49
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parut Akne
Akne merupakan penyakit yang sangat kompleks dan elemen patogenesisnya melibatkan hiperproliferasi epidermal folikular, produksi sebum yang berlebihan,
inflamasi, dan Propionibacterium acne
1,16
Jaringan parut pada kulit merupakan gangguan makroskopis dari struktur dan fungsi normal arsitektur kulit yang bermanifestasi berupa daerah yang meninggi
atau melekuk, dengan perubahan pada tekstur, warna, vaskularisasi, asupan saraf, dan sifat biomekanis kulit. Secara histologis, parut pada dermis ditandai dengan
epidermis yang menebal dengan taut dermo-epidermal yang semakin mendatar dan susunan abnormal matriks dermis berupa bundles paralel, berbeda dengan
pola normal kolagen dermis yang tampak berupa basketweave seperti anyaman keranjang.
Pembentukan jaringan parut dapat merupakan komplikasi akne non inflamasi dan inflamasi.
17
1
Parut timbul pada tempat cedera. Cedera pada kulit mengawali
suatu kaskade penyembuhan luka. Berbagai sel, faktor pertumbuhan, sitokin, dan komponen matriks ekstraseluler terlibat dalam proses tersebut. Bila respon
penyembuhan luka berlebihan, terbentuk suatu nodul jaringan fibrotik yang meninggi, sedangkan respon yang tidak adekuat mengakibatkan kurangnya
deposisi faktor-faktor kolagen dan terbentuknya parut atropi.
15
Parut akne dapat timbul diawali dengan perubahan komedo non inflamasi menjadi lesi inflamasi yang pecah melalui bagian infrainfundibular folikel yang
melemah. Akibatnya terbentuk abses perifolikular. Abses yang kecil bersama dengan inti yang mengalami penandukan akan dikeluarkan dari kulit. Hal ini akan
mengalami perbaikan tanpa parut sekitar 7-10 hari. Epidermis selalu berusaha untuk memperbaiki, sel-sel bertumbuh dari epidermis dan struktur apendiks untuk
menyelubungi reaksi inflamasi tersebut. Jika hal ini terjadi secara lengkap, lesi mengalami resolusi tanpa kelainan. Namun, terkadang, proses ini berlangsung
tidak lengkap dan terjadi pemecahan lebih lanjut. Akibatnya dapat timbul saluran- saluran berfistul multichannel. Hal ini dapat tampak berupa komedo-komedo
terbuka berkelompok dengan gambaran histologis sejumlah saluran keratinisasi yang saling berhubungan. Fistula-fistula ini dapat menjadi sedemikian besar
sehingga dapat tampak suatu jembatan dari jaringan yang normal di atas terowongan jaringan parut. Hal ini dapat dijumpai pada parut tipe ice pick. Tipe-
tipe parut yang lain tergantung pada kedalaman inflamasi.
4
Manipulasi oleh pasien dengan menekan atau menusuk lesi akan meningkatkan proses inflamasi
dan kemungkinan terjadinya parut. Holland dkk 2004 melaporkan bahwa pada pasien akne yang cenderung
mengalami parut, terdapat respon imun spesifik yang predominan, yang awalnya lebih sedikit dan tidak aktif, namun meningkat dan diaktivasi pada lesi yang
mengalami resolusi, inflamasi yang berlebihan ini memudahkan terjadinya parut.
18
Terdapat dua tipe umum parut akne, yaitu parut hipertropi dan atropi. Termasuk dalam parut atropi adalah tipe ice pick, boxcar scar, dan rolling
Gambar 2.1. Parut icepick adalah parut yang sempit dan dalam yang memiliki bagian paling luas pada permukaan kulit dan mengecil menjadi satu titik di
19
dermis. Parut rolling adalah parut yang dangkal dan lebar yang tampak berundulasi. Tidak seperti parut ice pick, lebar boxcar scar pada bagian
permukaan dan dasar adalah sama. Penatalaksanaan parut akne antara lain dengan metode resurfacing seperti
chemical peeling dan laser, dermabrasi, subsisi, filler, teknik punch menggunakan alat biopsi plong, dermal grafting, transplantasi lemak,
1,20,21
4,16,20-23
dan skin needling.
8,11,24,25
Karakteristik parut individual yang mencakup warna, tekstur, dan morfologi menentukan pilihan penanganan.
19,26
Gambar 2.1. Parut akne atropi. Garis kuning menunjukkan kedalaman kemampuan ablasi dan resurfacing laser CO
2
menunjukkan sistem muskuloaponeurotik superfisial dimana pita . Garis hijau
fibrosa melekat, menimbulkan parut tipe rolling. Dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan 20.
2.2 Proses Penyembuhan Luka