Ratih Kusumaningrum

Ratih Kusumaningrum

SMK Negeri 1 Yogyakarta

EMPAT TAHUN YANG LALU, TEPATNYA TAHUN 2012 DI SEBUAH RUMAH SEDERHANA TERDENGAR SUARA DUA ORANG DEWASA. SUARA YANG TIDAK BIASA, MENAN- DAKAN BAHWA ITU ADALAHSUARA PERTENGKARAN ANTARA SEORANG SUAMI DAN SEORANG ISTRI. MEREKA ADALAH PAK WANTO DAN BU SRI. HARI ITU PAK WANTO DAN BU SRI BERTENGKAR. KEDUA ANAK MEREKA, MAR- WAN YANG SANGAT DEKAT DENGAN IBUNYA, SEDANG- KAN BUNGA SANGAT DEKAT DENGAN BAPAKNYA.

1. Pak Wanto : “Pokoknya aku mau cerai!”

2. Bu Sri : “Jangan Pak! Ibu mohon, kasihan anak-anak nan- ti kalau kita cerai Pak. Ayo kita perbaiki rumah tangga ini, ibu mohon jangan ceraikan Ibu.”

3. Pak Wanto : “Rumah tangga ini sudah ndak bisa diperbaiki lagi! Percuma! akucapek sama kamu! Kamu ndak pernah mau jujur kalau kamu itu selingkuh dengan duda desa seberang itu! Sudah berulang kali aku memberimu kesempatan untuk meng- aku, tapi kau tetap tak mau mengaku juga!”

4. Bu Sri : “Aku ndak pernah selingkuh Pak! Kenapa aku harus mengaku perbuatan yang sama sekali tidak

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

5. Pak Wanto : “Kenapa kau malah menyalahkan orang lain! Jelas-jelas Bu Atun melihat perselingkuhan mu dengan duda beranak tiga itu! Mau apa lagi sekarang? Pokoknya aku ingin cerai dengan- mu!”

6. Bu Sri : “Jadi Bapak lebih percaya sama janda tua itu daripada sama istri Bapak sendiri?”

7. Pak Wanto : “Jangan berkata seperti itu!” (hendak memukul)

8. Marwan : “Jangan Pak!”(sambil berlari menghampiri bapak- nya)

9. Bu Sri : “Bapak sudah tega hendak memukul Ibu demi janda itu. Sekarang Ibu yakin, bahwa Bapak lah yang telah selingkuh dengannya! Untuk me- nutupi kesalahan Bapak, makannya bapak me- nuduh Ibu yang selingkuh. Bapak sekarang sudah banyak berubah, bahkan Bapak sudah tidak peduli dengan kedua anak kita!” (menarik Marwan dan memeluknya)

10. Pak Wanto : “Jika memang benar aku selingkuh dengannya kau mau apa? bukankah kau juga telah seling- kuh? Bu Atun jauh lebih baik darimu, dia lebih pengertian dan lebih memperhatikanku diban- dingkan denganmu yang sibuk dengan urusan- mu! Siapa yang sudah tidak peduli lagi dengan anak dan suaminya sekarang hah?”

11. Bu Sri : “Bukannya Ibu sibuk dengan urusan Ibu, Ibu melakukan ini semua juga untuk membantu Bapak. Semenjak Bapak berhenti bekerja, kita ndak bisa makan kalau hanya dari pendapatan Bapak sebagai tukang ojek yang tidak tentu.

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

12. Pak Wanto: “Nah, sekarang kau malah merendahkan ku. Menganggapku kalau aku ndak bisa menafkahi anak istriku! Memang, kau tak pernah mau mengakui kesalahanmu! Sudahlah, aku akan segera mengurus surat perceraian kita!” (pergi meninggalkan anak dan istrinya)

13. Bunga : (berlari menuju ke bapaknya sambil menangis) “Jangan Pergi Pak! Bunga mau ikut bapak.”

14. Pak Wanto : “Maaf kan Bapak nak, Bapak harus pergi se- karang. Nanti kalau masalah ini sudah selesai, Bapak akan menjemput Bunga. Bunga tunggu disini dulu sama Mas Marwan ya.” (mencium kening Bunga)

