SURGA YANG KUNANTIKAN Antologi Drama Ben

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2016

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Siswa SLTA Kota Yogyakarta

Penyunting

Tirto Suwondo

Pracetak

Yohanes Adhi Satiyoko Linda Candra Ariyani Dini Citra Hayati Gregorius Junianto

Penerbit :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224 Telepon (0274) 562070, Faksimile (0274) 580667

Katalog dalam Terbitan (KDT) Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Siswa SLTA Kota Yogyakarta, Tirto Suwondo. Yogyakarta: Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016 x +314 hlm., 14,5 x 21 cm. ISBN: 978-602-6284-39-6

Cetakan Pertama, Juni 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Sebagian atau seluruh isi

buku ini dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.

ii

Surga yang Aku Nantikan

PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sebagai instansi pemerintah yang bertugas melaksanakan pembangunan nasional di bidang kebahasaan dan kesastraan, baik Indonesia maupun daerah, pada tahun ini (2016) Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kembali menyusun, menerbitkan, dan memublikasikan buku- buku karya kebahasaan dan kesastraan. Buku-buku yang diter- bitkan dan dipublikasikan itu tidak hanya berupa karya ilmiah hasil penelitian dan atau pengembangan, tetapi juga karya hasil pelatihan proses kreatif sebagai realisasi program pembinaan dan atau pemasyarakatan kebahasaan dan kesastraan kepada para pengguna bahasa dan apresiator sastra. Hal ini dilakukan bukan semata untuk mewujudkan visi dan misi Balai Bahasa sebagai pusat kajian, dokumentasi, dan informasi yang unggul di bidang kebahasaan dan kesastraan, melainkan juga —yang lebih penting lagi—untuk mendukung program besar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang pada tahapan RPJM 2015—2019 sedang menggalakkan program literasi yang sebagian ketentuannya telah dituangkan dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015.

Dukungan program literasi yang berupa penyediaan buku- buku kebahasaan dan kesastraan itu penting artinya karena me- lalui buku-buku semacam itu masyarakat (pembaca) diharapkan mampu dan terlatih untuk membangun sikap, tindakan, dan pola

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

iii iii

Buku berjudul Surga yang Aku Nantikan ini adalah salah satu dari sekian banyak buku yang dimaksudkan sebagai pendukung program di atas. Buku ini berisi 31 naskah drama ditulis oleh 31 siswa SLTA (SMK, SMA, MA) kota Yogyakarta dalam rangka Kegiatan Pemasyarakatan Kebahasaan dan Kesastraan Indonesia untuk Remaja (Bengkel Bahasa dan Sastra). Diharapkan buku ini bermanfaat bagi siswa dan masyarakat umum untuk (a) meningkatkan apresiasi peserta terhadap karya tulis, khususnya naskah drama berbahasa Indonesia; (b) meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa dalam ekspresi kepenulisan berbahasa Indonesia; (c) dan menumbuhkan kecintaan dan sikap positif terhadap fenomena kehidupan bermasyarakat, khususnya melalui naskah drama dan pemanggungannya.

Atas nama Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para penulis, pembimbing, penilai, penyunting, panitia, dan pi- hak-pihak lain yang memberikan dukungan kerja sama sehingga buku ini dapat tersaji ke hadapan pembaca. Kami yakin bahwa di balik kebermanfaatannya, buku ini masih ada kekurangannya. Oleh karena itu, buku ini terbuka bagi siapa saja untuk mem- berikan kritik dan saran.

Yogyakarta, Juni 2016

Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.

iv

Surga yang Aku Nantikan

KATA PENGANTAR PANITIA

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab melaksanakan pembinaan penggunaan bahasa dan sastra masyarakat, pada tahun 2016 kem- bali menyelenggarakan kegiatan Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia. Kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk pelatihan penulisan artikel dan naskah drama bagi siswa SLTA (SMK, SMA, MA) Kota Yogyakarta ini merupakan salah satu wujud kepedulian Balai Bahasa DIY terhadap perkembangan kreativitas menulis bagi siswa di DIY.

