Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Mandailing Natal

Batahan . Umumnya kekerabatan menurut garis keturunan ayah patrilinial , hanya sedikit yang berdasarkan kekerabatan menurut garis keturunan Ibu matrilineal yang berada di daerah sebelah selatan dan pesisir. Penduduk yang berada di bagian selatan dan pesisir bayak berasal dari Minangkabau dan Aceh. Penduduk pesisir pantai barat Kabupaten Mandailing Natal mayoritas beragama Islam. Masyarakat di wilayah ini memiliki bahasa ibu yang berbeda-beda baik dialek maupun bentuk kata-katanya, tetapi secara umum mereka mengerti bahasa Mandailing. Perkembangan Jumlah penduduk di wilayah pesisir yang menjadi basis petani sawit setiap tahun menunjukkan peningkatan yang perlu mendapat perhatian, hal ini dapat di lihat dari pertumbuhan penduduk seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah penduduk di wilayah pesisir No Kecamatan Jumlah pendudukjiwa Laju pertumbuhan rata-ratathn 1 Natal 17.943 0.71 2 Muara Batang Gadis 11.377 4.88 3 Batahan 28.307 3.32

4.4 Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Mandailing Natal

4.4.1.Topografi Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari gugusan pegunungan dan perbukitan yang dikenal dengan Bukit Barisan di beberapa kecamatan, juga Universitas Sumatera Utara daerah pesisirdaerah pantai di Kecamatan Batahan, Natal, dan Muara Batang Gadis. Daerah Kabupaten Mandailing Natal dibedakan menjadi 3 tiga bagian, yaitu: 1. Dataran Rendah merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 0–2 dengan luas sekitar 160.500 ha 24,24. 2. Daerahdataran Landai dengan kemiringan 2–15 dengan luas wilayah 36.385 ha 5,49. 3. Dataran Tinggi dengan kemiringan 15–40. Dataran tinggi dibedakan menjadi 2 dua jenis, yaitu: a. Daerah perbukitan dengan kemiringan 15–20 dengan luas wilayah 112.000 ha 16,91, dan b. Daerah pegunungan dengan kemiringan 20–40 dengan luas 353.185 ha 53,34. Kemiringan lahanlereng merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui kemampuan tanah di suatu daerah adalah derajat kemiringan lahanlereng. Kemiringan lereng terjadi akibat besarnya tekanan tanah dan tekanan air tanah yang bekerja pada permukaan dinding belakang lereng tersebut. 4.4.2.Morfologi Wilayah Morfologi Kabupaten Mandailing Natal merupakan satuan perbukitan memanjang dengan arah barat laut-tenggara. Bagian tertinggi mencapai ketinggian 1.915 m dpl, sedangkan bagian terendah berada pada ketinggian 0 m dpl. Jenis batuan yang terdapat di daerah pengukuran adalah batuan metasedimen terutama metalimestonemarmer. Secara umum, morfologi di Universitas Sumatera Utara wilayah Kabupaten Mandailing Natal dapat dibagi menjadi 3 tiga satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan bergelombang, dan satuan morfologi pedataran. 1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, dicirikan oleh rangkaian pegunungan yang tingginya antara 800–1.915 m dpl dan keterjalan lebih dari 40. Aliran sungai mempunyai pola dendritik–sub dendritik, sebagian trellis karena mengikuti pola patahan, dengan lembah sungai yang sempit, biasanya berbentuk V dan sebagian kecil cenderung U, menunjukkan tingkat erosi muda menuju dewasa. 2. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Landai, dicirikan oleh perbukitan dengan ketinggian antara 100–800 m dpl dan kemiringan lereng antara 15-40. Pola aliran sungai dendritik, dengan lembah berbentuk U dan sebagian berbentuk V, menunjukkan tingkat erosi dewasa. Satuan ini umumnya ditempati oleh batuan vulkanik dan sedimen. 3. Satuan Morfologi Pedataran merupakan daerah datar atau dengan kemiringan lereng antara 0 hingga 15 dan pola aliran anyaman “braided stream” yang umum terjadi di daerah muara sungai. 