15. Bunga : “Iya pak, tapi jangan lama-lama ya Pak.” (masih menangis, dan merelakan bapaknya untuk pergi. Pak Wanto pun pergi)

16. Marwan : “Sudah jangan menangis Bunga, disini masih

ada Ibu.” (menghampiri Bunga)

17. Bunga : “ndak mau! Bunga maunya sama Bapak! ini se- mua salah ibu! Bunga benci sama Ibu!” (masuk ke kamar)

18. Bu Sri : “Maafkan ibu ya nak, ini semua salah Ibu.”

19. Marwan : “Ibu ndak perlu minta maaf, ini bukan salah Ibu kok. Ibu jangan menangis ya, Marwan dan Bunga akan selalu ada buat Ibu.” (memeluk ibu- nya, mengahapus air mata yang mengalir di pipi ibunya lalu memeluknya)

20. Bu Sri : (tetap menangis dan memeluk Marwan)

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

MALAM HARI, DIRUMAH YANG SAMA SEPERTI DULU, MARWAN DUDUK MELAMUN, KEJADIAN EMPAT TAHUN LALUMASIH TERBAYANG-BAYANG JELASDI INGATAN MARWAN. SEKARANG DIA SUDAH BESAR, UMURNYA 18 TAHUN, IA HENDAK LULUS SMA TAHUN INI. SETELAH BERCERAI EMPAT TAHUN LALU, KINI BU SRIBEKERJA SEBAGAI BURUH CUCIDAN TERKADANG MEMBUAT KERAJINAN DARI KAIN-KAIN TIDAK TERPAKAI. USIANYA YANG SUDAH TIDAK MUDA LAGI, WAJAR KALAU SEKARANG BU SRISAKIT-SAKITAN.

MARWAN BEKERJA PARUH WAKTU DI SEBUAHRESTORAN UNTUK MEMBANTU PEREKONOMIAN KELUARGANYA. SEDANGKAN BUNGA, YANG BARU SAJA MASUK SMA, DI SMA YANG SAMA SEPERTI KAKAKNYA MARWAN ,IA IKUT SERTA MEMBANTUKELUARGANYA DENGAN MENYANYI DIACARA HAJATAN TETANGGA. BUNGA MASIH MENG- ANGGAP BAHWA KEJADIAN EMPAT TAHUN YANG LALU ADALAH KARENA KESALAHAN IBUNYA. SAMPAI SE- KARANG DIA MASIH TIDAK BISA MENERIMA KENYA- TAAN KALAU BAPAKNYA PERGI MENINGGALKANNYA DAN TERUS MENYALAHKAN IBUNYA.

21. Bunga : “Dorr!! Mas melamun lagi! Lagi memikirkan siapa hayooo.. .”

22. Marwan : “Kamu ini mengagetkan mas saja. Mas lagi tidak memikirkan apa-apa kok. Kamu dari mana saja, kok baru pulang?”

23. Bunga : “Hehe, Mas pasti capek bekerja seharian, sini Bunga pijit.” (memijit pundak Marwan)

24. Marwan : “Kamu belum jawab pertanyaan mas, kamu dari

mana kok pulang jam segini?”

25. Bunga : “Bunga ta..di, ta..di(terbata-bata) Bunga hanya maen sebentar kok Mas sama teman-teman.”

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

27. Bunga : “Terserah Bunga dong bu! Hidup-hidup Bunga.”

28. Marwan : “Bunga! ndak boleh ngomong seperti itu sama Ibu!”

29. Bunga : (dengan muka cemberut, Bunga meninggalkan Ibu- nya dan Kakaknya)

30. Marwan : “Dasar anak ini!”

31. Bu Sri : “Sudah, ibu ndak papa. Ini diminum teh nya. Uhuk..uhuk (batuk)”

32. Marwan : “Iya, makasih ya Bu.”

33. Bu Sri : ”Marwan,”

34. Marwan : “Iya Bu,” (menyeruput teh buatan ibunya)

35. Bu Sri : “Kamu kan sekarang sudah kelas tiga SMA, su- dah mau ujian, apa tidak sebaiknya kalau kamu berhenti bekerja saja dan fokuslah ke belajarmu.”

