NAFAS DAN MENGELAP KERINGAT YANG TERUS BER- CUCURAN DI DAHI DAN LEHERNYA. SAAT PEKERJA- ANNYA BELUM SELESAI, IBUNYA MENGHAMPIRI REMAJA TERSEBUT.

NAFAS DAN MENGELAP KERINGAT YANG TERUS BER- CUCURAN DI DAHI DAN LEHERNYA. SAAT PEKERJA- ANNYA BELUM SELESAI, IBUNYA MENGHAMPIRI REMAJA TERSEBUT.

1. Marsiyah : ”Apakah belum selesai nduk?” (menyodorkan cangkir teh) Cepat berikan pada Non Seli, se- belum beliau memanggil kita!”

2. Parwati : ”Sebentar mak, ini juga sebentar lagi selesai.”

3. Marsiyah : ”Nanti, nanti melulu, cepat! Hentikan saja itu dulu, pergi ini bawa kedepan!” (menyodorkan)

membawa cangkir ke depan, kemudian saat ingin menurunkan cangkir, Ana, Ibu dan Seli akan pergi

4. Ana : ”Par, Ibu akan pergi cukup lama untuk meng- urus perusahaan, jaga Seli baik baik ya.”

5. Parwati : ”Baik ndoro.”

6. Seli : “Lho… mami kok nggak bilang aku mau pergi.” (muka sedih)

7. Ana : “Ini mendadak sayang, bisnis mama di luar negeri agak terancam, toh, kamukan juga sudah ada yang menemani selain parwati.”(Sambil senyum ke lelaki yang duduk disebelah Seli. Lelaki itu hanya mengangguk )

8. Seli : ”Apasih mami nih, dia hanya teman biasa kok.”

9. Ana : ”Seli, Mami tau kok, apa arti “teman” yang kamu maksud. Sudah ya, Mami buru buru banget nih!”

10. Seli : (mencium Maminya) “Hati-hati ya Mi, take care,

I love you!“

11. Parwati : ”Hati-hati Ndoro.”

12. Marsiyah : “Sudah?”

13. Parwati : (mengagguk) “Sudah”

14. Marsiyah : “Kali ini siapa yang datang? Jordy?”

15. Parwati : ”Entah Mak, tetapi secara sekilas aku belum

pernah melihat sebelumnya.”

Surga yang Aku Nantikan

17. Parwati : ”Tampan, bersih, wangi, sopan, pakaiannya juga rapi dan modis, jam tangannya sepertinya mahal. Sayangnya, yang menerima tamu murahan.”

18. Marsiyah : ”Hush! Jaga mulutmu nduk, kalauada yang men- dengar bisa dipecat kita nanti! Mulutmu harimau- mu!

19. Parwati : ”Kenyataannya begitukan Mbok? Apa lagi kalau bukan murahan, tiap malam minggu tamunya ganti terus.”

20. Marsiyah : ”Itu bukan urusan kita, cepat selesaikan pe- kerjaanmu!”

21. Parwati : ”Apa itu hanya urusan orang kaya ya, Mak? tugas kitakan hanya bikin minuman untuk tamu”

22. Marsiyah : ”Apa yang terjadi padamu Nduk? hingga akhir akhir ini sering keluar kata-kata yang tak pantas diucapkan.”

23. Parwati : ”Apa yang tak pantas kuucapkan Mak?”

24. Marsiyah : “Sudahlah! Aku muak dengan ocehanmu yang tak karuan ini!”

25. Parwati : ”Hendakkah Emak menjodohkanku pada salah satu lelaki dari mereka? Mengapa tiap kali aku membawa minuman, Emak selalu bertanya siapa lelaki yang datang?”

26. Marsiyah : ”Keterlaluan kamu ! (hampir menampar)”

27. Parwati : ”Aku keterlaluan kenapa mak? Mau menampar? Silahkan! Apa karena aku hanya anak seorang pembantu? Bukannya emak yang bilang, setiap manusia itu dilahirkan sama, tetapi aku tak per- nah melihat itu mak! Lihat aku! Badanku dekil, kulitku hitam nampak kusam. Walaupun kugosok sampai kulitku pedih, tetap saja tak bisa putih mulus seperti Non Seli. Rambutku gimbal kribo, sehingga harus ku ikat rambutku agar orang

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

28. Marsiyah : (mendorong kepala parwati dengan telunjuknya) ”Ealah Nduk… kamu kok nggak bisa mene- rima ini… ini sudah nasib kita, Nduk!”

29. Parwati : (Menangis)”Mengapa emak memberiku nama parwati ?mengapa tak memberiku nama yang lain ? takkah Mak dulu berfikir suatu saat nanti aku jadi orang kaya, terkenal? Kalau semisal jadi bintang film, masak namaku kondang dengan “parwati”. Kenapa bukan Claudia atau Naomi? apakah sebenarnya emak sudah tau, bahwa kita sebenarnya akan hidup kere melarat seperti ini?”

30. Marsiyah : ”Nyebut nduk… nyebut… sabar…”

31. Parwati : ”Hanya nama yang tak perlu membayar! Ke- napa ada diskriminasi untuk si kaya dan si miskin? Katanya Tuhan Maha Adil, mana Mak? dia tak adil sama sekali. Atau apakah Tuhan tidak mendengar doa orang miskin ?”

32. Marsiyah : ”CUKUP! Bisa kualat nanti kamu!”

33. Parwati : ”Dari dahulu aku hanya mengenalmu mak, bapak saja aku tak pernah melihatnya. Apakah tak ada bapak bagiku, Mak ?”

34. Marsiyah : ”Nduk… siapa tahu nanti kita di akhirat itu bisa bahagia. Mungkin di sini kita sengsara, tapi nanti di sana kita dapat tempat yang enak.”

35. Parwati : ”Halah! Terlalu kuno quotes itu Mak. Dari mana mak tahu ?hanya kemungkinankan Mak ?”

36. Marsiyah : (diam terpaku, smabil matanya berkaca kaca)” Duh Gusti….”

37. Parwati : ”Aku hanya manusia biasa Mak, aku memiliki rasa iri, Mak. Non Seli dengan mudahnya men- dapatkan apa yang dia inginkan. Sejak lahir dia

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

38. Marsiyah : ”Sabar yo Nduk….sabar….” (sambil mengelus rambut anaknya yang sedang menangis)