Potensi dan Prospek Pembiayaan Syariah Bagi Petani Sawit di Kabupaten Madina

(1)

POOTENSI DA PET Gu AN PROSP TANI SAW LOKOT Eko una Memen Memperol UNIVERS FA PEK PEMB WIT DI KAB

Skrip Diajukan T MARTUA 0705010 onomi Pem nuhi Salah leh Gelar S SITAS SUMA AKULTAS EK MEDA 2013 BIAYAAN BUPATEN psi oleh : A NASUTI 025 bangunan Satu Syara Sarjana Eko ATERA UTA KONOMI AN 3 SYARIAH MADINA ION at Untuk onomi ARA H BAGI A


(2)

ABSTRAK

POTENSI DAN PROSPEK PEMBIAYAAN SYARIAH BAGI PETANI SAWIT DI KABUPATEN MADINA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui bagi hasil dan kemitraan terhadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Madina. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui bagi hasil dan kemitraan terhadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Madina.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah terdapat potensi dan prospek pembiayaan syariah melaului bagi hasil bagi tehadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Mandailing Natal. pembiayaan syariah melalui bagi hasil dan kemitraan berpengaruh positif terhadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Madina.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung, data diperoleh dari jawaban yang diberikan responden. Kemudian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kuesioner dalam angket tertutup dibuat dengan skala konvensional yang disebarkan kepada petani sawit di Kabupaten Mandailing Natal. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang merupakan metode analisis dengan angka-angka yang dapat dihitung maupun diukur. Analisis kuantitatif ini dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan satu atau beberapa kejadian lainnya dengan menggunakan alat analisis statistik.

Pada hipotesis hasil penelitian menunjukkan menunjukkan besar hubungan variabel bagi hasil dengan nilai koefisien kolerasi 0,561, dan variabel kemitraan memberikan hubungan paling berpengaruh terhadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Madina dengan nilai koefisien kolerasi 0,627. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui bagi hasil dan kemitraan memiliki potensi dan prospek yang positif pada petani sawit di Kabupaten Madina.


(3)

ABSTRACT

POTENTIAL AND PROSPECTS FOR SHARIA FINANCING OF OIL PALM FARMERS IN MADINA DISTRICT

Formulation of the problem in this research is the extent to which the potential and prospects of Islamic finance through profit sharing and partnership on the development of oil palm farmers in Madina district. The purpose of this study is to investigate and analyze the potential and prospects of Islamic finance through profit sharing and partnership on the development of oil palm farmers in Madina district.

The hypothesis of this study is there is the potential and prospects for Islamic finance melaului tehadap developmental outcomes for smallholders in Mandailing Natal regency. Islamic financing through revenue sharing and partnerships positive effect on the development of oil palm farmers in Madina district.

Data was collected through direct interviews, the data obtained from respondents' answers given. Then by asking questions in the questionnaire enclosed questionnaire prepared by the conventional scale distributed to oil falm farmers in the district Mandailing Natal. The analytical method used is a quantitative analysis method to the analysis of the numbers that can be calculated or measured. Quantitative analysis is intended to quantitatively estimate the magnitude of the effect of changes in one or several other events by using statistical analysis tools.

In the hypothesis of the results showed a great show for the outcome variable relationship with correlation coefficient 0.561, and relationship variables partnerships provide the most influence on the development of oil palm farmers in Madina district with correlation coefficient of 0.627. The results showed that the potential and prospects of Islamic finance through revenue sharing and partnerships have the potential and positive outlook on oil palm farmers in Madina district.


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Potensi dan Prosfek Pembiayaan Syariah Bagi Petani Sawit di Kabupaten Madina”ini dapat terselesaikan dengan baik, walaupundalam uraian dan pembahasannya masih sederhana. Shalawat serta salam untuk junjunganNabi Besar Muhammad SAW berserta Keluarga, Sahabat serta orang orang yang selaluistiqomah di Jalan–Nya.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi dari semua pihak baikmorilmaupun materil, penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat di selesaikan dengan baik.Karena itu sudah sepatutnyalah penulis sampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak. Ucapan terima Kasih, pertama tama disampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta Ayahanda Mahmulia Nst dan Ibunda Erni Rangkuti beserta saudara-saudara yang telah banyak memberikan semangat, bimbingan dan dorongan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ac, Ak. selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(5)

dan Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Departamen Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, M.Ec selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skiripsi ini, memberikan saran, masukan dan petunjuk yang berarti bagi penulis. 6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Siselaku dosen pembaca penilai yang

telah memberikan kritik, saran dan masukan dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skiripsi ini.

7. Bapak Alm. Drs. Jonathan Sinuaji, M.Si selaku dosen wali yang telah memberikan saran dan masukan selama perkuliahan.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi USU khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

9. Seluruh Staf Pegawai Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(6)

10.Seluruh sahabat-sahabat penulis khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah banyak memberikan motivasi, doa, dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skiripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangat di harapkan kritik dan saran dari semua pihak guna kesempurnaan penulisan ini. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga budi baik dan bantuannya di balas oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan pahala. Amin Ya Rabbal Alamin…..!

Medan, November 2013 Penulis,


(7)

POOTENSI DA PET Gu AN PROSP TANI SAW LOKOT Eko una Memen Memperol UNIVERS FA PEK PEMB WIT DI KAB

Skrip Diajukan T MARTUA 0705010 onomi Pem nuhi Salah leh Gelar S SITAS SUMA AKULTAS EK MEDA 2013 BIAYAAN BUPATEN psi oleh : A NASUTI 025 bangunan Satu Syara Sarjana Eko ATERA UTA KONOMI AN 3 SYARIAH MADINA ION at Untuk onomi ARA H BAGI A


(8)

ABSTRAK

POTENSI DAN PROSPEK PEMBIAYAAN SYARIAH BAGI PETANI SAWIT DI KABUPATEN MADINA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui bagi hasil dan kemitraan terhadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Madina. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui bagi hasil dan kemitraan terhadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Madina.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah terdapat potensi dan prospek pembiayaan syariah melaului bagi hasil bagi tehadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Mandailing Natal. pembiayaan syariah melalui bagi hasil dan kemitraan berpengaruh positif terhadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Madina.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung, data diperoleh dari jawaban yang diberikan responden. Kemudian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kuesioner dalam angket tertutup dibuat dengan skala konvensional yang disebarkan kepada petani sawit di Kabupaten Mandailing Natal. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang merupakan metode analisis dengan angka-angka yang dapat dihitung maupun diukur. Analisis kuantitatif ini dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan satu atau beberapa kejadian lainnya dengan menggunakan alat analisis statistik.

Pada hipotesis hasil penelitian menunjukkan menunjukkan besar hubungan variabel bagi hasil dengan nilai koefisien kolerasi 0,561, dan variabel kemitraan memberikan hubungan paling berpengaruh terhadap perkembangan petani sawit di Kabupaten Madina dengan nilai koefisien kolerasi 0,627. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui bagi hasil dan kemitraan memiliki potensi dan prospek yang positif pada petani sawit di Kabupaten Madina.


(9)

ABSTRACT

POTENTIAL AND PROSPECTS FOR SHARIA FINANCING OF OIL PALM FARMERS IN MADINA DISTRICT

Formulation of the problem in this research is the extent to which the potential and prospects of Islamic finance through profit sharing and partnership on the development of oil palm farmers in Madina district. The purpose of this study is to investigate and analyze the potential and prospects of Islamic finance through profit sharing and partnership on the development of oil palm farmers in Madina district.

The hypothesis of this study is there is the potential and prospects for Islamic finance melaului tehadap developmental outcomes for smallholders in Mandailing Natal regency. Islamic financing through revenue sharing and partnerships positive effect on the development of oil palm farmers in Madina district.

Data was collected through direct interviews, the data obtained from respondents' answers given. Then by asking questions in the questionnaire enclosed questionnaire prepared by the conventional scale distributed to oil falm farmers in the district Mandailing Natal. The analytical method used is a quantitative analysis method to the analysis of the numbers that can be calculated or measured. Quantitative analysis is intended to quantitatively estimate the magnitude of the effect of changes in one or several other events by using statistical analysis tools.

In the hypothesis of the results showed a great show for the outcome variable relationship with correlation coefficient 0.561, and relationship variables partnerships provide the most influence on the development of oil palm farmers in Madina district with correlation coefficient of 0.627. The results showed that the potential and prospects of Islamic finance through revenue sharing and partnerships have the potential and positive outlook on oil palm farmers in Madina district.


(10)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Potensi dan Prosfek Pembiayaan Syariah Bagi Petani Sawit di Kabupaten Madina”ini dapat terselesaikan dengan baik, walaupundalam uraian dan pembahasannya masih sederhana. Shalawat serta salam untuk junjunganNabi Besar Muhammad SAW berserta Keluarga, Sahabat serta orang orang yang selaluistiqomah di Jalan–Nya.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi dari semua pihak baikmorilmaupun materil, penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat di selesaikan dengan baik.Karena itu sudah sepatutnyalah penulis sampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak. Ucapan terima Kasih, pertama tama disampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta Ayahanda Mahmulia Nst dan Ibunda Erni Rangkuti beserta saudara-saudara yang telah banyak memberikan semangat, bimbingan dan dorongan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ac, Ak. selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(11)

dan Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Departamen Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, M.Ec selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skiripsi ini, memberikan saran, masukan dan petunjuk yang berarti bagi penulis. 6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Siselaku dosen pembaca penilai yang

telah memberikan kritik, saran dan masukan dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skiripsi ini.