36. Marwan : “Ndak bisa Bu, kita nanti mau makan apa kalau Marwan berhenti bekerja. Penghasilan Ibu dari mencuci tidak akan cukup untuk biaya hidup kita, Bunga juga sekarang jarang menyanyi ka- rena memang tidak ada hajatan. Ibu tenang saja, Marwan masih bisa belajar di sela-sela waktu istirahat.”

37. Bu Sri : “Tapi, Nak.”

38. Marwan : “Ibu percaya sama Marwan kan?”

39. Bu Sri : “Ya sudah, terserah kamu saja. Kamu ini me-

mang keras kepala anaknya.”

40. Marwan : (tersenyum)

41. Narator : “Keesokan harinya, seperti biasa Marwan be- rangkat ke sekolah berboncengan dengan Bunga,

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

42. Rio : (menguap)

43. Yadi : “Pasti semalam habis ke klub, makanya me- ngantuk.”

44. Rio : “Bukan klub! Tapi café. Memang setiap hari aku kesana, kan aku bekerja disana. Bagaimana kamu itu Di,”

45. Yadi : “Oiya, duh lupa. Marwan, sudah mengerjakan PR belum, lihat dong!”

46. Marwan : “Ya tentu sudah, nanti di kelas ya.”

47. Rio : “Wan, semalam aku melihat adikmu di cafe tempat aku bekerja, namanya Bunga kan?”

48. Marwan : “Ah,masa. Pantas tadi malam dia pulang ter- lambat.”

49. Rio : “Aku yakin sekali kalau yang tadi malam itu adikmu! Dia bersama seorang Toni! kamu harus jauhkan adikmu dari Toni, Wan! Dia masih se- umuran kita, tapi Toni itu bukan anak baik, dia sering keluar masuk penjara karna macam-ma- cam kasus. Dari kasus narkoba, pencurian sampa pembunuhan!”

50. Marwan : “Yang benar saja kamu Rio!”

51. Rani : (Tiba-tiba datang) “Selamat pergi Mas Marwan!”

52. Marwan : “Pagi Rani.”

53. Yadi : “Kok yang di sapa cuma Marwan doang?” (genit ke Rani)

54. Rani : “Pagi Mas Yadi, Mas Rio.”

55. Yadi : “Pagi Dik Rani,” (wajah berbunga-bunga karena

Yadi sebenarnya menyukai Rani)

56. Rio : “Pagi.”

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

58. Marwan : (berbisik) “Kamu benar juga Yo,”

59. Marwan : “Bunga, mas boleh minta tolong?”

60. Rani : “Tentu saja boleh mas. Minta tolong apa?”

61. Marwan : “Mas mau minta tolong, nanti kalau Bunga cerita tentang apapun itu, kamu bilang ke mas ya. Nanti pas istirahat Mas tunggu di kantin.”

62. Rani : “Oke, mas.”

63. Marwan : “Makasih ya Rani,mas masuk ke kelas dulu ya.”

64. Rio : “Duluan ya Rani!”

65. Rani : “Iya mas.”

66. Rio : “Yadi! Kamu ngapain masih di situ? Ayo masuk kelas!”

67. Yadi : (Dari tadi memandangi Rani)” Kamu duluan aja, aku mau sama dedek Rani dulu.”

68. Rani : “Rani ke kelas dulu ya mas.” (Rani yang merasa tidak nyaman bersama Yadi, segera meninggalkan Yadi)

69. Yadi : “Loh, Dik! Dik Rani!”

70. Marwan : “Noh, Rani udah pergi, ayo.”

71. Yadi : (Berjalan sambil cemberut)

72. Narator : “Bunga berbincang-bincang bersama teman- temannya. Sebelumnya, Rani telah diberitahu Marwan kalau Bunga menceritakan tentang Toni, ia harus menceritakan segalanya ke Marwan.”

