Tumbuhan Aren Pemanfaatan Sirup Glukosa Hasil Hidrolisis Serat Dari Ampas Kelapa Dalam Pembuatan Gula Jawa/ Gula Merah Dengan Volume Bervariasi

2.5.4. Metode Munson Walker

Penentuan gula reduksi berdasarkan atas banyaknya endapan Cu 2 O yang terbentuk, kemudian dengan melihat tabel Hadmond dapat diketahui jumlah gula pereduksinya. Jumlah Cu 2 O ditentukan secara gravimetri yaitu dengan menimbang larutan endapan Cu 2 O yang terbentuk.Dapat juga ditentukan secara volumetri yaitu dengan titrasi menggunakan larutan Na-tiosulfat atau K-permanganat. Apriyanto.A.1989.

2.6 Tumbuhan Aren

Enau atau aren Arenga pinnata, suku Arecaceae adalah palma yang terpenting setelah kelapa nyiur karena merupakna tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung,juk atau ijuk aneka nama ฀able di Sumatera dan Semenanjung Malaya; akol, akel, akere, inru, indu bahasa – bahsa di Sulawesi; moka, moke, tuwa, tuwak di Nusa Tenggara, dan lain – lain. Bangsa Belanda mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm dan bangsa Jerman menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau gomuti palm. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula. Mulai dari bagian – bagian fisik pohon maupun dari hasil produksinya.

2.6.1 Fisiologi Aren

Palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknyakukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih – putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya. Berumah satu, bunga – bunga jantan terpisah dari bunga – bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun, panjang tongkol hingga 2,5 meter.

2.6.2 Penyadapan nira

Nira diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang dimulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula – mula dimemarkan dengan memukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan batang ฀able฀ untuk menampung cairan yang menetes. Cairan manis yang diperoleh dinamai nira alias legen atau saguer , berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka batang ฀bambu฀ yang telah berisi harus segera di ambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pngambilan yakni pagi dan sore.

2.6.3 Kandungan nira aren

Nira dalam keadaan segar tidak berwarna, tidak berbau, harum, dan manis. Menurut Milsum dan Danner bahwa komposisi nira aren dalam 100 ml dengan berat jenis 1,0135 pada 84 °C adalag sebagi berikut : - Sukrosa 7,10 gram - Gula Invert 0,15 gram - Bukan Gula 0,29 gram - Nitrogen 0,005 gram - Abu 0,021 gram Berikut tabel perbandingan sifat kimia dan produksi nira aren, nira kelapa dan nira lontar. Tabel 2.2 : Perbandingan Sifat Kimia dan Produksi Nira aren, Nira Kelapa, dan Nira Lontar No Sifat Kimia Nira Aren Nira Kelapa Nira Lontar 1 Total Padatan - 15.2-19.7 - 2 Sukrosa 13.9 – 14.9 13.03-14.85 - 3 Kadar air - 88.40 - 4 Karbohidrat 11.28 14.35 13.20 5 Protein 0.2 0.1 0.3 6 Lemak 0.02 0.17 0.04 7 Abu 0.04 0.66 0.24 8 Asam askorbat gr 100 ml - 16.0-30.3 - 9 Produksi Nira Literpohonhari 8.0-30.0 0.6-1.2 1 2-3.5 2 1.95-4.54 http:www.wikipedia.org

2.6.4 Pembuatan Gula ArenGula Jawa

Nira mempunyai sifat mudah menjadi asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri saccaromycess s.p oleh Karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung. Nira dituangkan sambil disaring , kemudian diletakkan diatas tungku perapian untuk segera dipanasi. Pemanasan ini berlangsung selama 1 – 3 jam, tergantung banyaknya nira. Pemanasan tersebut sambil mengaduk – aduk nira sampai nira mendidih. Buih – buih yang muncul dipermukaan nira yang mendidih dibuang, agar dapat diperoleh gula aren tidak berwarna terlalu gelap hitam, kering dan tahan lama. Pemanasan ini diakhiri setelah nira menjadi kental dengan volume sekitar 8 dari volume awal sebelum dipanaskan. Setelah kekentalan nira tersebut tercapai, kemudian bejana diturunkn dari tungku perapian dan didinginkan selama 8 – 10 menit. Kemudian menggunakan alat ciduk bahasa jawa: irus , tuangkan masakan nira kental tadi kedalam cetakan berupa tempurung kelapa bahasa jawa: batok atau potongan – potongan batang bambu yang berdiameter sekitar 8 cm dan ketebalannya 4 – 5 cm. penuangan masakan nira kedalam cetakan dilakukan secara berurutan sebanyak dua kali dengan perbandingan 30 dan 70 masing – masing untuk penuangan pertama dan kedua. Hal ini perlu dilakukan agar gula yang diperoleh itu kompak dan tidak mudah pecah jika telah dingin. Sebaiknya sebelum masakan nira dituangkan dalam cetakan, lebih dahulu alat cetakan dicelupkan dalam air sampai basah, untuk membantu pendinginan dan memudahkn mengeluarkan gula dari cetakan. http:www.wikipedia.org

2.7. Spektrofotometer UV-Visible