Kegiatan pelatihan penulisan artikel dan naskah drama bagi siswa SLTA Kota Yogyakarta dilaksanakan dalam 10 kali per- temuan dari tanggal 3 April—5 Juni 2016 bertempat di SMA Bopkri

1, Yogyakarta. Kegiatan itu diikuti oleh 35 siswa. Para peserta dibimbing oleh narasumber yang berasal dari akademisi, peneliti, praktisi dalam bidangnya. Narasumber kelas artikel adalah Drs. Edi Setiyanto, M.Hum. dan Drs. S.T. Kartono, M.Hum. sedangkan narasumber kelas drama adalah Naomi Srikandi dan Wahyana Giri.

Buku berjudul Surga yang Aku Nantikan ini adalah salah satu dari sekian banyak buku yang dimaksudkan sebagai pendukung program literasi. Buku ini berisi 31 naskah drama ditulis oleh 31 siswa SLTA kota Yogyakarta dalam rangka Kegiatan Pemasya- rakatan Kebahasaan dan Kesastraan Indonesia untuk Remaja (Bengkel Bahasa dan Sastra). Diharapkan buku ini bermanfaat bagi siswa dan masyarakat umum untuk (a) meningkatkan apre-

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

Dengan diterbitkannya buku antologi ini mudah-mudahan upaya Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mening- katkan ketrampilan berbahasa dan bersastra Indonesia, khusus- nya ketrampilan menulis naskah drama bagi siswa SLTA, dapat memperkukuh tradisi literasi. Di samping itu, semoga antologi ini dapat memperkaya khazanah kebahasaan dan kesastraan Indonesia.

Buku antologi ini tentunya masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan di masa mendatang.

Yogyakarta, Juni 2016

Panitia

vi

Surga yang Aku Nantikan

Theresia Seismika Widowati SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

DIA BAPAKMU, NAK... ........................................................... 253

Vidi Mila Sukmawati SMA Negeri 4 Yogyakarta

NESTAPA ENAM EMPAT LIMA ........................................... 268

Yoga Harvananda SMK Negeri 3 Yogyakarta

SEKOLAH BAPAK ..................................................................... 275

Yonatan Adhie Narendra SMA BOPKRI 1 Yogyakarta

DUNIA BUKAN CUMA RUMAH INI ................................... 284

Yosephine Audriana SMA Negeri 3 Yogyakarta

SEBUAH PERSAHABATAN .................................................... 289

Zhafirah Salma Nur Waizhah SMA Negeri 7 Yogyakarta

MATERI PENULISAN NASKAH DRAMA PADA MULANYA ADALAH CERITA .................................. 299

Wahyana Giri MC

BIODATA PANITIA BENGKEL BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SISWA SLTA KOTA YOGYAKARTA ................................... 313

Surga yang Aku Nantikan

Mimpi

Adinda Dewi Anggita

SMA Negeri 7 Yogyakarta

PEMAIN:

1. Bu Sandra : Umur 30 tahun, bijaksana, senang memotivasi guru dari murid-murid.

2. Tika : Mudah putus asa, tidak suka belajar giat, dur- haka.

3. Della : Paling bijaksana diantara teman-temannya, pro- tagonis, mampu melerai pertikaian antara te- man-temannya. Della dewasa menjadi seorang dokter.

4. Ninda : Protagonis, paling lembut kalau bicara.

5. Fia : Sedikit tomboi, protagonist. Fia dewasa men- jadi seorang arsitektur.

6. Dina : Jahat, suka menghina Tika.

7. Alif : Protagonis, suka membantu teman.

8. Rizky : Suka bercanda, protanogis.

9. Ibu Tika : Umur 45 tahun, sabar, sangat sayang dengan Tika.

10. Bapak Tika: Umur 50 tahun, tempramental.

ADEGAN 1 DI RUANG TAMU SEBUAH RUMAH SEDERHANA, TAMPAK BU SANDRA, DELLA, NINDA, DINA, FIA, ALIF, RIZKY, DAN

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

TIKA SEDANG TERLIBAT DALAM SEBUAH PERBINCANGAN.

