BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode Usman, 2009: 41. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi
kasus merupakan metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-
peristiwa kehidupan nyata, seperti siklus kehidupan seseorang, proses-proses organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan
internasional, dan kematangan industri-industri. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang meyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana batas-
batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan di mana multi sumber bukti dapat dimanfaatkan Yin, 2003: 4; 18.
Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi kasus eksplanatoris, studi kasus eksploratoris, dan studi kasus deskriptif. Studi kasus
eksplanatoris bertujuan untuk menjelaskan suatu rangkaian peristiwa yang sama dan menunjukkan bagaimana penjelasan tersebut mungkin dapat diterapkan pada situasi-
situasi yang lain. Sedangkan studi kasus ekploratoris bertujuan untuk mengembangkan hipotesis dan proposisi yang saling berkaitan dalam suatu situasi.
Universitas Sumatera Utara
Dan studi kasus deskriptif bertujuan untuk melacak suatu peristiwa, menggambarkannya, dan menemukan fenomena yang ada dalam peristiwa tersebut
Yin, 2003: 5-8. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi kasus deskriptif. Untuk membuat desain suatu penelitian studi kasus harus diperhatikan antara
desain untuk penelitian dengan kasus tunggal dan desain untuk penelitian dengan multi kasus. Antara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan serta menunjukkan
situasi yang berbeda pula. Untuk mendesain penelitian studi kasus tunggal terdapat tiga macam rasionalitas yang harus diperhatikan, yakni:
1. Bahwa kasus tunggal pada dasarnya analog dengan eksperimen tunggal.
Dalam konteks ini sebuah rasional muncul ketika kasus itu tampak sebagai kasus penting dan relevan untuk menguji suatu teori yang diletakkan
sebelumnya sebagai perspektif. Hasil penelitian yang diumumkan oleh Neil Gross, dkk Implementing Organizational Inovations yang melukiskan
perjalanan inovasi dari sebuah lembaga sekolahan adalah sebuah contoh yang acapkali disebut-sebut.
2. Sebuah kasus merefleksikan sesuatu yang ekstrem atau penuh keunikan
sehingga menarik dan bermakna untuk ditelusuri. 3.
Sebuah kasus yang dapat dikatakan sebagai kasus penyingkapan. Kasus semacam ini dapat ditemui seorang peneliti manakala ia berkesempatan
memasuki suatu ranah sosial atau fenomena yang kurang diizinkan untuk diteliti secara alamiah. Sebuah contoh yang baik adalah hasil studi Elliot
Liebow, dipublikasikan dengan judul Tally’s Corner, yang menyingkap dengan menarik tentang kehidupan orang-orang kulit hitam yang menganggur
di sebuah lingkungan sosial di Washington, D.C Bungin, 2007: 232-233. Di sisi lain, untuk mendesain studi kasus dalam konteks multikasus biasanya
dilakukan dengan cukup ketat. Setiap kasus yang diangkat diarahkan ke tujuan yang spesifik dalam ruang lingkup inkuiri menyeluruh. Kalau kasus tunggal dianalogikan
dengan penelitian eksperimen tunggal, maka multikasus dapat dianalogikan dengan multieksperimen. Ada beberapa rasionalitas yang disarankan dalam menyusun desain
studi kasus multikasus, yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Setiap kasus yang harus dipilih diharapkan dilakukan dengan hati-hati dan
cermat agar dapat memprediksi hasil yang serupa ataupun membuahkan hasil yang bertolak belakang tetapi untuk alasan-alasan yang diprediksi. Dalam
kerangka demikian diperlukan pengembangan kerangka teoritis untuk menjembatani penarikan generalisasi ke arah kasus-kasus baru.
2. Logika replika studi kasus multikasus sungguh berbeda dan harus dibedakan
dengan logika sampling yang umumnya digunakan dalam penelitian survei. Studi kasus bukan untuk menilai sebuah fenomena. Juga, studi kasus harus
menyentuh baik fenomena maupun konteksnya Bungin, 2007: 233. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain studi kasus tunggal, yaitu
studi kasus tentang komunikasi antarbudaya dalam proses asimilasi pada pernikahan campuran suku Batak Toba-Tionghoa di kota Medan.
III.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lima kelurahan di kota Medan yang dipilih peneliti secara snowbolling sampling. Kelima kelurahan tersebut adalah Kelurahan Sidorejo
Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur, Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Medan Perjuangan, Kelurahan Sidorame Timur
Kecamatan Medan Perjuangan, dan Kelurahan Sei Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Medan.
III.3 Subjek Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil penelitian. Hasil penelitian lebih bersifat kontekstual dan kausistik yang berlaku pada
waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan, karena itu pada penelitian kualitatif tidak dikenal istilah sampel.
Dalam penelitian kualitatif metode studi kasus, informan yang dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan peneliti. Peneliti menggunakan snowbolling sampling
dalam mendapatkan informan yang dibutuhkan, dimana pengumpulan data dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan anggota sampel untuk
kemudian menjadi sumber-sumber informasi mengenai orang-orang lain yang juga dapat dijadikan sampel. Demikian prosedur ini dilanjutkan sampai jumlah anggota
sampel yang diinginkan terpenuhi. Langkah-langkah dalam melakukan snowbolling sampling, yaitu: 1 Peneliti berupaya menemukan gatekeeper, yaitu siapa pun orang
yang pertama dapat menerimanya di lokasi objek penelitian yang dapat memberi petunjuk tentang siapa yang dapat diwawancarai dalam rangka memperoleh
informasi; 2 Gatekeeper bisa pula sekaligus menjadi orang pertama yang diwawancarai, namun kadang gatekeeper menunjuk orang lain yang lebih paham
tentang objek penelitian; 3 Setelah wawancara pertama berakhir, peneliti meminta informan menunjuk orang lain yang dapat diwawancarai untuk melengkapi informasi;
4 Terus-menerus setiap habis wawancara peneliti meminta informan menunjuk informan lain yang dapat diwawancarai juga Bungin, 2007: 77.
Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan suami-istri dalam pernikahan campuran suku Batak Toba-Tionghoa di lima kelurahan di kota Medan yang dipilih
secara snowbolling sampling. Dan jika diperlukan akan diteliti juga anggota keluarga
Universitas Sumatera Utara
dalam pernikahan campuran suku Batak Toba-Tionghoa, pemuka adat, dan pemuka agama.
III.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui:
III.4.1 Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moleong, 2005: 186. Wawancara mendalam secara umum adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara terlibat
dalam kehidupan sosial informan Bungin, 2008: 18. Wawancara bisa mengambil beberapa bentuk. Yang paling umum adalah
wawancara bertipe open-ended, di mana peneliti dapat bertanya kepada responden tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping opini mereka mengenai peristiwa yang
ada. Responden juga bisa mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan peneliti bisa menggunakan proposisi tersebut sebagai dasar penelitian
selanjutnya. Wawancara juga dapat dilakukan secara terfokus, di mana responden diwawancarai dalam waktu singkat karena tujuan wawancara ini adalah untuk
mendukung fakta-fakta tertentu yang sudah ditetapkan peneliti. Tipe wawancara ketiga memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terstruktur, sejalan dengan
survei Yin, 2003: 108-110 .
Universitas Sumatera Utara
Wawancara dapat menggunakan beberapa alat bantu atau perlengkapan wawancara seperti tape recorder, pulpen, pensil, note, karet penghapus, stopmap
plastik, daftar pertanyaan, hardboard, surat tugas, surat izin dan daftar responden, bahkan peta lokasi juga amat membantu. Perlengkapan-perlengkapan tersebut ada
yang secara langsung bermanfaat dalam wawancara seperti pulpen dan pensil, tetapi ada juga yang hanya berguna apabila dibutuhkan. Teknik penggunaan alat-alat bantu
wawancara ini menjadi otoritas pewawancara, yang digunakan berdasarkan kemampuan, pengalaman, dan kondisi yang ada Bungin, 2007: 114-115.
Jika pewawancara hendak mempersiapkan suatu wawancara, ia perlu membuat beberapa keputusan. Keputusan itu berkaitan dengan pertanyaan apa yang
perlu ditanyakan, bagaimana mengurutkannya, sejauh mana kekhususan pertanyaan itu, berapa lama proses wawancara, dan bagaimana memformulasikan pertanyaan itu.
Guba dan Lincoln dalam Moleong, 2005: 194-195 mengklasifikasikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara, seperti berikut ini:
a. Pertanyaan hipotesis atau pertanyaan bagaimana bila.
b. Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan responden ditanya
agar memberikan respons tentang hipotesis alternatif mengenai masa lalu, sekarang, atau yang akan datang.
c. Pertanyaan yang menanyakan dan menantang responden untuk merespons
dengan cara memberikan hipotesis alternatif atau penjelasan. d.
Pertanyaan interpretatif yang menyarankan kepada responden agar memberikan interpretasinya tentang kejadian atau peristiwa.
e. Pertanyaan yang memberikan saran.
f. Pertanyaan tentang alasan mengapa yang mengarahkan agar responden
memberikan penjelasan tentang kejadian atau perasaan. g.
Pertanyaan tipe argumen yang berusaha mengajar responden untuk menyatakan perasaan atau menunjukkan sikap yang apabila pewawancara
tidak berada di situ tidak akan tampak.
h. Pertanyaan tentang sumber yang berusaha mengungkapkan sumber tambahan,
informasi asli, dan data atau dokumen tambahan.
Universitas Sumatera Utara
i. Pertanyaan yang mengharapkan jawaban ya atau tidak, yaitu pertanyaan yang
berusaha menutupi intensitas perasaan atau kepercayaan tentang sesuatu sedangkan pewawancaranya belum yakin.
j. Pertanyaan yang mengarahkan, dalam hal ini responden diminta untuk
memberikan keterangan tambahan pada informasi yang disediakan.
III.4.2 Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya. Jadi
dapat dikatakan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan Bungin,
2007: 115.
Beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif studi kasus adalah observasi partisipasi, observasi tidak berstruktur, dan observasi
kelompok tidak berstruktur.
a. Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi adalah suatu observasi khusus di mana peneliti tidak hanya mennjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil peran dalam situasi
tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti. b.
Observasi Tidak Berstruktur Observasi ini dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini,
pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Yang terpenting dalam observasi tidak berstruktur
adalah pengamat harus menguasai ilmu tentang objek secara umum dari apa yang hendak diamati, hal mana yang membedakannya dengan observasi partisipasi,
Universitas Sumatera Utara
yaitu pengamat tidak perlu memahami secara teoritis terlebih dahulu objek penelitian.
c. Observasi Kelompok
Observasi ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus Yin, 2003: 113-114.
III.4.3 Penelitian Dokumenter
Metode penelitian ini digunakan untuk menelusuri data historis. Secara detail bahan dokumenter terdiri dari: 1 Dokumen pribadi, yaitu berupa karangan seseorang
secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi; 2 Sedangkan dokumen
resmi terbagi atas dokumen interen dan eksteren. Dokumen interen berupa memo, pengumuman, instruksi, laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, konvensi yaitu
kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di suatu lembaga. Dokumen eksteren berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga, seperti majalah, bulletin,
berita-berita di media massa, dan pemberitahuan atau pengumuman Bungin, 2007: 121-123.
III.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian, ataupun pengombinasian
Universitas Sumatera Utara
kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal suatu penelitian Yin, 2003: 133.
Tahapan analisis data secara umum Moleong, 2005: 281-287 adalah sebagai berikut:
1 Menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja. Sejak menganalisis data di
lapangan, peneliti sudah mulai menentukan tema dan hipotesis kerja. Pada analisis yang dilakukan secara lebih intensif, tema dan hipotesis kerja lebih
diperkaya, diperdalam, dan lebih ditelaah lagi dengan menggabungkan data dari sumber-sumber lain. Ada beberapa petunjuk dalam menemukan tema dan
hipotesis kerja yaitu: a Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda; b Berilah kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu agar tidak tumpang
tindih ketika ada judul yang sama kembali muncul; c Susunlah menurut kerangka klasifikasitipologi; d Bacalah kepustakaan yang ada dengan
masalah dan latar penelitian membandingkan hasil penemuan dengan kepustakaan profesional.
2 Menganalisis berdasarkan hipotesis kerja. Sesudah memformulasikan
hipotesis kerja, peneliti mengalihkan pekerjaan analisisnya dengan mencari dan menemukan apakah hipotesis kerja itu didukung oleh data dan apakah hal
itu benar. Apabila peneliti telah menemukan seperangkat hipotesis kerja dasar, maka selanjutnya adalah menyusun kode tersendiri atas dasar hipotesis
kerja dasar tersebut. Data yang telah tersusun dikelompokkan berdasarkan hipotesis kerja dasar tersebut. Pekerjaan demikian memerlukan ketekunan,
ketelitian, dan perhatian khusus serta kemampuan khusus peneliti.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif yang disajikan dalam bentuk analisis deskriptif dan pendekatan induktif. Analisis deskriptif bertujuan untuk
memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian
hipotesis Azwar, 2004:126. Sedangkan pendekatan induktif memungkinkan temuan-temuan penelitian muncul dari keadaan umum, tema-tema dominan dan
signifikan yang ada dalam data, tanpa mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya. Pendekatan induktif dimaksudkan untuk membantu
pemahaman tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan tema- tema yang diikhtisiarkan dari data kasar Moleong, 2005:297-298.
Untuk menguji keabsahan hasil penelitian, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu dengan memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzin dalam Moleong, 2005 ada empat macam triangulasi yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, dan teori, yakni sebagai berikut: 1.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi dengan cara : 1 membandingkan data
hasil pengamatan dengan hasil wawancara; 2 membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; 3
membandingkan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; 4 membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain; 5 membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pada triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu mengecek derajat
kepercayaan hasil penelitian dan mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Triangulasi yang ketiga ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
4. Triangulasi dengan teori dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan, dan
menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan pembanding Moleong, 2005: 330-332.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN