Kerangka Operasional Definisi Operasional .1 Parut akne: parut yang terjadi akibat komplikasi akne.

3.9. Kerangka Operasional

3.10 Definisi Operasional 3.10.1 Parut akne: parut yang terjadi akibat komplikasi akne.

3.10.2 Microneedling: terapi untuk merangsang pembentukan kolagen dengan

induksi ribuan luka yang kecil pada kulit dengan menggunakan banyak jarum. 3.10.3 Platelet-rich plasma PRP: konsentrat trombosit manusia autolog dalam volume plasma yang kecil. 3.10.4 Gambaran kolagen: susunan dan kepadatan kolagen pada pemeriksaan histopatologi, dengan menggunakan pewarnaan: a. hematoksilin eosin: pewarnaan untuk pemeriksaan rutin jaringan, dengan hasil menunjukkan warna biru untuk inti, merah untuk kolagen, otot, dan saraf. Pada penelitian ini, gambaran susunan kolagen, dikelompokkan menjadi: 1. pola normal: serabut kolagen tersusun dalam pola ‘basket weave’, yaitu tersusun berupa anyaman. 2. pola campuran: dijumpai pola normal dan pola menyerupai jaringan parut. 3. pola menyerupai jaringan parut: serabut kolagen tersusun berupa bundles paralel. b. Masson’s trichrome stain: metode pewarnaan yang digunakan untuk menilai jaringan ikat, dengan hasil menunjukkan warna hitam untuk inti sel, merah untuk sitoplasma, keratin, serabut otot, dan serabut interseluler, serta biru untuk serabut kolagen. Pada penelitian ini, untuk menilai gambaran kepadatan kolagen, dilakukan penilaian berdasarkan intensitas warna dengan skor: 0: warna merah 0,5: warna merah dominan, dengan sedikit warna biru sedang 1: warna biru sedang dominan, dengan sedikit warna merah 1,5: warna biru sedang 2: warna biru kuat 3.10.5 Keloid adalah parut yang timbul pada bekas luka yang besarnya melewati batas luka. 3.10.6 Diabetes melitus adalah suatu kelainan yang ditandai dengan hiperglikemia yang diakibatkan oleh resistensi terhadap insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat, dan sekresi glukagon yang berlebihan atau tidak sesuai. 3.11 Pengolahan dan Analisis Data 3.11.1 Data kategorikal demografi ditampilkan dalam bentuk persentase.

3.11.2 Untuk menilai perbedaan gambaran histopatologi susunan kolagen antara

parut akne yang ditangani menggunakan kombinasi teknik microneedling dan subsisi disertai pemberian PRP dengan parut akne yang ditangani menggunakan kombinasi teknik microneedling dan subsisi disertai pemberian NaCl 0,9 dilakukan analisis statistik menggunakan uji Fisher’s exact. 3.11.3 Untuk menilai perbedaan gambaran histopatologi susunan kolagen parut akne antara sebelum dengan sesudah ditangani menggunakan kombinasi teknik microneedling dan subsisi disertai pemberian PRP dilakukan analisis statistik menggunakan uji Tanda Sign Test, yaitu suatu uji statistik untuk menganalisis arah perbedaan skor antara pasangan subyek yang sama atau matched pada dua keadaan eksperimental. 3.11.3 Untuk menilai perbedaan gambaran histopatologi susunan kolagen parut akne antara sebelum dengan sesudah ditangani menggunakan kombinasi teknik microneedling dan subsisi disertai pemberian NaCl 0,9 dilakukan analisis statistik menggunakan uji Tanda. 3.11.4 Untuk menilai perbedaan gambaran histopatologi kepadatan kolagen antara parut akne yang ditangani menggunakan kombinasi teknik microneedling dan subsisi disertai pemberian PRP dengan parut akne yang ditangani menggunakan kombinasi teknik microneedling dan subsisi disertai pemberian NaCl 0,9 dilakukan analisis statistik menggunakan uji Mann- Whitney. 3.11.5 Untuk menilai perbedaan gambaran histopatologi kepadatan kolagen parut akne antara sebelum dengan sesudah ditangani menggunakan kombinasi teknik microneedling dan subsisi disertai pemberian PRP dilakukan analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks. 3.11.6 Untuk menilai perbedaan gambaran histopatologi kepadatan kolagen parut akne antara sebelum dengan sesudah ditangani menggunakan kombinasi teknik microneedling dan subsisi disertai pemberian NaCl 0,9 dilakukan analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks. 3.11.7 Batas uji kemaknaan p yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Dikatakan bermakna jika nilai p 0,05.

3.12 Ethical Clearance