beberapa waktu, tetapi jika lebih
konsisten dalam mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari tidak tutup kemungkinan akan menjadi harapan bagi kemajuan. Pendidikan karakter menjadi
tema hangat untuk diterapkan melalui lembaga pendidikan formal. Bahkan Kementerian Pendidikan Nasional melalui Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum telah merumuskan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” atau disingkat dengan PBKB, sejak tahun 2010 lalu Puskur-Balitbang
Kemendiknas, 2010: 3-4. Dalam proses PBKB, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi
dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan
masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Dan dalam program tersebut, terdapat 18 nilai yang dikembangkan,
yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabatkomuniktif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003, Pasal 3 ayat 2 dan 3.
Pemerintah sudah mencanangkan sejak tahun 2010 melalui renstranya mengenai pendidikan karakter. Ada 18 karakter yang ditetapkan oleh pemerintah
berkaitan dengan pembentukan karakter bangsa. Ke 18 karakter tersebut akan dibahas menurut al-
Qur‟an.