1. Bu Sandra : “Bagaimana dengan hasil Ujian Nasional ka- lian?”

2. Della : “Saya belum puas, Bu dengan hasilnya?”

3. Ninda : “Kalau saya sudah puas dengan hasil saya, walaupun jumlahnya masih lebih rendah dari Della.”

4. Dina : “Iya, saya juga sudah bersyukur dengan hasil- nya walaupun bukan yang terbaik di kelas.”

5. Fia : “Alhamdulillah Bu, meskipun saya juga belum tahu mau melanjutkan sekolah dimana.”

6. Alif : “Saya sudah bangga dengan hasilnya. Tapi karena nilai Dina lebih tinggi jadi peringkat aku turun deh di kelas.”

7. Bu Sandra : “Yang penting harus bersyukur karena semua sudah berlalu dan jangan lupa berdoa agar di- beri kemudahan oleh Tuhan untuk melanjut- kan sekolah. Kalau Rizky dan Tika bagaimana hasilnya?”

8. Rizky : “Saya kurang puas, Bu dan tidak tahu masuk sekolah negeri atau tidak.”(Muka pasrah)

9. Alif : “Pasti masuk Riz, kamu harus optimis dong

jangan terus menyerah begitu.”

10. Rizky : “Iya, Lif. Terima kasih.” (kembali tersenyum).

11. Bu Sandra : “Terus mau melanjutkan sekolah dimana kalian?”

12. Della : “Pasti sekolah favorit Bu karena itu cita-cita saya.”

13. Dina : “Saya juga.”

14. Ninda : “Kalau saya di sekolah favorit yang sudah saya

inginkan sejak kelas 5 dulu.”

15. Fia : “Semoga saja saya bisa diterima di sekolah negeri.”

Surga yang Aku Nantikan

17. Bu Sandra : ”Oh iya Tika kamu belun jawab pertanyaan Ibu tentang hasil nilai Ujian Nasional kamu. Dan mau melanjutkan sekolah dimana kamu?”

18. Tika : ”Tidak tahu Bu.”

19. Bu Sandra : ”Loh bagaimana bisa kamu menjawab tidak tahu. Kalian itu seharusnya sudah harus punya tujuan yang jelas dari sekarang untuk me- wujudkan mimpi kalian kelak.”

20. Tika : ”Saya juga ingin mewujudkan mimpi itu Bu tetapi nilai saya tidak bisa untuk masuk di se- kolah negeri yang saya inginkan untuk meraih mimpi itu.”

21. Bu Sandra : ”Itu bukan alasan yang tepat Tika, jika kamu benar-benar ingin memperbaiki semuanya maka masuk di sekolah yang tidak negeri itu tidak masalah asalkan kalian lebih giat lagi dalam belajar untuk mengejar semuanya yang telah tertinggal. Mengerti semuanya?”

22. Semua : ”Mengerti Bu.”

23. Bu Sandra : ”Bagaimana kalau Ibu membuat kesepakatan untuk bertemu 10 tahun mendatang di tempat ini? Agar kalian dapat membuktikan bahwa kalian mampu meraih mimpi kalian. Setuju?”

24. Semua : ”Setuju.”

25. Della : ”Kalau begitu kami pamit pulang sekarang saja ya Bu karena sudah semakin sore juga.”

26. Bu Sandra : ”Ya sudah. Hati-hati di jalan ya semua, jangan

lupa dengan perjanjian kita.”

27. Semua

: ”Baik Bu. Assalamualaikum.”

28. Bu Sandra : ”Waalaikumusallam.”

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

MEREKA MENINGGALKAN TEMPAT ITU. SEJENAK KEMU- DIAN DI PANGGUNG ITU HANYA TINGGAL IBU SE- ORANG DIRI. PEREMPUAN ITU MENATAP KEPERGIAN ANAK-ANAK. DAN PANGGUNGPUN MENJADI GELAP.

