Cinta Tanah Air ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

pada harta milik pribadi terdapat hak orang-orang yang membutuhkan dan harus disalurkan, baik berupa zakat maupun sedekah QS Al-Dzariyat [51]: 19 Shihab, 1994. Berdasarkan uraian di atas, prestasi yang dicirikan dengan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain, antara konsep Kemendiknas selaras dengan konsep pendidikan karakter menghargai prestasi dalam al- Qur‟an. Namun menurut Quraish Shihab, dalam al-Qur‟an, Allah menuntun setiap anggota masyarakat dituntut untuk fastabiqul khairat, berlomba- lombalah di dalam kebajikan. Prestasi tersebut dalam al-Qur ‟an menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan belum tentu harus mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Prestasi kejahatan atau kezaliman tidak diakui serta dihormati dalam al- Qur‟an.

M. BersahabatKomunikatif

Kemendiknas mencirikan pendidikan karakter bangsa bersahabat atau komunikatif dengan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu ayat yang sering dikemukakan oleh para mufassir berkaitan dengan ciri bersahabat dan komunikatif tersebut adalah surat al-Taubah ayat 71 Shihab, 1994:                            Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah awliya bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh untuk mengerjakan yang makruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. QS. Al-Taubah: 71. Secara umum, menurut Quraish, ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan berkomunikasi atau bersahabat dengan kerja sama untuk berbagai bidang kehidupan yang ditunjukkan dengan kalimat menyuruh mengerjakan yang makruf dan mencegah yang munkar. Pengertian kata awliya mencakup kerja sama, bantuan, dan penguasaan; sedangkan pengertian yang terkandung dalam frase menyuruh mengerjakan yang makruf mencakup segala segi kebaikan dan perbaikan kehidupan, termasuk memberikan nasihat atau kritik kepada penguasa, sehingga setiap lelaki dan perempuan Muslim hendaknya mengikuti perkembangan masyarakat agar masing-masing mampu berkomunikasi dengan melihat dan memberi saran atau nasihat untuk berbagai bidang kehidupan Shihab, 1994. Menurut sementara pemikir, sabda Nabi Saw. yang berbunyi, Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan urusan kaum Muslim, maka ia tidak termasuk golongan mereka. Hadis ini mencakup kepentingan atau urusan kaum Muslim yang dapat menyempit ataupun meluas sesuai dengan latar belakang dan tingkat pendidikan seseorang, termasuk bidang politik. Di sisi lain, Al-Quran juga mengajak umatnya lelaki dan perempuan agar bersahabat dan berkomunikasi dalam bermusyawarah, melalui pujian Tuhan kepada mereka yang selalu melakukannya, yaitu Shihab, 1994:             “Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. QS. Al-Syura42: 38. Ayat di atas, menurt Quraish Shihab dijadikan dasar oleh banyak ulama untuk membuktikan adanya hak dalam komunikasi berpolitik bagi setiap lelaki dan perempuan. Syura musyawarah menurut al-Qur ‟an hendaknya merupakan salah satu prinsip pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama, termasuk kehidupan politik. Ini dalam arti bahwa setiap warga negara dalam hidup bermasyarakat dituntut untuk senantiasa mengadakan komunikasi dengan cara musyawarah Shihab, 1994. Dalam hal ini, dapat ditegaskan bahwa al-Quran tidak menjadikan perbedaan agama sebagai alasan untuk tidak menjalin hubungan kerja sama, lebih lebih mengambil sikap tidak bersahabat. Bahkan, al-Quran sama sekali tidak melarang seorang Muslim untuk berbuat baik dan memberikan sebagian hartanya kepada siapapun selama mereka tidak memerangi kaum Muslim dengan motivasi keagamaan atau mengusir kaum Muslim di negeri mereka. Demikian penafsiran surat al-Mumtahanah [60]: 8 yang dikemukakan oleh Ibn Arabi Abubakar Muhammad bin Abdillah 1076-1148 M dalam tafsirnya Ahkam al-Quran. Atas dasar itu pula sejumlah sahabat Nabi, bahkan Nabi sendiri, ditegur oleh al-Quran karena enggan memberi bantuan nafkah kepada sejumlah Ahl Al-Kitab, dengan dalih bahwa mereka enggan memeluk Islam. Demikian Al-Qurthubi ketika menjelaskan sebab turunnya ayat 272 surat Al-Baqarah: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan dijalan Allah, maka pahalanya adalah untukmu jua. Shihab, 1994. Atas dasar pandangan itu pula, kaum Muslim diwajibkan oleh al-Quran memelihara rumah-rumah ibadah yang telah dibangun oleh orang-orang Yahudi, Nasrani, dan pemeluk agama lain berdasarkan surat al-Hajj22: 40, Sekiranya Allah tidak menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. Dari prinsip yang sama Al-Quran membenarkan kaum Muslim bersahabat dan berkomunikasi dengan memakan sembelihan Ahl Al-Kitab dan mengawini wanita-wanita mereka yang menjaga kehormatannya Shihab, 1994. Potensi dan kemampuan manusia berbeda-beda, bahkan potensi dan kemampuan para rasul pun demikian QS Al-Baqarah2: 253. Perbedaan adalah sifat masyarakat, namun hal itu tidak boleh mengakibatkan pertentangan. Sebaliknya, perbedaan itu harus mengantarkan kepada kerja sama yang menguntungkan semua pihak. Demikian kandungan makna firman-Nya pada surat Al-Hujurat49: 13. Dalam surat Az-Zukhruf 43: 32 tujuan perbedaan itu dinyatakan: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan di antara mereka melalui sunnatullah penghidupan mereka di dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beaberapa tingkatan, agar mereka dapat saling menggunakan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan masing-masing rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ” Shihab, 1994. Salah satu nikmat Ilahi yang Allah berikan kepada manusia adalah rasa sosial dan kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain dan menjalin hubungan persahabatan dengan anggota masyarakat. Orang yang memiliki teman yang baik dan memanfaatkan hubungan itu dengan benar dan logis akan memiliki kehidupan individu dan sosial yang lebih baik. Manusia yang normal tentunya memiliki kawan untuk berbicara, berbagi perasaan, saling menasehati dan saling membantu di kala susah. Sebagian orang punya kelebihan yang bisa menjalin hubungan persahabatan dengan banyak kawan sementara sebagian yang lain hanya puas dengan memiliki beberapa orang teman yang jumlahnya tak lebih dari hitungan jari. Tentunya, di antara kawan yang kita miliki adalah yang punya hubungan sangat dekat dan siap membantu dengan tulus saat kita mendapat kesusahan dan masalah. Berdasarkan hal di atas, pendidikan karakter bangsa bersahabat atau komunikatif dengan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain sudah tepat diadopsi oleh pendidikan karakter kebangsaan Kemendiknas. Islam memandang persahabatan sebagai nilai yang agung dan menentukan dalam nasib dan kehidupan seseorang. Karena itu, baik Nabi Saw maupun para Imam Maksum Ahlul Bait dalam banyak kesempatan menekankan untuk memilih sahabat dan kawan dengan benar. Misalnya dalam hadis Nabi disebutkan bahwa beliau bersabda, “Manusia beragama seperti sahabatnya. Karena itu, hendaknya dia teliti dengan siapa dia menjalin persahabatan.” Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di