4.4.3.Hidrologi Potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk kepentingan irigasi, air minum sanitasi, transportasi, maupun untuk kepentingan lainnya. Sumber air yang terdapat di Kabupaten Mandailing Universitas Sumatera Utara Natal bagi kebutuhan tersebut di atas berasal dari mata air dan sungai. Kabupaten Mandailing Natal dialiri oleh sungai besar dan kecil. Beberapa sungai yang terdapat di daerah ini di antaranya adalah Sungai Batang Gadis, Batahan, Kun-kun, Parlampungan, Hulu Pungkut, Aek Rantau Puran, Aek Mata dan lain-lain. Luas daerah aliran sungai terbesar yakni Sungai Batang Gadis, yang terletak di ibukota Kecamatan Panyabungan. Aliran sungai sepanjang 180,00 km dan lebarnya 65 m, dengan volume normal sekitar 25.781,11 m3 Secara umum sungai-sungai yang berada di daerah ini biasa digunakan untuk sarana irigasi, perhubungan, MCK Mandi, Cuci dan Kakus dan lainnya. Secara umum, sungai-sungai di Kabupaten Mandailing Natal beraliran pendek, terjal, dan sempit, sehingga sulit untuk digunakan sebagai sarana transportasi. Sebagian sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik hydromini dan untuk irigasi. Alur sungai senantiasa bergerak secara horisontal dan jalur sungai berpindah-pindah bergerak secara terus- menerus pula. Setelah melalui perjalanan hidupnya sebuah sungai yang lurus dalam jangka waktu tertentu akan berkelok-kelok atau membentuk meander. Pola Daerah Aliran Sungai DAS sangat dipengaruhi oleh keadaan morfologis, topografi dan bentuk wilayah disamping bentuk atau corak DAS itu sendiri. Di wilayah Mandailing Natal terdapat 6 enam DAS, yaitu: 1. DAS Batang Gadis 2. DAS Batang Batahan 3. DAS Batang Natal Universitas Sumatera Utara 4. DAS Batang Tabuyung 5. DAS Batang Bintuas 6. DAS Batang Toru. DAS yang terbesar adalah DAS Batang Gadis dengan luas 369.963 Ha atau sekitar 55,88 dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Keenam DAS bermuara ke Pantai Barat Samudera Indonesia. 4.4.4.Iklim 4.4.4.1.Musim Wilayah Mandailing Natal mempunyai iklim yang hampir sama dengan sebagian besar KabupatenKota yang ada di Indonesia. Hanya dikenal dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai bulan September. Arus angin berasal dari Australia yang tidak mengandung uap air, sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret karena arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini seperti silih berganti setiap tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April–Mei dan Oktober–November. Frekuensi curah hujan lebih tinggi selama tahun 2008 jika dibandingan dengan tahun 2007. 4.4.4.2.Suhu dan Curah Hujan Tinggi atau rendahnya suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian daerah di atas permukaan laut. Daerah Mandailing Natal yang terletak di ketinggian antara 0-1.915 meter di atas permukaan laut Universitas Sumatera Utara mengakibatkan suhunya berkisar antara 230C–320C dengan kelembaban antara 80–85. Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh iklim, keadaan orografi dan perputaran pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan wilayah tiap kecamatan. Tahun 2008 rata-rata jumlah curah hujan di Kabupaten Mandailing Natal yakni 2.945 mmtahun. Curah hujan maksimum terdapat di Kecamatan Muara Sipongi yaitu: 3.288 mmtahun sedangkan minimum curah hujan 2.603 mmtahun di Kecamatan Panyabungan Utara. 4.4.5.Jenis Tanah Jenis-jenis tanah utama di wilayah Kabupaten Mandailing Natal adalah Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol merupakan jenis tanah dengan luas mencapai 223.240 ha. Jenis tanah ini terutama terdapat pada bagian rendah pegunungan tinggi deretan Bukit Barisan, seperti di sebelah kiri dan kanan dari Lembah Semangko dan Lembah Batang Gadis, sebagian besar terdapat pada Kecamatan Natal, Kecamatan Batang Natal, Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Kotanopan dan Kecamatan Muarasipongi. Jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang paling sedikit jumlahnya, yakni hanya 8.400 ha dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Jenis tanah regosol dapat ditemukan di sepanjang tepi pantai barat yang terputus-putus oleh bukit-bukit kecil dari formasi tua atau dataran rawa dan endapan alluvial sungai. Universitas Sumatera Utara

4.5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mandaling Natal