ADEGAN 2

KETIKA LAMPU PANGGUNG ITU MENYALA, PANGGUNG SUDAH BERUBAH MENJADI SEBUAH RUANG YANG MENGGAMBARKAN SEBUAH DAPUR YANG SUDAH TIDAK LAYAK DIPAKAI. TAMPAK IBU TIKA SEDANG MEM- BUAT TEH DI SALAH SATU MEJA DAPUR ITU.

29. Tika : ”Bu, Tika ingin ngomong sesuatu ke Ibu.”

30. Ibu Tika : ”Apa Nduk? Kalau ada masalah cerita saja.”

31. Tika : ”Sebenarnya Tika ingin berhenti sekolah, Bu. Tika ingin bekerja saja untuk membantu pereko- nomian keluarga ini dan biaya hidup Tika sen- diri.”

32. Ibu Tika : ”Kamu ini ngomong apa? Lulusan SD seperti kamu ini bisa apa diterima bekerja? Sudahlah kamu giatkan belajarmu saja. Tamatkan se- kolahmu, biar ijasahmu tidak hanya ijasah se- kolah dasar. Supaya kamu bisa dapat pekerjaan yang lebih mapan!”

33. Tika : ”Pokoknya aku sudah tidak mau sekolah Bu! lagi pula nilai ku selalu jelek di sekolah. Aku sudah tidak tahan melanjutkan sekolah. Aku ingin bekerja saja. Dan Ibu tidak punya hak melarangku karena Ibu pun tidak mampu me- menuhi kebutuhan Tika!”

TIBA-TIBA BAPAK TIKA DATANG DARI ARAH PINTU MEMAKAI BAJU YANG LUSUH KARENA PEKERJAANNYA ADALAH PEMULUNG.

Surga yang Aku Nantikan

Bikin malu saja kalau didengar tetangga.”

35. Ibu Tika : “Itu anakmu, Pak, dia bilang sudah tidak mau lagi untuk melanjutkan sekolah dia malah me- milih untuk bekerja saja.”

36. Bapak Tika: ”Apakah benar begitu, Tika?”

37. Tika : ”Kalau memang iya kenapa? Bapak itu sama saja seperti Ibu, tidak penah bisa mencukupi kebutuhanku tapi selalu melarangku untuk mencari uang sendiri.”

38. Bapak Tika: ”Astagfirullah.... Apakah kamu tidak bersyukur selama ini bisa makan dengan kenyang Tika?”

39. Tika : ”Makan dan minum dengan kenyang tidaklah cukup untuk hidup di zaman modern ini.”

40. Bapak Tika: ”Sudah cukup!! Sekarang juga kamu minggat dari rumah ini dan jangan pernah kembali!!!!”

41. Ibu

: ”Sudah Pak.... cukup Pak......”

IBU TIKA TAK KUASA MENAHAN KESEDIHANNYA. HATINYA PERIH. IAPUN MENANGIS TERSEDU-SEDU.

42. Tika : ”Baiklah! Baik kalau itu memang menjadi ke- inginan Bapak.”

TIKA PUN MENINGGALKAN TEMPAT ITU. SEMENTARA BAPAK MEMANDANGINYA DENGAN RASA GERAM DAN IBUNYA MASIH SAJA TERISAK-ISAK DI SALAH SATU SUDUT DI TEMPAT ITU. PANGGUNG PUN MENJADI GELAP.

ADEGAN 3

KETIKA LAMPU PANGGUNG MENJADI TERANG, TAMPAK PANGGUNG ITU BERUBAH MENJADI SEBUAH TROTOAR SEBUAH JALAN RAYA. LAYAKNYA SEBUAH TROTOAR, BEBERAPA ORANG NAMPAK MELINTAS DI TEMPAT ITU

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

TERMASUK BEBERAPA PENGEMIS YANG DUDUK BERSILA DI LANTAI TROTOAR ITU SAMBIL MENJULURKAN TANGANNYA KE SETIAP ORANG YANG LEWAT DI DEPANNYA.

TIBA-TIBA DARI BEBERAPA SISI PANGGUNG ITU MUNCUL DINA, FIA, DELLA, RIZKY, ALIF, NINDA (MEREKA ADALAH TEMAN SATU KELOMPOK DI SEKOLAHNYA DULU). MEREKA SECARA KEBETULAN BERTEMU DI TEMPAT ITU.

43. Dina : ”Sudah lama sekali tidak bertemu. Bagaimana

kabar kalian masing-masing?”

44. Fia : ”Baik selama ini, walaupun sempat mengalami keputus asaan karena revisi skripsi berulang kali. Ha ha ha…”

45. Della

: ”Ya benar juga itu katamu Fi.”

46. Rizky : ”Jadi seorang lulusan Sarjana Kedokteran UGM ini sempat mengalami putus asa ya? Ha ha ha…”

47. Alif : ”Tidak usah mengejek seorang dokter, karena selama ini kamu tidak merasakan praktikum tiga kali seminggu dan membuat laporan tebal ditulis tangan karena pekerjaanmu selama ini hanya menggambar di komputer saja.”

48. Rizky : ”Huh… jangan begitu dong Lif. Begini juga aku kan juga telah memenangkan lomba desain ani- masi kartun nasional.”

49. Ninda : ”Sudahlah kalian jangan bertengkar saja. Kita mulai menuju ke rumah Bu Sandra saja yuk.”

50. Fia : ”Tunggu dulu. Sepertinya ada yang belum da- tang Nin.”

51. Ninda : ”Siapa?”

52. Fia : ”Tunggu dulu biar aku ingat namanya.”

53. Dina : ”Tika.”

54. Fia : ”Nah benar. Itu yang aku maksud. Kemana dia ya kok belum datang?”

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

56. Rizky : ”Iya. Aku sudah pernah mengirim pesan kepada- nya beberapa kali untuk mengingatkan tentang perjanjian sepuluh tahun kemudian, tetapi sama sekali tidak ada yang dibalas.”

57. Della : ”Kalau begitu kita berangkat ke rumah Bu Sandra sekarang saja.”

58. Semua : ”Baiklah.” (sambil mulai berjalan lewat trotoar). MEREKA BERSIAP UNTUK MENINGGALKAN TROTOAR ITU.

TAPI KETIKA MEREKA HENDAK MELANGKAHKAN KAKI- NYA, TIBA-TIBA MATA NINDA MELIHAT SALAH SATU PE- NGEMIS PEREMPUAN YANG TENGAH MENGEMIS SAMBIL MENGGENDONG BAYI. NINDA BENAR-BENAR MENJADI IBA.

59. Ninda : ”Kasihan sekali ya mereka. Untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja mereka tidak mam- pu.”

60. Dina : ”Kenapa harus merasa kasihan, itukan salah me- reka. Mereka sendiri yang memilih jalan hidup seperti itu padahal masih banyak pilihan lain yang lebih baik dari pekerjaan itu.”

61. Fia

: ”Iya benar juga loh kata Dina.”

62. Della : ”Sudah-sudah. Daripada kita mempeributkan itu lebih baik kita menolong orang yang mem- bawa bayi disana.” (sambil menunjuk ke arah wanita yang sedang menggendong anaknya ).

63. Alif : ”Benar. Aku merasa sangat iba dengan bayi itu.”

64. Rizky

: ”Ya sudah mari kita kesana.”

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

MEREKAPUN SEGERA MENDEKATI PENGEMIS ITU SAMBIL MEMBERIKAN SEDEKAH. NAMUN DINA TETAP SAJA BER- ADA DI TEMPAT ITU. DIA TIDAK MAU MENDEKATI PE- NGEMIS ITU.

65. Dina : ”Nin bisa membantuku tidak memberikan uang ini ke pengemis itu, aku tidak mau mendekati- nya karena pasti sangat bau dia.” (Sambil berbisik kepada Ninda ).

66. Della : ”Jangan asal bicara Din nanti bisa menyinggung perasaannya. Sini biar aku saja yang memberi- kannya.” (Memberikan uang lagi kepada orang itu).

67. Della : ”Anaknya lucu sekali, Bu.” PENGEMIS PEREMPUAN ITU DIAM SAJA. HANYA ANG-

GUKAN KEPALANYA SAJA YANG BEREAKSI, SEMENTARA MATANYA TIDAK BERANI MENATAPNYA.

68. Dina : ”Della apa-apaan sih. Anak kumal seperti itu dibilang lucu. Ayo mending kita pergi sekarang saja”

69. Rizky : ”Sudah diam saja kamu.”

70. Della

: ”Boleh saya menggendongnya?”

71. Pengemis : (Menganggukkan kepala).

72. Alif : ”Cantik sekali anak ini. Andai saja dia dapat hidup yang mapan, pasti saat besar nanti akan banyak pria yang memperebutkannya.”

ALIF MELIHAT WAJAH BAYI YANG ADA DI GENDONGAN DELLA. SAAT ITU JUGA PEREMPUAN PENGEMIS ITU MEN- COBA MENDONGAKKAN WAJAHNYA MELIHAT UNTUK MELIHAT BAYINYA YANG DI GENDONG DELLA.

Surga yang Aku Nantikan

DINA YANG BERADA JAUH DI SUDUT JALAN ITU, YANG SEJAK TADI MELIHAT WAJAH PENGEMIS ITU MENUN- DUK, PERSIS KETIKA PENGEMIS ITU MENDONGAKKAN WAJAHNYA SAAT ITU JUGA IA TERKEJUT SETENGAH MATI. WAJAH PENGEMIS ITU TAK ASING BAGINYA. TANPA SADAR MULUTNYA PUN MENYEBUT SEBUAH NAMA.

73. Dina : ”Tika.....”

74. Semua : (Menoleh ke arah Dina).

75. Dina : ”Lihatlah wajah pengemis itu seperti adalah teman kita.... Dia seperti Tika....”

FIA PUN SEGERA MENDEKATI PENGEMIS PEREMPUAN ITU. IA SEGERA JONGKOK PERSIS DI DEPAN PENGEMIS ITU.

76. Fia : ”Apakah benar kamu Tika.”

77. Tika : (Tika diam. Ia hanya menundukkan kepala dan tidak berani bicara) .

78. Della : ”Apa yang terjadi Tik hingga kamu memilih

jalan yang salah seperti ini?”

79. Tika : ”Maaf..... Maafkan aku semua. Dari dulu aku hanya membuat malu dan tidak pernah mem- banggakan kalian.”

TIKA MULAI BERANI BERBICARA. MATANYA BASAH KARENA TANGISNYA. SEMENTARA FIA JUGA MULAI MENANGIS.

80. Fia : ”Tik...... apakah kamu tidak ingat dengan janji kita tentang sepuluh tahun itu untuk mewujud- kan mimpi kita Tik? Ini adalah saatnya kita memperlihatkan kepada guru kita yang telah banyak mengajari kita. Apakah kamu tahu apa yang ia inginkan hari ini? Ia hanya ingin melihat

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

TANGIS TIKA MAKIN MENJADI. SEMENTARA TEMAN- TEMANNYA TAK KALAH SEDIHNYA.

81. Ninda : ”Jika kamu mau kita bisa membantumu menjadi lebih baik Tik. Kami pasti akan selalu bersedia. Dan kita juga akan membantu untuk merawat anakmu ini....”

82. Dina : ”Jangan memberi tawaran yang enak begitu Nin kepada orang yang tidak berusaha. Kita sendiri kan juga berusaha untuk menjadi seperti ini. Sedangkan dia tidak ada usaha sama sekali. Masa dengan tiba-tiba dia mau hidup enak. Tidak adil dong.”

83. Tika : ”Sudah cukup. Kalian bisa berbicara seperti itu! Kalian bisa menghina Aku seperti itu karena kalian, tidak pernah merasakan menjadi orang yang susah. Hidup miskin, untuk makan pun Ibu ku harus meminjam kemana-mana. Jika tidak mampu membayar hutang maka tempat tinggal dan nyawa juga yang menjadi taruhan- nya....”

TIKA PUN BENAR-SEDIH. SUARANYA SESENGGUKAN. SE- GERA SETELAH BERKATA SEPERTI ITU, TIKA PUN CEPAT- CEPAT BERLARI MENINGGALKAN TEMAN-TEMANNYA. IA BERLARI KE ARAH JALAN RAYA. TEMAN-TEMANNYA

Surga yang Aku Nantikan

MENJERIT SAMBIL MENCOBA MEMEGANGINYA NAMUN TERLAMBAT. SAKING KENCANGNYA LARI TIKA, IAPUN TIBA-TIBA TERTABRAK MOBIL DI JALAN RAYA ITU. TIKA MENINGGAL.

84. Fia : “Tika.......” SEMUA TEMAN TIKA NAMPAK SEDIH DAN MENANGIS

SAMBIL PERLAHAN-LAHAN MELETAKKAN TUBUH TIKA DI TROTOAR ITU.

85. Rizky : “Air mata buaya. Sudah jangan pura-pura me- nangis Din ini semua juga karena ulahmu yang menghinanya. Seharusnya kita harus membantu teman yang membutuhkan bantuan kita bukan malah menambahnya menjadi putus asa dan seperti ini.”

86. Della : “Sudah jangan bertengkar lagi. Ini semua sudah terjadi.”

87. Dina : “Maafkan aku teman-teman aku merasa sangat menyesal. Aku berjanji tidak kan mengulangi- nya lagi. Tidak semestinya aku tadi mengucap- kan kata-kata itu....”

88. Rizky : “Sudahlah... semua sudah terjadi... sekarang kita harus segera mengurus jenasah Tika.”

89. Della : “Aku usul.... untuk mengenang persahabatan kita... untuk mengenang Tika. Sebaiknya bayi ini menjadi anak asuh kita bersama... bayi ini menjadi anak kita bersama..... Sementara biar keberadaan dan kepengasuhannya di tempaku saja.”

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

SEMUA SETUJU DENGAN USUL DELLA. LALU, MEREKA BERPELUKAN.

Tamat

Adinda Dewi Anggita. Adinda lahir di Yogyakarta, 4 Agustus 2000 dan saat ini bertempat tinggal di Prawirodirjan, GM II/771 Yogyakarta. Alamat sekolah di SMA N 7 Yogyakarta Jalan MT. Haryono No. 47 Yogyakarta. Adinda memiliki hobi membaca novel dan menonton film. Jika ingin berkores- pondensi dengan Adinda Dewi Anggita dapat menghubungi HP: 087738650901 atau melalui Pos- el: dewiadinda50@gmail.com

Surga yang Aku Nantikan

Teman SD

Aditya Dwi Cahyo Putra

SMA Negeri 6 Yogyakarta

PEMAIN :

1. Joko : Pemuda yang penuh semangat dan ambisi, serta

sangat dekat dengan Parlan.

2. Parlan : Pemuda yang pemalas, dan ringkih.

3. Margaret : Seorang perempuan yang angkuh dan som- bong, sok kelas atas serta materialistis.

ADEGAN 1 KAMAR KOS JOKO, PAGI HARI JOKO BANGKIT DARI TEMPAT TIDURNYA DENGAN PE-

NUH SEMANGAT LANTARAN DIBANGUNKAN OLEH TERIAKAN ALARM. KAMAR JOKO ADALAH KAMAR KOS KECIL SEDERHANA YANG DIPAKAI OLEH 2 ORANG. ADA KASUR DI LANTAI, KIPAS ANGIN KECIL, DAN JAM DE- RING. SAAT ITU DI SAMPINGNYA, ADA PARLAN YANG TIDURNYA TIDAK TERGANGGU OLEH SUARA ALARM.