7. Bapak Alm. Drs. Jonathan Sinuaji, M.Si selaku dosen wali yang telah memberikan saran dan masukan selama perkuliahan.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi USU khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

9. Seluruh Staf Pegawai Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(12)

10.Seluruh sahabat-sahabat penulis khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah banyak memberikan motivasi, doa, dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skiripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangat di harapkan kritik dan saran dari semua pihak guna kesempurnaan penulisan ini. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga budi baik dan bantuannya di balas oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan pahala. Amin Ya Rabbal Alamin…..!

Medan, November 2013 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hubungan Perbankan dengan Islam ... 9

2.2. Perkembangan Perbankan Islam di Dunia... .... .... ... 12

2.3. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ... 13

2.4. Pengertian Bank ... 14

2.5. Pengertian Bank syariah ... 14

2.6. Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya ... 15

2.7. Peranan Bank Syariah ... 16

2.8. Karakteristik Dasar Bank Syari’ah ... 18

2.9. Prinsip Operasional Bank Syari’ah ... 19

2.10.Produk-Produk Bank Syari’ah ... 20

2.10.1. Produk Penyaluran Dana ... 20

2.10.2. Produk Penghimpunan Dana ... 22

2.10.3. Dasar Hukum Ekonomi Syariah ... 27

2.11.Sistem Bagi Hasil Dalam Ekonomi Syariah ... 28

2.12.Sistem Kemitraan Dalam Ekonomi Syariah ... 29

2.13.Kerangka Konseptual ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35


(14)

3.3. Batasan Operasional ... 35

3.4. Defenisi Operasional ... 36

3.5. Skala Pengukuran variabel ... 36

3.6. Populasi dan Sampel ... 37

3.7. Jenis Data ... 38

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.9. Teknik Analisis ... 39

3.9.1. UJi Validitas ... 40

3.9.2. UJi Reabilitas ... 40

3.9.3. Analisa Kolerasi Rank Spearman ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Singkat Kabupaten Mandailing Natal ... 44

4.2. Letak Geografis ... 45

4.3. Keadaan Kependudukan ... 47

4.4. Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Mandailing Natal ... 49

4.4.1. Topografi ... 49

4.4.2. Morfologi Wilayah ... 50

4.4.3. Hidrologi ... 51

4.4.4. Iklim ... 53

4.4.4.1. Musim ... 53

4.4.4.2 Suhu dan Curah Hujan ... 53

4.4.5. Jenis Tanah ... 54

4.5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mandaling Natal ... 55

4.6. Struktur Perekonomian Kabupaten Mandailing Natal ... 57

4.7. Peranan Subsektor Perkebunan ... 58

4.8. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas ... 58

4.8.1. Uji Validitas ... 59

4.8.2. Uji Reliabilitas ... 63

4.9. Karakteristik Responden ... 64

4.10.Distribusi Jawaban Responden ... 67

4.11.Uji Kolerasi Rank Spearman ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

NO. Tabel Judul Hal

2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 19

3.1. Skor Atas Jawaban Kuesioner ... 37

4.1. Perkembangan Jumlah penduduk di wilayah pesisir ... 49

4.2. Uji Validitas Item-Total Statistiks ... 60

4.3. Validitas Instrumen ... 62

4.4. Uji Validitas II Item-Total Statistiks ... 63

4.5. Reliability Statistik ... 64

4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 65

4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 65

4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

4.10. Pendapat Responden terhadap Variabel Bagi Hasil ... 67

4.11. Pendapat Responden terhadap Variabel Kemitraan ... 69

4.12. Pendapat Responden terhadap Perkembangan Petani Sawit ... 70


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

2.1 Skema Kerangka Konseptual... 34

4.1 Peta Kabupaten Mandailing Natal... 47


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa ekonomi syariah cukup berkembang baik pada dataran teoritis maupun praktis. Dari segi teoritis, semakin banyak karya ilmiah yang dilahirkan oleh para sarjana peminat ekonomi syariah. Teori-teori yang dikemukakan hampir meliputi semua aspek yang juga dikaji dalam ekonomi konvensional seperti teori ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, keuangan, perbankan, dan sebagainya. Meskipun telah dibandingkan dengan ekonomi konvensional. (Antonio, 2001).

Perkembangan bank syariah di Negara-negara Islam berpengaruh pada perbankan di Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas mulai diwujudkan di Indonesia sebagai contoh adalah Baitul Tamwil-Salman di Bandung yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga di bentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti dan lain-lain.

Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil Loka Karya Tersebut di bahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel


(18)

Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, di bentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. ( Antonio, 2001:25)

Negara Indonesia terdapat dua jenis bank yang melakukan aktivitas dalam lingkup yang berbeda, yaitu bank konvensional dengan konsep bunga dan bank syariah dengan konsep bebas bunga serta bagi hasil. Bagi bank yang berdasarkan pada prinsip syariah tidak dikenal bunga dalam memberikan jasa simpanan maupun pinjaman. Di bank ini jasa bank yang diberikan disesuaikan dengan hukum Islam. Prinsip pembiayaan syariah yang diterapkan oleh bank syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain

(ijarah wa aqtina) (Kashmir, 2004:25).

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia memperlihatkan perkembangan yang positif dari tahun ke tahun. Secara institusional, jumlah bank syariah di Indonesaia pada tahun 2000 terdiri dari 2 bank umum syariah dan 3 unit usaha syariah dan berkembang menjadi 6 bank umum syariah dan 25 unit usaha syariah pada akhir 2009. Perkembangan dari segi jaringan kantor pelayanan, pada tahun 2000 terdapat 140 kantor, dan bertambah menjadi berjumlah 1223 kantor pelayanan yang tersebar di seluruh Indonesia – yang sudah pasti akan memperluas jangkauan pelayanan bank syariah. Dan juga total asset perbankan syariah yang


(19)

terus bekembang optimis hingga meraih angka Rp 66,090 Triliun pada akhir Desember 2009 yang sebelumnya pada Desember tahun sebelumnya mencatatkan angka Rp 49,555 Triliun atau mencatat kenaikan sebesar 33,36% (www.bi.go.id). Data tersebut menunjukkan bagaimana perkembangan dan kinerja perbankan syariah sudah pada jalur yang seharusnya dan mencapai pertumbuhan yang menggembirakan dalam waktu yang cukup singkat, sehingga diharapkan turut membantu menggerakkan pembangunan ekonomi melalui pembiayaan-pembiayaan kepada masyarakat yang kemudian akan menstimulus munculnya usaha-usaha kecil menengah yang dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian.

Masyarakat muslim khususnya menilai bahwa perbankan syariah sangat tepat digunakan dalam perekonomian masyarakat karena sesuai dengan ajaran syariat islam, yang mengandung unsur ibadah yaitu HablumminAllah (hubungan dengan Allah) dan Hablum minannas (hubungan sesama manusia). Di samping terbukti kebal penyakit negative spread yang diderita banyak bank konvensional pada masa krisis, dan memberdayakan kaum dhu’afa serta membantu mengurangi kemiskinan, bank ini tidak memakai sistem bunga yang merupakan riba yang sangat bertentangan dengan ajaran syariat Islam.

Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara, yang berpenduduk mayoritas memeluk agama Islam, dari data statistik sumatera utara diketahui bahwa jumlah penduduk kabupaten mandailing natal sebanyak 23.000 jiwa jumlah penduduk yang beraga islam adalah 20.000 jiwa yang lainnya beragama keristen, hindu dan budha. ( Statistik Madina 2012).


(20)

Kebanyakan masyarakat Kabupaten Mandailing Natal ini bermata pencarian sebagai petani, pertanian yang banyak digeluti oleh masyarakat adalah bercocok tanam seperti padi, kebun kelapa sawit, kebun karet dan lain-lain. Diketahui bahwa jumlah penduduk yang mempunyai lahan perkebunan sawit di Kabupaten Mandaling Natal sebanyak 1000 keluarga. (Data Kependudukan Madina 2012).

Untuk meningkatkan keberhasilan masyarakat dalam pengelolaan perkebunan dan pertanian sudah barang tentu membutuhkan permodalan yang besar untuk itu sangat dibutuhkan peran serta perbankkan di Kabupaten Madina. Karena jumlah penduduk mayoritasnya adalah memeluk agama islam maka perbankkan yang cocok di Kabupaten Madina adalah perbankkan syariah meskipun tidak tertutup kemungkinan perbankkan konvensional juga dapat berkembang di Kabupaten Madina.

Perkembangan penduduk pertanian di Kabupaten Madina mempengaruhi tingkat perekonomian masyarakat. Oleh karena itu untuk mengetahui peran serta perbankkan dalam pengembangan perekonomian maka perlu dilakukan penelitian khusus atau kajian khusus. Penelitian ini akan diarahkan pada kondisi bagaimana potensi dan prospek pembiayaan syariah bagi petani sawit di Kabupaten Madina.