73. Nia : “Bagaimana Bunga kencanmu semalam dengan Toni?”

74. Bunga : “Aku suka sama dia. Dia anaknya keren, smart, ganteng juga”

75. Rani : “Cie..cie..tapi kamu harus hati-hati karna kata- nya, anak SMA 1 itu terkenal nakal.”

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

77. Alya : “Memangnya kemarin kamu diajak kemana sama dia?”

78. Bunga : “Cuma ke café.”

79. Nia : “Kamu harus hati-hati Bunga jangan mau kalau diajak di tempat gelap-gelapan atau tempat yang mencurigakan ya!”

80. Bunga

: “Iyaa..aku bisa jaga diri kok.”

81. Bunga : (tiba-tiba handphone Bunga berbunyi) “Panjang umur ni anak, baru juga diomongin. Sebentar ya teman-teman, Toni telpon.” (Bunga meng- angkat telepon)

82. Rani, Nia, Alya: “Ciee.. ekhmm.. .”

83. Bunga : “Hallo, Toni. Ia ini baru istirahat, kamu udah makan? Apa? engga,nanti ngga kemana-mana. Nanti kamu mau jemput? Oke deh,sampai nanti. Bye.”

84. Rani : “Ciee, yang nanti mau dijemput.”

85. Bunga : “Apaan sih Rani, eh Ran, bantuin aku dong.”

86. Rani : “Bantuin apa?”

87. Bunga : “Kamu tau kan Mas Marwan pasti ngga bakalan ngizinin aku pergi.”

88. Rani : “Iya terus?”

89. Bunga : “Nanti aku bilang Mas Marwan kalau aku mau kerja kelompok di rumahmu, ntar kamu jawab iya.”

90. Nia : “Tapi Bunga, ngga sebaiknya kamu jujur aja, siapa tau Mas mu malah bisa nglindungin kamu.”

91. Bunga : “Dia ngga bakalan ngizinin kalau aku ngomong yang sebenarnya. Plis ya Rani bantuin aku.”

92. Rani : “Baiklah,”

93. Bunga : “Makasih ya Rani, yaudah guys, aku ke kelas duluan ya. Bye.”

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

SAAT ISTIRAHAT TADI, RANI TELAH MENGATAKAN SEMUANYA KE MARWAN, DAN MARWAN PUN MEN- CERITAKAN KE RANI SIAPA LELAKI YANG DIKENCANI BUNGA SEBENARNYA. BEL PULANG SEKOLAH PUN BER- BUNYI, BUNGA MENEMUI KAKAKNYA UNTUKMEMINTA IZIN. AWALNYA, MARWAN TIDAK MENGIZINKAN BUNGA, TETAPI KERAS KEPALANYA BUNGA MEMBUAT MARWAN TAK BISA MELARANGNYA. WALAUPUN BEGITU, MAR- WAN DIAM-DIAM MEMBUNTUTI BUNGA, KARENA INGIN MEMASTIKAN KESELAMATAN ADIKNYA.

MARWAN PERGI SENDIRIAN. AWALNYA TEMAN- TEMAN MARWAN, RIO DAN YADI HENDAK IKUT DE- NGAN MARWAN TETAPI MARWAN TIDAK MENGIZIN- KANNYA KARENA SANGAT BERBAHAYA BAGI MEREKA. TANPA SEPENGETAHUAN MARWAN, RANI JUGA MENGIKUTI MARWAN, KARENA KHAWATIR MARWAN AKAN TERLUKA. BUNGA PUN TELAH DIJEMPUT TONI, IA DIAJAK KE SUATU TEMPAT YANG TERLIHAT KUMUH DAN KOTOR. MATAHARI MULAI TERBENAM. HANYA LAMPU KUNING 5 WATT YANG MENJADI LAMPU PENE- RANG DISANA.

95. Bunga : “Toni, tempat apa ini? Kenapa kau membawaku kesini?”

96. Toni : “Tenang saja Bunga, ini Rumahku. Kamu mau minum apa?”

97. Bunga : “Oh, terserah kamu saja.”

98. Toni : “Oke, sebentar ya.” (masuk ke dapur)

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia