pembayaran mingguan atau bulanan. Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada ekonomi syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss
sharing , di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi
atas kesepakatan bersama sejak awal perjanjain antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan modal dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha
yang telah dilakukan. Bentuk bentuk pembagian laba yang tidak langsung mencakup alokasi saham-saham penyertaan perusahaan pada para pelaku usaha
dibayar melalui laba perusahaan dan memberikan pilihan pada para pelaku usaha untuk membeli saham perusahaan sampai pada jumlah tertentu dimasa yang akan
datang pada tingkat harga sekarang, sehingga memungkinkan para pelaku usaha memperoleh keuntungan baik dari pembagian keuntungan maupun setiap
pertumbuhan dalam nilai saham yang dihasilkan dari peningkatan dalam kemampuan perusahaan memperoleh laba. Pihak-pihak yang terlibat dalam
kepentingan dalam kegiatan usaha tadi harus melakukan trasnparansi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin
yang berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan usaha.
2.12. Sistem Kemitraan Dalam Ekonomi Syariah
Islam memiliki system ekonomi yang berbeda dengan system system ekonomi yang sedang tengah berjalan. Ia memiliki akar dalam syari’at yang
Universitas Sumatera Utara
membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran sasaran dan maqashid asy- syari’ah
strategi yang bebrbeda dari system sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran yang di kehendaki islam secara mendasar bukanlah material. Merreka
di dasarkan atas konsep konsep islam sendiri tentang falah kebahagiaan manusia dan kehidupan yang baik yang sangat menekankan aspek ukhuwah
persaudaraan, keadilan sosioekonomi, dan pemenuhan kebutuhan kebutuhan spiritual manusia.
Untuk mewujudkan kesejahtraan bagi seluruh masyarakat, di butuhkan sebuah bentuk kemitraan yang di artikan sebagai kerjasama pihak yang
mempunyai modal dengan pihak yang mempunyai keahlian atau peluang usaha dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Esensi kemitraan atau perkongsian jika di tinjau dari sudut pandang tujuan perlindungan usaha adalah agar kesempatan usaha yang ada dapat
di manfaatkan pula oleh yang tidak mempunyai modal tetapi punya keahlian untuk memupuk jiwa wirausaha, bersama sama dengan pengusaha yang telah
diakaui keberadaannya. Pada dasarnya kemitraan secara alamiah akan mencapai tujuannya jika kaidah saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan dapat di pertahankan dan di jadikan komitmen dasar yang kuat di antara para pelaku kemitraan.
Implementasi kemitraan yang berhasil harus bertumpu kepada persaingan sehat dan mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan dalam
persekutuan untuk menhindari persaingan. Pola yang dijalankan dalam konsep kemitraan harus dilandasi denngan prinsip prinsippartisipatif saling berperan
Universitas Sumatera Utara
aktif dan kolaboratif saling bekerjasama bergabung menjadi satu yang melibatkan seluruh pihak yang bersangkutan dalam kemitraan yang dijalankan.
Disamping itu juga harus memiliki system manajemen yang bagus. Islam tidak menolak setiap kerjasama yang memungkinkan terbentuknya
organisasi bisnis yang menguntungkan. Sesungguhnya salah satu tujuan dasar islam adalah menggunakan semua sumber dan kekuatan Negara dalam
memproduksi kekayaan serta untuk mengkordinasikan persediaan tenaga kerja dan modal yang dapat di gunakan dalam kepentingan masyarakt. Semua bentuk
organisasi bisnis seperti perkebunan, perdagangan, pendidikan, transportasi, pembangunan, dan masih banyak lagi dibentuk kaum muslimin untuk
melangsungkan perekonomian. Organisasi bisnis dapat di bentuk berdasarkan prinsip prinsip yang sama untuk pembangunan ekonomi kita dan untuk memenuhi
tuntutan zaman modern pada saat ini. Kerjasama untuk saling memperoleh keuntungan, apabila sesuai dengan
etika bisnis dalam islam, maka hal tersebut dibilehkan, bahkan dianjurkan. Keterlibatan muslim di dunia bisnis telah berlangsung empat belas abad yang lalu.
Semua bentuk organisasi bisnis yang di dalamnya dua orang atau lebih bekerjasama dalam hal dana, kewiraswastaan, keterampilan, dan niat baik untuk
menjalankan suatu usaha oleh para fuqaha dikategorikan dalam bentuk oranisasi mudarabah ataupun syirkah. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada
apakah semua partner dalam kerjasama itu memberikan konstribusi terhadap manajemen dan keuangan atukah hanya salah satu diantaranya. Dalam literatur
fiqih, mudharabah dan syirkah sama sama dilihat sebagai perjanjian atas dasar
Universitas Sumatera Utara
uqud al-amanah saling percaya, ketulusan dan kejujuran mempunyai peran
sentral dalam terlaksananya kerjasama ini. Perintah kerja harus benar benar dapat dipercaya agar dapat saling menguntungkan dan setiap upaya untuk melakukan
kecrangan dan pembagian pendapatan yang tidak jujur harus didasari sebagai pelanggaran atas ajaran ajaran islam.
Upah merupakan sejumlah uang yang dibayarkan berdasarkan atas perjanjian atau kontrak oleh seorang majikan pada seorang pekerja karena jasa
yang telah ia berikan. Dalam praktek pembagian atau pemberian upah ini memamng kadang kadang terjadi adanya manipilasi. Hal inilah yang tidak
dibenarkan oleh islam, sebab bertentangan dengan nilai kejujuran dalam islam. Islam tidak menghalang halangi kerjasama capital dan pengetahuan, atau
antara uang dan pekerjaan, sebagaimana dibenarkannya oleh fiqih islam, tetapi kerjasama ini harus dilandasi dengan suatu perencanaan yang baik. Kalau
sipemilik uang telah merelakan uangnya itu untuk syirkah dengan orang lain, maka dia harus berani menanggung segala resiko karena syirkahnya itu. Dalam
sebuah system perekonomian dengan perbedaan perbedaan kekayaan yang begitu substansial, dan pemberian pinjaman modal yang menginginkan keuntungan tanpa
terlibat resiko bisnis, adalah irrasional untuk dapat memberikan pinjaman kepada orang miskin sama banyaknya seperti halnya yang diberikan kepda orang orang
kaya, atau mengulurkan pinjaman sama banyaknya karena persyaratan yang sama bagi keduanya, seperti tingkat bagi hasil yang sama atau bahkan lebih tinggi
kepada pengusaha kecil dariipada yang dikenakan kepada pengusaha besar, dan keharusan memiliki kolateral jaminan dengan nilai yang lbih tinggi dari
Universitas Sumatera Utara
pinjaman modal dengan mengabaikan kenyataan apakah mereka akan menghasilkan keuntungan di atas rata rata dari investasi modal mereka. Hal ini
merupakan sesuatu yang buruk bagi masyarakat karena akan mengakibatkan pemihakan kepada satu kelas social tertentu saja, dan menimmbulkan kegagalan
masyarakat dalam memanfaatkan bakat wirausahanya secara maksimal.
2.13. Kerangka Konseptual