Potensi pembiayaan syariah di Kabupaten Madina secara analisa atau hipotesa sementara dianggap bahwa potensi pembiayaan syariah dikabupaten madina sangat bagus hal ini disebabkan jumlah penduduk di Kabupaten Madina adalah mayoritas memeluk agama Islam. Karena konsep pembiayaan syariah itu sangat cocok dengan kondisi dan ajaran agama islam. Sesuai dengan tujuan


(21)

pembiayaan syariah yang telah dijelaskan dibagian sebelumnya adalah pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah) berdasarkan asas prinsip bagi hasil (mudharabah). Oleh karena itu maka dianggap bahwa masyarakat islam akan lebih mengutamakan prinsip permodalan syariah dibanding dengan pembiayaan yang punya prinsip bunga. Sehingga dapat diasumsikan bahwa potensi pembiayaan syariah di Kabupaten Madina akan sangat bagus jika dikelola dengan baik dan benar.

Kemudian untuk melengkapi kajian tentang permodalan syariah ini dilakukan juga pengkajian dan penelitian bagaimana sebenarnya prospek yang akan dialami oleh masyarakat dan pengelola permodalan syariah di Kabupaten Madina. Dimana anggapan sementara atau hipotesa dapat diambil atau dikatankan bahwa prospek pembiayaan syariah akan sangat bagus diterapkan di Kabupaten Madina yang mayoritas pemduduknya adalah beragama Islam.

Untuk memfokuskan kajian atau penelitian ini maka akan dianalisa atau diteliti bagaimana potensi dan prospek pembiayaan syariah bagi petani sawit di Kabupaten Madina. Karena luasnya cakupan yang akan dikaji dalam hal permodalan syariah dan keberagaman usaha yang digeluti mayarakat di Kabupaten Madina maka perlu dilakukan pembatasan hanya mengkaji potensi dan prospek pada masyarakat yang menggeluti usaha perkebunan sawit. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa masyarakat yang menggeluti usaha perkebunan sawit di Kabupaten Madina adalah sebanyak 1000 keluarga.

Perlunya dilakukan kajian ini agar dapat diketahui bagaimana potensi dan prospek pembiayaan syariah bagi petani sawit di Kabupaten Madina. Sehingga


(22)

dengan hasil yang diperoleh dapat menjadi bahan acuan atau bahan pertimbangan bagi perbankkan, pemerintah setempat atau pihak sewasta untuk meningkatkan pelayanan pembiayaan syariah di Kabupaten Madina.

Proses yang dilakukan dalam pengkajian potensi dan prospek pembiayaan syariah bagi petani sawit di Kabupaten Madina dilakukan melalui beberapa langkah atau proses yaitu pertama melakukan proses pengumpulan data tentang jumlah petani sawit di Kabupaten Madina, kedua melakukan survei data tentang perbankkan, koperasi atau usaha lain yang melakukan proses pembiayaan syariah. Kemudian juga akan dilakukan survei kepada masyarakat petani sawit dengan cara pembagian kuisioner untuk mengetahui bagaimana masyarakat menggunakan pembiayaan syariah. Setelah melakukan pengumpulan data dan pengkajian maka langkah berikutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan analisa statistik seperti SPSS atau sejenisnya.

Dari hasil pengumpulan data dan survei lapangan akan diolah dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesa yang ada. Apakah hipotesa itu sesuai dengan kondisi dan keadaan sebenarnya, sihingga hipotesa dapat dibuktikan dengan menggunakan metode statistik.

Sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka untuk memfokuskan pembahasan dilakukan melalui penulisan skripsi yang dibuat dengan judul “ Potensi dan Prospek Pembiayaan Syariah Bagi Petani Sawit Di Kabupaten Madina”.


(23)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui bagi hasil terhadap perkembangan kalangan petani sawit di Kabupaten Madina ? 2. Bagaimana potensi dan prospek pembiyaan syariah melalui kemitraan

bagi perkembangan kalangan petani sawit di Kabupaten Madina ?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui bagi hasil terhadap perkembangan kalangan petani sawit di Kabupaten Madina ?

2. Untuk mengetahui bagaimana potensi dan prospek pembiayaan syariah melalui kemitraan bagi perkembangan kalangan petani sawit di Kabupaten Madina ?

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat baik bagi penulis, perkembangan bank syariah di Indonesia, juga bagi peneliti lain. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:


(24)

1. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori dan literatur yang penulis peroleh di bangku perkuliahan, dan mencoba membandingkannya dengan praktek yang ada di lapangan. Dengan demikian akan menambah pemahaman penulis dalam bidang Ekonomi Pembangunan khususnya dibidang Ekonomi Syariah.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk terus meningkatkan kinerja perbankan syraiah dalam menerapkan nilai-nilai Islam dan hubungan dengan nasabah, yang akhirnya berguna bagi tujuan jangka panjang perusahaan.

3. Bagi Pihak Lain

Dapat digunakan sebagai bahan studi atau tambahan literature bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama dimasa yang akan datang, maupun untuk penelitian lanjutan.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hubungan Perbankan dengan Islam

Bank Islam didasarkan pada prinsip hukum Islam. Sistem bank Islam menawarkan fungsi dan jasa yang sama dengan sistem bank konvensional meskipun diikat oleh prinsip-prinsip Islam. Sistem operasi dari bank Islam berdasarkan prinsip pembagian keuntungan dan kerugian. Bank Islam tidak mengenakan bunga untuk dana yang ditawarkan ke konsumen tetapi memperkirakan pertambahan dana yang akan datang yang merupakan hasil dari penggunaan dana tersebut. Di sisi lain, nasabah mendapatkan bagiannya dari keuntungan bank yang berdasarkan rasio yang ditetapkan sebelumnya. Dengan perkembanganan keuangan Islam, bank-bank sekarang memperkenalkan berbagai jenis produk dan jasa yang tanpa riba untuk mengembangkan lingkup bank dan penambahan konsumen.

Agama Islam memandang bahwa semua bentuk kegiatan ekonomi adalah bagian dari muamalah. Sedangkan muamalah termasuk bahagian dari syariah, salah satu dari kedua ajaran Islam yang pokok lain yang tidak dapat dipisah-pisahkan : aqidah dan akhlak. Ekonomi Islam dibangun dan dilaksanakan berdasarkan ruh dan spirit serta menjunjung tinggi nilai-nilai sebagai berikut : (1) aqidah tauhid, (2) keadilan, (3) kebebasan, dan (4) kemashlahatan (akhlak yang terpuji).


(26)

Dalam kaitan ini Alquran telah menyerukan agar setiap muslim melakukan segala aktivitas kehidupannya termasuk dalam bidang ekonomi selalu bertumpu pada aqidah tauhid. Dalam hal ini berarti bahwa pencipta, pemilik dan penguasa segala yang ada hanyalah Allah. Karena itu, manusia sebagai mahkluk ciptaan-Nya dalam melakukan kegiatan ekonomi selalu bertumpu pada keimanan kepada Allah dan bertujuan mencari ridho-Nya. Kegiatan ekonomi yang berlandaskan ‘aqidah tauhid menjamin terwujudnya kemashlahatan dan kebaikan perekonomian untuk masyarakat luas-bukan hanya masyarakat luas atau masyarakat muslim.

Hal ini, karena ekonomi dalam pandangan Islam merupakan sarana dan fasilitas yang dapat membantu pelaksanaan ibadah dengan sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi yang demikian dilaksanakan oleh pelaku-pelaku ekonomi yang selalu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah sehingga selalu berhias dan menjunjung tinggi akhlak yang terpuji, keadilan, bebas dari segala tekanan untuk meraih kebaikan hidup yang diridhai aqidah tauhid dengan akhlak yang terpuji tidak dapat dipisahkan. Peranan aqidah tauhid dan akhlak yang terpuji dalam semua kegiatan setiap manuisia, termasuk didalamnya kegiatan bidang ekonomi adalah sangat penting.

Sasaran utama pendirian bank Islam adalah untuk menyebarkan kemakmuran ekonomi dalam struktur ekonomi dalam struktur Islam dengan mempromosikan dan mengembangkan prinsip Islam dala area bisnis. Point sasarannya adalah sebagai berikut :

1. Menawarkan Jasa Keuangan : aturan dan hukum dari bank Islam dengan cepat menerapkan prinsip Islam untuk transaksi keuangan,


(27)

dimana riba dan gharar diidentifikasi sebagai tidak Islami. Pendorong utamanya adalah kearah keuangan yang berbagai risiko dan fokus pada kegiatan-kegiatan yang halal. Fokusnya adalah menawarkan transaksi perbankan yang melekat pada prinsip syariah dan menolak transaksi bank konvensional yang berdasarkan bunga.

2. Menjaga stabilitas nilai uang : Islam mengakui uang sebagai alat tukar dan bukan sebagai komoditi, di mana harga dapat digunakan, Jadi, sistem tanpa bunga membawa ke stabilitas dalam nilai uang sehingga bisa menjadi alat tukar yang dapat dipercaya dalam unit transaksi. 3. Pengembangan Ekonomi : Bank Islam mengembangkan ekonomi

melalui fasilitas seperti Musyarakah, Mudharabah dan lain lain, dengan prinsip pembagian keuntungan dan kerugian yang khusus. Hal ini membangun relasi yang langsung dan dekat antara hasil atas investasi bank dan keberhasilan operasi dari bisnis oleh pengusaha, dimana akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu negara. 4. Alokasi Sumber daya yang optimum : bank Islam optimis dalam

mengalokasikan sumber dana melalui investasi dari sumber keuangan ke proyek-proyek yang diyakini sangat menguntungkan, diizinkan agama dan memberi keuntungan secara ekonomi

5. Mendistribusikan sumber daya secara seimbang : bank Islam yakin keseimbangan pendistribusian dari pendapatan dan sumber daya diantara pihak-pihak yang mengambil bagian bank, nasabah dan pengusaha dengan pendekatan pembagian keuntungan.


(28)

6. Pendekatan yang optimis : prinsip pembagian keuntungan mendorong bank untuk memilih proyek-proyek dengan keuntungan yang jangka panjang dari pada keuntungan jangka pendek. Hal ini memimpin bank untuk mempelajari terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam suatu proyek yang aman baik bagi bank dan investor. Hasil yang tinggi yang diperoleh kemudian didistribusikan ke shareholder yang memberikan keuntungan sosial dan membawa kemakmuran secara ekonomi( Rivai, 2010).

2.2. Perkembangan Perbankan Islam di Dunia

Pendirian sebuah local saving bank yang beroperasi tanpa bunga di Desa Mit Ghamir di tepi sungai Nil, Mesir, pada tahun 1960-an oleh Dr Abdul Hamid An Naggar, telah menjadi tonggak berdirinnya lembaga perbankan Islam modern pertama di dunia. Meskipun beberapa tahun kemudia tutup, namun bank ini telah mengilhami diadakannya Konferensi Ekonomi Islam pertama yang diadakan di Mekkah pada tahun 1975. sebagai tindak lanjut dari konferensi tersebut, dua tahun kemudian lahirlah (IDB) Islamic Development Bank (Zainul, 2003).

Berdirinya IDB ini mendorong negara-negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah. Sehingga pada akhir periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, lembaga keuangan syariah bermunculan di negara Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, serta Turki. Selain ada negara-negara-negara-negara non muslim yang mendirikan bank Islam, seperti Inggris, Denmark, Bahamas, Swiss, dan Luxemburg. Hinga tercatat sebanyak 28 bank Islam yang tersebar di berbagai


(29)

negara baik negara muslim maupun negara non muslim dari tahun 1973 sampai tahun 1984 (Muhammad, 2004).

2.3. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Berkembangnya bank- bank Islam di negara-negara muslim berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah mulai dilakukan. Akan tetapi prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank syariah baru dilakukan pada tahun 1990. Hasil Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta pada tanggal 22-25 Agustus 1990, berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam Di Indonesia, yang disebut Tim Perbankan. Setahun kemudian, Bank Muamalat Indonesia lahir pada tanggal 1 November 1991 sebagai hasil hasil kerja dari tim Perbankan ini yang sekaligus merupakan awal kelahiran perbankan syariah di Indonesia (Antonio, 2002).

Sejalan dengan kebutuhan tentang perbankan syariah, pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil. Namun perkembangan perbankan syariah mengalami perlambatan yang terlihat dari selama berjalan kurang lebih tujuh tahun dari periode 1992 sampai dengan tahun 1998 hanya terdapat satu bank umum syariah dan 78 bank perkreditan rakyat yang beroperasi. Tahun 1998 pemerintah mengeluarkan UU. No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Setahun kemudian pemerintah kembali mengeluarkan UU. No. 23 tahun 1999


(30)

tentang Bank Indonesia, yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.

2.4. Pengertian Bank

UU RI No. 10 Th. 1998 tentang perbankan yaitu Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

2.5. Pengertian Bank syariah

Bank syariah adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam; adalah (2) bank yang tatacara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinnya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam, yaitu menjauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. (Antonio dan Perwataatmadja, 2002).

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yaitu mengacu pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam Al-Quran dan Hadits. Dengan mengacu kepada Al-Quran dan Hadits, maka diharapkan bank syariah dapat menghindari praktek-prektek yang mengandung unsur-unsur riba


(31)

dan melakukan usaha dengan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. (Mudrajad kuncoro dan Suharjono, 2002).

Bank syariah adalah (1) bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga; adalah (2) lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadits Nabi SAW; adalah (3) lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. (Muhammad, 2004).

2.6. Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya

Perkembangan bank syari’ah bergantung pada kredibilitas dan profesionalitasnya bukan karena faktor dana dalam jumlah besar dari hasil produksinya sendiri. Kredibiltas dan profesionalitas memungkinkan sebuah lembaga keuangan dapat memelihara kepercayaan nasabah bahkan masyarakat luas serta dapat beroperasi dengan efisiensi. Efisiensi memungkinkan lembaga keuangan untuk bertahan dan berkembang. Lembaga keuangan yang tidak kredibel atau tidak profesional niscaya tidak akan bisa survive apalagi untuk berkembang. Bank Syari’ah akan dapat berkembang jika melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut (Muhammad, 2002:10) :

1. Mendukung strategi pengembangan ekonomi regional. 2. Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau.

3. Memfasilitasi distribusi utilitas barang modal untuk kegiatan produksi melalui skema Sewa-menyewa ( Ijarah ).


(32)

4. Mampu mengelola persepsi masyarakat pada umumnya atau masyarakat pengelola Bank Syari’ah itu sendiri secara baik.

2.7. Peranan Bank Syari’ah

Fungsi dan peran bank syari’ah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan Standar Akutansi yang dikeluarkan oleh Accounting And Auditing

Organization For Islamic Financial Institution (AAOIFI) sebagai berikut

(Sudarsono, 2004:39) :

1. Manajer investasi bank syari’ah dapat mengelola investasi dana nasabah.

2. Investor bank syari’ah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3. Penyedia jasa, lalu lintas keuangan dan lalu lintas pembayaran bank syari’ah dapat melakukan kegiatan pelayanan jasa perbankan sebagaimana lazimnya.

4. Pelaksanaan kegiatan sosial sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syari’ah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasi dan mendistribusikan) Zakat serta dana-dana sosial lainnya.

Donnely Jr, sebagaimana dikutip Ratih Huriyati, menjelaskan bahwa terdapat enam karakteristik pemasaran jasa perbankan yang mempengaruhi distribusinya, yaitu sebagai berikut (Ibid., : 43-44):


(33)

1. Intangibility (Tidak berwujud): Bisnis perbankan berkaitan dengan unsur kepercayaan, pada hakekatnya nasabah menaruh kepercayaan kepada bank dalam hal pengelolaan investasi keuangannya. Hal tersebut sulit untuk dilihat seperti halnya pemasaran barang sehingga mempengaruhi kebijakan promosi jasa perbankan.

2. Inseparability (Ketergantungan): Jasa perbankan tidak dapat

dipisahkan dari individu penjualnya karena jasa tersebut dibuat dan disalurkan langsung pada saat yang sama.

3. Perishability (Tidak tahan lama): Jasa merupakan suatu hal yang tidak dapat disimpan, dijual atau dikembalikan, dan mudah usang, sehingga terjadi permasalahan jika permintaan akan jasa tersebut berfluktuasi.

4. High Individualized Marketing System: Pemasar yang baik akan

menggunakan suatu sistem pemasaran yang dapat dimanfaatkan, khusus dan cocok dengan jenis produk yang akan dipasarkan.

5. Lack Of Need For Logistic Function: Bank memasarkan produk yang

tidak berwujud maka penghapusan atau pengurangan fungsi marketing tertentu sangat dimungkinkan, hal ini dapat terlihat dari sisi logistik dimana para pemasar jasa bank tidak memerlukan perhatian khusus pada tempat penyimpanan, transportasi, dan inventori control.

6. Client Relationship: Transaksi perbankan memungkinkan hubungan

antara penjual dan pembeli sangat erat, dan bukan sekedar hubungan langganan biasa saja akan tetapi lebih erat lagi sehingga merupakan “ClientRelationship”.


(34)

2.8. Karakteristik Dasar Bank Syari’ah

Karakteristik dasar bank syari’ah selain adanya akad dalam transaksi dengan nasabahnya adalah menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam operasionalnya dengan instrumen bagi hasil (profit sharing) dan berdasarkan prinsip-prinsip syari’at Islam, sedangkan perbankan konvensional tidak ada akad pada transaksi dan menggunakan instrumen bunga dalam kegiatan operasionalnya. Istilah bunga merupakan terjemahan dari interest yang berarti tanggungan kepada pihak peminjam uang yang biasanya dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasi untuk penggunaan modal (Muhammad, 1999:146-147), sedangkan mengenai istilah riba secara formal adalah suatu keuntungan moneter tanpa ada nilai imbangan yang ditetapkan untuk salah satu pihak (dari dua pihak) yang mengadakan transaksi dalam pertukaran dua nilai moneter (Latifa, 2001:56).

Dalam hal mendapatkan keuntungan perbankan konvensional dan perbankan syariah mempunyai perbedaan. Bank syariah berprinsip bagi hasil serta margin jual beli yang disertai akad dalam mendapatkan keuntungan sedangkan bank konvensional dari bunga pinjaman yang melebihi bunga tabungan, sehingga tampak jelas perbedaan prinsip yang dianut antara bank syariah dan konvensional, untuk lebih jelasnya perbedaan dari keduanya disajikan dalam tabel berikut :


(35)

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvensional

Bank Konvensional Bank Syariah

1. Investasi halal dan haram 1. Melakukan investasi yang halal saja 2. Memakai perangkat bunga 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli

atau sewa

3. Profit oriented 3. Profit dan falah oriented

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor – kreditor

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

5. Tidak terdapat dewan sejenis 5.Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa dewan pengawas syariah

Sumber Antonio, 2001 : 34

2.9. Prinsip Operasional Bank Syari’ah

Bank syari’ah sebagai lembaga perantara keuangan juga harus melaksanakan mekanisme penghimpunan dan penyaluran dana secara seimbang, yaitu harus sesuai dengan ketentuan perbankan yang berlaku, oleh karena itu diperlukan kejelasan mengenai sistem operasional bank syari’ah. Berdasarkan surat keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999, ada beberapa prinsip dari produk-produk bank syari’ah yang sudah ditawarkan kepada masyarakat (Direktorat Perbankan Syari’ah, 2004:1-4) :

1. Bank syari’ah sebagai lembaga penghimpun dana dari pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan dikelola sesuai dengan prinsip syari’ah, yang dimaksud dana adalah dana dari pihak pertama (pemodal dan pemegang saham), dana dari pihak kedua (pinjaman dari bank dan bukan bank, serta dari Bank Indonesia), dan dana dari pihak ketiga /nasabah.


(36)

2. Bank syari’ah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan berupa pembiayaan. Secara umum pembiayaan yang diberikan oleh bank syari’ah meliputi tiga kerangka yaitu pembiayaan Ijarah (Jual Beli), pembiayaan Syirkah (kerjasama atau kongsi) dan pembiayaan

Al-Qardhul Hasan (kebajikan).

2.10.Produk-Produk Bank Syari’ah

Bank syari’ah memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas bank syari’ah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen bank untuk melaksanakan perannya. Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, bank syari’ah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Secara umum piranti-piranti yang digunakan bank syari’ah, yaitu Produk Penyaluran dana (Financing) dan Produk Penghimpunan dana (Funding) (Sudarsono, 2003:56)

2.10.1.Produk Penyaluran Dana

Penyaluran dana dari masyarakat oleh bank syari’ah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :


(37)

1. Prinsip Al-Wadi’ah Untuk Simpanan Lancar

Al-Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan dan amanat dari pihak lain dimana pihak yang menerima amanat diwajibkan untuk menjaga dengan baik barang tersebut karena dapat diambil oleh pemiliknya setiap waktu yang dikehendakinya. Landasan hukum dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak

menerimanya” (QS. An-Nisaa : 58). Hukum menitipkan dan

menerima titipan adalah Jaiz (Syabiq, 2006:235), orang yang merasa sanggup menerima amanat tersebut lebih baik menerimanya. Menurut Ar-Rafi’i orang yang merasa sanggup hendaknya menerima dengan syarat: tidak memberatkan pada dirinya sendiri dan tidak memungut biaya pemeliharaannya (Abdul Fatah, 1994:179). Aplikasi dalam dunia perbankan biasanya diterapkan untuk penghimpunan dana seperti Giro (Current Account) dan Tabungan Berjangka (Saving Account) (Arifin, :24). 2. Prinsip Al-Mudharabah Untuk Simpanan Yang Diinvestasikan

Al-Mudharabah sebenarnya merupakan suatu bentuk penyertaan

yang berakar dari Al-Musyarakah. Al-Musyarakah sendiri adalah suatu bentuk perkongsian antara dua belah pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan porsi penyertaannya masing-masing.


(38)

Berbeda dengan Al-Musyarakah pada Al-Mudharabah ada pihak yang menyediakan dana saja (Shahibul ‘mal) dan ada pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan usaha saja (Mudharib). Keuntungan dibagikan sesuai dengan rasio laba yang telah disepakati bersama sebelumnya dan manakala rugi Shahibul Mal

akan kehilangan sebagian dari modalnya, sedang mudharib akan kehilangan imbalan dari kerja keras dan manajerial skill yang disumbangkannya (Shiddieqy, 1970:426). Aplikasi dalam dunia perbankan mudarabah biasanya diterapkan dalam sisi penghimpunan dana seperti tabungan dan deposito berjangka. Sedangkan pada sisi pembiayaan digunakan pada produk-produk pembiayaan modal kerja pada bidang jasa dan perdagangan.

2.10.2.Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana kepada masyarakat oleh bank syari’ah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Al-Mudharabah

Perjanjian usaha antara pemilik modal (bank syari’ah) dan pengusaha di mana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha, misalnya kendaraan dan rumah. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqy qiradh atau mudarabah adalah seseorang memberikan modal kepada orang lain untuk diperniagakan dan dipersekutui untung atau laba diharuskan. Hukum tersebut disepakati oleh para


(39)

Mudjtahidin, begitu juga Imam Malik, Ahmad dan Abu Hanifah. Namun menurut para Mudjtahidin Qiradh dengan mata uang (bukan mata uang perak) adalah tidak sah. Sedangkan Asyhab dan Abu Yusuf membolehkan, jika mata uang tersebut laku (Ibid, : 5). Pada dasarnya Mudharabah dapat dikategorikan sebagai salah satu

Musyarakah, namun para Cendekiawan fiqh Islam menempatkan

Mudarabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan

hukum tersendiri (Perwataatmaja dan Antonio, 1992:19). Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Surat Al-Muzzammil ayat 20: “ Orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Muzzammil: 20).

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa mudarib adalah enterpreneur atau sebagian dari orang-orang yang melakukan perjalanan untuk mencari karunia Allah dari keuntungan investasinya. Aplikasinya dalam dunia perbankan mudarabah


(40)

biasanya diterapkan dalam sisi penghimpunan dana seperti tabungan dan deposito berjangka. Sedangkan pada sisi pembiayaan digunakan pada produk-produk pembiayaan modal kerja pada bidang jasa dan perdagangan.

2. Al-Musyarakah

Suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek tertentu, dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing-masing, contohnya modal kerja misalnya, perusahaan C bekerja sama dengan A untuk menjual produknya. Dalam kesepakatan, perusahaan C menyediakan barang, sedang A menanggung biaya transportasi pemasaran (sesuai dengan kesepakatan).

Syirkah berarti ikhtilath atau percampuran, menurut imam

Hanafi syirkah berarti akad antara orang Arab yang berserikat dalam hal modal/keuntungan (Sabiq, 2006:294). Definisi lain mengenai syirkah adalah perjanjian antara pihak-pihak yang menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai dengan nisbah yang disepakati (Arifin, 2000: 24). Landasan mengenai Musyarakah

terdapat dalam surat Ash-Shaad ayat 24: " Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta Kambingmu itu untuk ditambahkan kepada Kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan


(41)

dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini." Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat ”.

3. Al-Murabahah

Murabahah adalah pembelian barang dengan pembayaran

ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Sedangkan pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan Produksi (Inventory).

Landasan Syari’ah mengenai Murabahah terdapat dalam Surat An-Nisa’ 29: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu “.

Selanjutnya aplikasi dalam dunia perbankan biasanya diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui Letter of Credit


(42)

4. Salam

Secara etimologis, Salam berarti Salaf (pendahuluan). Sedangkan

Ba’i As-Salam adalah akad jual beli suatu barang, di mana harga dibayar segera dan barangnya diserahkan kemudian, sesuai dengan jangka waktu yang disepakati (Syabiq, 2006:171). Aplikasi dalam dunia perbankan sering digunakan pada pembayaran para petani jangka pendek dan pada pembiayaan barang-barang industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi). Adapun harga yang dibayarkan bukan berupa utang, melainkan dalam bentuk tunai dan segera dibayarkan, karena bank tidak bermaksud melakukan Salam

untuk memperoleh barang melainkan menjual barang tersebut untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu, transaksi dalam bentuk

Salam yang dilakukan oleh bank, selalu diikuti dengan transaksi

penjualan kepada pihak atau nasabah lain. 5. Al-Ijarah ( Jasa-jasa )

Menurut Martono (2002:99) Ijarah merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan pemilikan. Sedangkan menurut Terminologi Syara’ Ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian (Misalnya Ijarah sama dengan Transaksi Jual Beli, hanya saja yang menjadi objek dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja diperjanjian bahwa barang yang


(43)

diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan antara pemilik barang. Selanjutnya, hikmah di Syari’atkannya Ijarah

karena semua manusia membutuhkannya bagi kelangsungan hidup mereka (Sabiq, 2006: 200). Jika terdapat kesepakatan pemilikan barang pada akhir masa sewa disebut Ijarah Mumtahiya Bittamilk

(Financial Lease With Purchase Option). Aplikasi dalam Dunia

Perbankan adalah Leasing, baik dilakukan dalam bentuk Operating Lease maupun Financial Lease.

2.10.3.Dasar Hukum Ekonomi Syariah

Sebuah ilmu pengetahuan tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai sebuah bagian dari konsep pengetahuan, demikian pula dengan ekonomi syariah. Ada beberapa dasar hukum yang menjadi landasan pemikiran dan penentuan konsep ekonomi syariah. Beberapa dasar hukum ekonomi syariah tersebut diantaranya adalah :

1. Al-qur,an merupakan amanah sesungguhnya yang disampaikan secara lanngsung oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW untuk membimbing ummat manusia, dan al-qur,an merupakan sumber hukum Islam yang abadi dan merupakan kitab suci ummat Islami yang berasal dari Allah.

2. Hadits adalah sebuah perkataan, perbuatan dan perilaku nabi Muhammad yang tidak wajib dilakukan ummat manusia, namun apabila mengerjakan apa yang di lakukan nabi Muhammad, maka manusia akan mendapatkan pahala.


(44)

3. Ijma adalah sumber hukum ke tiga merupakan pendapat / fatwa baik yang telah disepakati bersama oleh masyarakat maupun cendikiawan agama. dengan berdasar pada al-qur,an sebagai sumber hukum utama.

4. Ijtihad dan qiyas merupakan kebiasaan dari para pemuka agama untuk memecahkan masalah yang muncul dalam masyarakat, dimana masalah tersebut tidak dijelaskan secara rinci dalam hukum Islam. Dengan merujuk beberapa ketentuan yang ada, maka ijtihad berperan untuk membuat sebuah hukum yang bersifat aplikatif dengan dasar al-qur,an dann hadits. (Rianto dan Amalia, 2010 : 40)

2.11.Sistem Bagi Hasil Dalam Ekonomi Syariah

Istilah bagi hasil sebenarnya bukan hal baru dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. System bagi hasil sudah di kenal sejak dahulu melalui bagi hasil pertanian yang dilakukan oleh penggarap dan pemilik lahan. Bagi hasil sendiri menurut terminologi asing (Inggris) di kenal dengan profit sharing. Profit sharing

menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost).

Bagi hasil dapat berbentuk suatu bonus uang tahunan yang didasarkan pada laba yang di peroleh pada tahun tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk


(45)

pembayaran mingguan atau bulanan. Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada ekonomi syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi atas kesepakatan bersama sejak awal perjanjain antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan modal dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Bentuk bentuk pembagian laba yang tidak langsung mencakup alokasi saham-saham (penyertaan) perusahaan pada para pelaku usaha dibayar melalui laba perusahaan dan memberikan pilihan pada para pelaku usaha untuk membeli saham perusahaan sampai pada jumlah tertentu dimasa yang akan datang pada tingkat harga sekarang, sehingga memungkinkan para pelaku usaha memperoleh keuntungan baik dari pembagian keuntungan maupun setiap pertumbuhan dalam nilai saham yang dihasilkan dari peningkatan dalam kemampuan perusahaan memperoleh laba. Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan dalam kegiatan usaha tadi harus melakukan trasnparansi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan usaha.

2.12.Sistem Kemitraan Dalam Ekonomi Syariah

Islam memiliki system ekonomi yang berbeda dengan system system ekonomi yang sedang tengah berjalan. Ia memiliki akar dalam syari’at yang


(46)

membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran sasaran dan maqashid asy-syari’ah (strategi) yang bebrbeda dari system sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran yang di kehendaki islam secara mendasar bukanlah material. Merreka di dasarkan atas konsep konsep islam sendiri tentang falah (kebahagiaan manusia) dan kehidupan yang baik yang sangat menekankan aspek ukhuwah

(persaudaraan), keadilan sosioekonomi, dan pemenuhan kebutuhan kebutuhan spiritual manusia.

Untuk mewujudkan kesejahtraan bagi seluruh masyarakat, di butuhkan sebuah bentuk kemitraan yang di artikan sebagai kerjasama pihak yang mempunyai modal dengan pihak yang mempunyai keahlian atau peluang usaha dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Esensi kemitraan atau perkongsian jika di tinjau dari sudut pandang tujuan perlindungan usaha adalah agar kesempatan usaha yang ada dapat di manfaatkan pula oleh yang tidak mempunyai modal tetapi punya keahlian untuk memupuk jiwa wirausaha, bersama sama dengan pengusaha yang telah diakaui keberadaannya. Pada dasarnya kemitraan secara alamiah akan mencapai tujuannya jika kaidah saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dapat di pertahankan dan di jadikan komitmen dasar yang kuat di antara para pelaku kemitraan.

Implementasi kemitraan yang berhasil harus bertumpu kepada persaingan sehat dan mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan dalam persekutuan untuk menhindari persaingan. Pola yang dijalankan dalam konsep kemitraan harus dilandasi denngan prinsip prinsippartisipatif (saling berperan


(47)

aktif) dan kolaboratif (saling bekerjasama bergabung menjadi satu) yang melibatkan seluruh pihak yang bersangkutan dalam kemitraan yang dijalankan. Disamping itu juga harus memiliki system manajemen yang bagus.

Islam tidak menolak setiap kerjasama yang memungkinkan terbentuknya organisasi bisnis yang menguntungkan. Sesungguhnya salah satu tujuan dasar islam adalah menggunakan semua sumber dan kekuatan Negara dalam memproduksi kekayaan serta untuk mengkordinasikan persediaan tenaga kerja dan modal yang dapat di gunakan dalam kepentingan masyarakt. Semua bentuk organisasi bisnis seperti perkebunan, perdagangan, pendidikan, transportasi, pembangunan, dan masih banyak lagi dibentuk kaum muslimin untuk melangsungkan perekonomian. Organisasi bisnis dapat di bentuk berdasarkan prinsip prinsip yang sama untuk pembangunan ekonomi kita dan untuk memenuhi tuntutan zaman modern pada saat ini.

Kerjasama untuk saling memperoleh keuntungan, apabila sesuai dengan etika bisnis dalam islam, maka hal tersebut dibilehkan, bahkan dianjurkan. Keterlibatan muslim di dunia bisnis telah berlangsung empat belas abad yang lalu. Semua bentuk organisasi bisnis yang di dalamnya dua orang atau lebih bekerjasama dalam hal dana, kewiraswastaan, keterampilan, dan niat baik untuk menjalankan suatu usaha oleh para fuqaha dikategorikan dalam bentuk oranisasi mudarabah ataupun syirkah. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada apakah semua partner dalam kerjasama itu memberikan konstribusi terhadap manajemen dan keuangan atukah hanya salah satu diantaranya. Dalam literatur fiqih, mudharabah dan syirkah sama sama dilihat sebagai perjanjian atas dasar


(48)

uqud al-amanah (saling percaya), ketulusan dan kejujuran mempunyai peran sentral dalam terlaksananya kerjasama ini. Perintah kerja harus benar benar dapat dipercaya agar dapat saling menguntungkan dan setiap upaya untuk melakukan kecrangan dan pembagian pendapatan yang tidak jujur harus didasari sebagai pelanggaran atas ajaran ajaran islam.

Upah merupakan sejumlah uang yang dibayarkan berdasarkan atas perjanjian atau kontrak oleh seorang majikan pada seorang pekerja karena jasa yang telah ia berikan. Dalam praktek pembagian atau pemberian upah ini memamng kadang kadang terjadi adanya manipilasi. Hal inilah yang tidak dibenarkan oleh islam, sebab bertentangan dengan nilai kejujuran dalam islam.

Islam tidak menghalang halangi kerjasama capital dan pengetahuan, atau antara uang dan pekerjaan, sebagaimana dibenarkannya oleh fiqih islam, tetapi kerjasama ini harus dilandasi dengan suatu perencanaan yang baik. Kalau sipemilik uang telah merelakan uangnya itu untuk syirkah dengan orang lain, maka dia harus berani menanggung segala resiko karena syirkahnya itu. Dalam sebuah system perekonomian dengan perbedaan perbedaan kekayaan yang begitu substansial, dan pemberian pinjaman modal yang menginginkan keuntungan tanpa terlibat resiko bisnis, adalah irrasional untuk dapat memberikan pinjaman kepada orang miskin sama banyaknya seperti halnya yang diberikan kepda orang orang kaya, atau mengulurkan pinjaman sama banyaknya karena persyaratan yang sama bagi keduanya, seperti tingkat bagi hasil yang sama atau bahkan lebih tinggi kepada pengusaha kecil dariipada yang dikenakan kepada pengusaha besar, dan keharusan memiliki kolateral (jaminan) dengan nilai yang lbih tinggi dari


(49)

pinjaman modal dengan mengabaikan kenyataan apakah mereka akan menghasilkan keuntungan di atas rata rata dari investasi modal mereka. Hal ini merupakan sesuatu yang buruk bagi masyarakat karena akan mengakibatkan pemihakan kepada satu kelas social tertentu saja, dan menimmbulkan kegagalan masyarakat dalam memanfaatkan bakat wirausahanya secara maksimal.

2.13.Kerangka Konseptual

Bank syariah merupakan salah satu bentuk bisnis yang bergerak dengan standar operasional atas dasar nilai-nilai Islam. Perusahaan perbankan akan dapat bertahan dengan mendapatkan keuntungan, dalam pembahasan potensi dan prospek pembiayaan syariah bagi petani sawit tidak lepas dari penerapan bagi hasil dan kemitraan. Adapun yang menjadi variabel variabel dari potensi dan prospek pembiayan syariah bagi petani sawit adalah seperti bagi hasil dan kemitraan. Dengan penerapan sistem bagi hasil dan kemitraan diharapkan terjadinya peningkatan atau pengembangan taerhadap petani sawit. Untuk lebih jelas dikemukakan skema kerangka konseptual seperti dibawah ini :


(50)

Keteranga

X1 = Bagi

X2 = Kem

2.14.Hipo Hi dalam per benaranny Berdasark telah dike sebagai be 1. 2. Potensi Prospe Pembiay Syariah an : i Hasil mitraan otesis ipotesis ada rumusan m ya dengan kan latar bel emukakan s

erikut : Terdapat p bagi teha Natal. Terdapat p terhadap dan ek yaan h (X) Ske alah merupa masalah yan

alat uji m lakang masa sebelumnya potensi dan adap perkem potensi dan perkembang Gam ema Keran akan jawaba ng harus d melalui pen

alah, perum a, maka pen

n prospek p mbangan p

n prospek p gan petani s

Ke a

mbar 2.1. ngka Konse

an sementar dibuktikan k

ngumpulan musan masal nulis merum embiayaan petani sawit embiayaan sawit di Kab

Bagi Hasil (X1) emitra an (X2) eptual.

ra dari perta kebenarann

dan peng ah, dan kera muskan hip

syariah me t di Kabupa

syariah me bupaten Ma

anyaan yan nya atau ke

ganalisisan angka pikir potesis pene elaului bagi aten Manda elaului kemi andailing N per ga Sa ng ada etidak data. r yang elitian hasil ailing itraan atal. rkemban an Petani awit (Y)


(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang angka-angka yang dapat diukur dan dihitung. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

3.2. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini di lakukan di Kabupaten Mandailing Natal yang menyangkut potensi dan prospek pembiayaan syariah untuk pengembangan petani sawit.

3.3. Batasan Operasional

Penelitian ini terdapat batasan-batasan terhadap ruang lingkup penelitiannya. Batasan operasional yang ditetapkan peneliti hanya membahas tentang variabel yang berpengaruh pada pengembangan petani sawit antara lain melalui bagi hasi dan kemitraan. Batasan obyek pada penelitian ini berfokus hanya pada para petani sawit yang melakukan kerjasama dengan Bank syariah.


(52)

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variable yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati. Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi :

1. Bagi hasil merupakan sebagai pembagian antara untung dan rugi atas kesepakatan bersama sejak awal perjanjain antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan modal dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan.

2. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama pihak yang mempunyai modal dengan pihak yang mempunyai keahlian atau peluang usaha dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan dari responden mengenai obyek penelitian dengan bobot nilai satu sampai dengan lima, dengan ketentuan sebagai berikut : skor 1 untuk nilai sangat tidak setuju, skor 2 untuk nilai tidak setuju, skor 3 untuk nilai raguragu, skor 4 untuk nilai setuju, skor 5 untuk nilai sangat setuju. Untuk itu, dibuat tabel interval class sebagaimana dibawah ini yang bertujuan untuk menghitung nilai atau skor jawaban yang diisi oleh responden.


(53)

Tabel 3.1

Skor Atas Jawaban Kuesioner

(Sumber: Sugiyono, 2008;133)

Setelah di lakukan tabulasi, maka data siap untuk diolah dengan uji kualitas data melalui uji validitas dan reliabilitas agar diketahui valid tidaknya instrumen ukur dengan yang diukur serta reliabel tidaknya instrumen ukur bila digunakan dimasa yang akan datang.

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal, atau orang yang memilki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat semesta penelitian (Ferdinand, 2006 : 223). Populasi dalam penelitian ini adalah orang-orang yang merupakan petani sawit yang menggunakan jasa pembiayaan syariah di Kabupaten Mandailing Natal . Populasi ini bersifat heterogen yang dapat dilihat dari beragamnya usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Penentuan Sampel dilakukan dengan pengambilan sampel non probabilitas. Teknik non probabilitas yang digunakan adalah sampel aksidental. Sampel aksidental didefinisikan sebagai pencarian sejumlah unsur dengan memilih unsur yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur tersebut tidak memiliki suatu

Jenis Jawaban Skor

Sangat setuju 5

Setuju 4 Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2


(54)

karakteristik tertentu (Black, 1992). Masih menurut Black (1992), pengambilan sampel dengan menggunakan teknik ini benar-benar dipandu hanya berdasarkan kemudahan dan faktor biaya.

Kerugian utama dengan menggunakan metode penarikan sampel ini adalah temuan yang didapat tidak dapat digenerilisasikan. Mengingat jumlah populasi petani sawit yang menggunakan jasa pembiayaan Syariah untuk wilayah kabupaten Mandailing Natal cukup banyak, dalam penelitian ini tidak perlu mengidentifikasi semua individu karena memakan banyak waktu, tenaga dan biaya yang besar.

Sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini tidak seluruh anggota populasi diambil, melainkan hanya sebagian dari populasi. Mengingat jumlah sampel cukup banyak, maka peneliti mengambil acuan dari teknik non probabilitas Black. Dengan demikian, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini penulis tentukan sebanyak 50 petani sawit yang mneggunakan jasa pembiayaan Syariah sebagai responden dianggap telah memenuhi syarat.

3.7. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan (questioner) kepada para petani kelapa sawit dikabupaten madina.


(55)

2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari pihak atau instansi yang terkait dengan penelitian ini, dalam hal ini adalah Bank Syariah Kota Panyabungan. Selain itu, informasi data juga diperoleh melalui buku – buku referensi, media internet serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung, data diperoleh dari jawaban yang diberikan responden. Kemudian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kuesioner dalam angket tertutup dibuat dengan skala konvensional, dimana responden dapat memberikan nilai di antara 1-5. Sangat tidak setuju di asumsikan dengan nilai paling rendah yaitu (1) sedangkan untuk sangat setuju diberi nilai (5).

3.9. Teknik analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitin ini adalah analisis kuantitatif yang merupakan metode analisis dengan angka-angka yang dapat dihitung maupun diukur. Analisis kuantitatif ini dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan satu atau beberapa kejadian lainnya dengan menggunakan alat analisis statistik. Pengolahan data dengan analisis kuantitatif melalui beberapa tahap.


(56)

3.9.1.Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya satu kuesioner (Ghozali, 2001). Satu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan sesuatau yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai rhitung pada tabel Correlations pada total nilai Pearson Correlation untuk tiap indicator variabel dengan nilai

tabel r dengan ketentuan untuk degree of freedom (df) = n-k, dimana n adalah jumlah sampel yang digunakan dan k adalah jumlah variable independennya (Ghozali, 2001). Dengan jumlah sampel (n) adalah dan tingkat signifikansi 0,05 maka tabel r pada penelitian ini adalah : r (0,05;50-3)=47. Bila : hitung r > tabel r , berarti pernyataan tersebut dinyatakan valid demikian juga sebaliknya bila hitung r tabel r , berarti pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.

3.9.2.Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variable penelitian. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika masing-masing pertanyaan dijawab responden secara konsisten atau stabil, dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan. Suatu kuesioner dikatakan handal jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600 (Ghozali, 2001). Hasil uji reliabilitas untuk 2 variabel, yaitu: bagi hasil dan kemitraan lebih besar dari 0,60 maka dapat disimpulkan, hasil pengujian kuesioner penelitian adalah reliabel.


(57)

3.9.3.Analisa Korelasi Rank Spearman

Metode analisa ini digunakan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel, jika ada hubungan maka berapa besar pengaruhnya. Menurut Sugiyono (2008:356) menjabarkan Korelasi Rank Spearman sebagai berikut: “Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama”. Adapun rumus Korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

1

6 1

2 2  

n n

d

rs i

Dimana :

rs = koefisien korelasi Spearman Σ = notasi jumlah

di = perbedaan rangking antara pasangan data n = banyaknya pasangan data Besarnya koefisien Korelasi Spearman ( rs ) bervariasi yang memiliki batasan batasan antara – 1 < r < 1, interprestasikan dan nilai koefisien korelasinya adalah :

1. jika nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu makin besar nilai variabel X (independent) maka besar pula nilai variabel Y (dependent), atau makin kecil nilai variabel X (independent) maka makin kecil pula nilai variabel Y (dependent). 2. jika nilai r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif,


(58)

nilai variabel Y (dependent), atau makin besar nilai variabel X (independent) maka makin kecil pula nilai variabel Y (dependent). 3. Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara

variabel X (independent) dengan variabel Y (dependent).

4. Jika nilai r = 1 atau r = - 1, artinya telah terjadi hubungan linier sempurna berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah ke angka 0 maka garis makin tidak lurus.

Namun untuk dapat memudahkan pengolahan korelasinya penulis menggunakan software SPSS 19.0 for Windows. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap besar atau kecil pengaruh koefisien korelasi yang ditemukan.

Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah.

Pengukuran ini hubungan antara dua variabel untuk masing-masing kasus akan menghasilkan keputusan, diantaranya:

1. Hubungan kedua variabel tidak ada 2. Hubungan kedua variabel lemah 3. Hubungan kedua variabel cukup kuat


(59)

4. Hubungan kedua variabel kuat 5. Hubungan kedua variabel sangat kuat

Penentuan tersebut didasarkan pada kriteria yang menyebutkan jika hubungan mendekati 1, maka hubungan semakin kuat; sebaliknya jika hubungan mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.


(60)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Kabupaten Mandailing Natal

Sebelum Mandailing Natal menjadi sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan undang-undang Nomor 12 tahun 1998, secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 Maret 1999.

Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998, Kabupaten Mandailing Natal, yang dikenal dengan sebutan MADINA, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 273 desa. kemudian Pada tanggal 29 Juli 2003, Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Perda No. 7 tentang pembentukan kecamatan dan Perda No. 8 tentang pemekaran desa di Kabupaten Mandailing Natal. Dengan dikeluarkannya Perda No. 7 dan 8 tersebut maka Kabupaten Mandailing Natal memiliki 17 Kecamatan yang terdiri dari 322 desa dan 7 kelurahan. Pada tanggal 7 Desember 2007 pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Perda No. 45 Tahun 2007 dan No. 46 Tahun 2007 tentang pemecahan desa dan pembentukan Kecamatan Naga Juang di Kabupaten Mandailing Natal. Pembentukan Kecamatan Naga Juang yang mencakup Desa Tambiski, Tarutung Panjang, Humbang I, Sayur Matua, Banua Rakyat, Banua Simanosor, dan Tambiski Nauli menambah jumlah kecamatan dan desa di Kabupaten Mandailing Natal menjadi 23 kecamatan, 32 kelurahan, dan 353 desa dan 10 Unit Pemukiman Transmigrasi.


(1)

LAMPIRAN

FREQENCY TABLE Y

Statistics

y1.1 y1.2 y1.3 y1.4 y1.5

Perkembangan Petani Sawit

N Valid 50 50 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0 0 0

Y1.1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 4 8.0 8.0 8.0

3.00 13 26.0 26.0 34.0

4.00 33 66.0 66.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

y1.2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 6 12.0 12.0 12.0

3.00 20 40.0 40.0 52.0

4.00 23 46.0 46.0 98.0

5.00 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

y1.3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 2 4.0 4.0 4.0

3.00 16 32.0 32.0 36.0


(2)

y1.4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 3.00 19 38.0 38.0 38.0

4.00 30 60.0 60.0 98.0

5.00 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

y1.5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 2 4.0 4.0 4.0

3.00 11 22.0 22.0 26.0

4.00 36 72.0 72.0 98.0

5.00 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

LAMPIRAN

SCALE: ALL VARIABLE

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0 Excludeda 0 .0

Total 50 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items


(3)

LAMPIRAN

ITEM-TOTAL STATISTICS

Item Statistics

Mean Std. Deviation N VAR00001 17,5800 2,24145 50 VAR00002 17,1200 1,81423 50 VAR00003 17,4000 2,08003 50

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 34,5200 13,112 ,762 ,838

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR00001 54,3667 24,792 ,655 ,879 VAR00002 54,2000 26,855 ,626 ,853 VAR00003 54,1667 26,075 ,434 ,862 VAR00004 54,3333 26,644 ,410 ,862 VAR00005 54,2667 24,064 ,507 ,860 VAR00006 54,1667 25,109 ,602 ,876 VAR00007 54,3667 24,999 ,730 ,848 VAR00008 54,4333 24,599 ,548 ,857 VAR00009 54,1667 24,144 ,556 ,857 VAR00010 54,3000 23,459 ,664 ,852 VAR00011 54,1333 25,292 ,794 ,846 VAR00012 54,3667 25,620 ,806 ,844 VAR00013 54,3667 24,792 ,619 ,854 VAR00014 54,4333 25,289 ,495 ,859 VAR00015 54,7667 25,530 ,668 ,852


(4)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 52,1000 30,500 5,52268 3

Correlations

VAR00001 VAR00002 VAR00003

Spearman's rho

VAR00001

Correlation Coefficient 1,000 ,720** ,754** Sig. (2-tailed) . ,000 ,000

N 50 50 50

VAR00002

Correlation Coefficient ,720** 1,000 ,652** Sig. (2-tailed) ,000 . ,000

N 50 50 50

VAR00003

Correlation Coefficient ,754** ,652** 1,000 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 .

N 50 50 50


(5)

LAMPIRAN 2

DATA RESPONDEN

NO. RE

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y

1

4 4 4 4 4

20

3 4 4 4 3

18

4 4 4 4 4

20

2

3 4 3 3 4

17

3 4 4 4 4

18

3 2 3 3 3

14

3

4 4 4 4 4

20

4 3 4 3 4

18

3 3 3 3 3

15

4

3 4 4 3 4

18

3 4 4 3 3

17

4 3 4 4 4

19

5

3 2 3 3 4

15

4 4 4 3 4

19

4 2 3 3 4

16

6

3 4 3 3 3

16

4 4 4 4 3

19

4 4 5 4 4

21

7

4 4 4 4 4

20

4 4 4 4 4

20

2 2 3 4 3

15

8

3 4 3 4 3

17

4 4 4 5 4

21

4 5 4 3 4

20

9

4 3 4 4 4

19

3 3 4 4 4

18

3 3 4 4 3

17

10

2 3 3 3 3

14

3 4 4 4 4

19

3 4 3 4 4

18

11

3 3 4 4 4

18

3 3 4 4 4

18

4 4 4 4 4

20

12

4 4 4 4 4

20

4 3 4 4 4

19

3 3 4 4 4

18

13

3 4 4 4 3

18

3 2 4 5 4

18

4 4 4 3 4

19

14

4 4 4 3 3

18

4 3 4 3 4

18

4 4 4 4 4

20

15

4 4 4 4 4

20

3 4 4 4 3

18

3 3 3 4 4

17

16

4 4 4 5 4

21

3 3 4 5 4

19

4 4 3 3 3

16

17

3 2 4 3 4

16

3 3 4 4 2

16

3 4 3 4 4

18

18

4 3 3 4 4

18

3 4 4 4 3

18

4 4 4 4 4

20

19

4 3 4 4 3

18

3 4 4 4 4

19

4 4 4 4 4

20

20

3 2 3 3 3

14

3 4 4 4 3

18

4 4 4 3 5

20

21

2 3 2 4 3

14

4 4 4 4 4

20

3 3 4 3 4

17

22

2 3 3 4 3

15

4 4 4 4 3

19

4 3 4 3 4

17

23

4 3 4 4 4

19

4 3 3 4 4

18

2 3 3 4 4

16

24

4 2 3 4 2

15

2 2 2 3 4

13

3 2 3 3 4

15

25

4 4 4 3 4

19

4 4 4 4 4

20

4 4 4 5 4

21

26

4 4 4 3 4

19

4 3 4 4 3

18

4 3 2 3 4

16

27

4 3 4 3 4

18

4 2 2 3 4

15

3 3 3 4 3

16

28

4 3 4 3 4

18

3 3 4 4 3

17

4 2 3 4 4

17

29

4 4 3 3 4

18

3 3 3 3 3

15

4 4 4 4 4

20

30

4 3 4 3 4

18

4 3 4 5 4

20

4 3 4 4 4

19

31

4 4 4 3 4

19

4 4 4 4 4

20

4 3 4 4 4

19

32

3 3 4 4 4

19

4 4 4 5 4

21

3 3 3 3 3

15

33

4 3 4 4 4

19

4 4 4 4 4

20

4 2 2 3 3

14

34

3 3 4 3 3

16

3 4 3 4 4

18

4 4 4 4 4

20

35

3 4 4 4 3

18

2 3 4 3 2

14

4 3 4 3 2

16


(6)

40

3 3 4 3 4

17

4 3 4 4 4

19

4 4 4 3 4

19

41

4 3 4 4 3

18

2 3 4 3 4

16

3 3 4 3 4

18

42

4 4 4 4 4

20

4 3 3 4 4

18

2 3 3 4 2

14

43

3 3 4 4 3

17

4 4 4 4 4

20

4 3 4 4 3

18

44

4 3 4 4 3

18

4 3 4 3 2

16

4 4 4 4 4

20

45

2 3 4 3 4

16

4 4 4 4 4

20

2 3 4 4 3

16

46

3 3 4 4 4

18

2 3 2 3 3

13

4 4 4 4 4

20

47

4 4 4 4 4

20

4 4 4 4 4

20

4 3 4 4 4

19

48

3 2 3 3 3

14

5 4 4 4 4

21

4 4 4 4 4

20

49

2 3 3 3 2

13

3 2 3 4 3

15

4 4 4 4 4

20