1. Joko : (Menguap) “Wah, pagi ini hawanya, sweger!” (lihat kalender). “Huwala! Pantesan hawanya seger. Lha wong hari ini, libur! Ngoahaha, bisa lari-lari pagi nih. Ahahay, bisa nyawang cewek-

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

2. Parlan : (Kaget, Bangun). “Hah? Mana? Kebakaran apa?”

3. Joko : “Ini lho. Ini, mataku kebakaran kalau lihat ka- mu.”

4. Parlan : (Tersipu malu). “Ah, kamu ini, Jo. Bisa aja. Jadi malu aku.”

5. Joko : “Welah, kok malah malu-malu? Mbok kira aku ngegombali kowe? Jijik!” (cairan mulut muncrat).

6. Parlan : “Eh, enggak usah pake muncrat juga, dong! Jijik,

tahu enggak?” (muncrat lagi).

7. Joko : “Eh, kok ngelawan? Rasain nih! Cuh!”

8. Parlan : “Cuh!” (Joko dan Parlan saling melempar cairan mulut sampai habis ).

9. Joko : “Eh, Lan. Kok entek yo?”

10. Parlan

: “Ho’o Jo. Aku barang. Asat iki.”

11. Joko : “Mending gini aja, Lan. Pagi ini kan sweger nih. Gimana kalau kita lari pagi bareng?”

12. Parlan : ”Ah enggak mau, ah. Males. Mager iki lho.”

13. Joko : ”Heh, ayo to. Kita kan juga bisa lihat-lihat ce- wek cantik.”

14. Parlan : ”Wah, yo bener wi. Penak wi. Tapi enggak ah, mager.”

15. Joko : “Ah, ayo to… Gini aja Lan. Tak kasih dua pilih- an.”

16. Parlan : “Apa tuh Jo?”

17. Joko : ”Yang pertama, kamu ikut aku lari pagi terus lihat-lihat cewek cantik. Yang kedua, kamu aku tinggal di sini, terus kamu lihat-lihat muka ibu kos. Hayo, pilih yang mana?”

18. Parlan : ”Ah kowe ki Jo. Nakut-nakutin aja ee. Ya udah

deh, aku ikut kamu lari pagi.”

Surga yang Aku Nantikan

20. Parlan : ”Eh, eh, eh, Jo! Kita enggak mandi dulu?”

21. Joko : ”Kan tadi kita udah mandi. Airnya aja sampe asat. Yuk cus.”

ADEGAN 2 TAMAN KOTA, PAGI HARI JOKO DAN PARLAN PERGI KE TAMAN UNTUK LARI PAGI. DI SANA ADA KURSI TAMAN, SENYUMAN MATAHARI, LANGIT YANG CERAH, TANAMAN, DAN TENTUNYA ORANG-ORANG SEDANG LARI PAGI.

22. Joko : ”Gimana Bro? Sweger kan Bro di sini? Enak mana sama di kos?”

23. Parlan : ”Enak di kos kalau enggak ada Ibu kos.”

24. Joko : ”Ah, kok loyo gitu sih, Lan. Ayolah mumpung udah di luar gini. Mana semangatmu?”

25. Parlan : ”Semangatku sudah hilang sejak SD dulu.”

26. Joko

: ”Owalah, yang waktu itu ya.”

27. Parlan : ”Memangnya kamu tahu?”

28. Joko

: ”Tahulah. Kita kan temen SD.”

29. Parlan

: ”Temen SD? Kita kan beda SD.”

30. Joko : “Iya, temen SD. Temen Salawase Dulur.”

31. Parlan : “Halah, gawe-gawe. Paling kamu enggak tahu.”

32. Joko : “Ya iyalah. Dah ah, ayo lari.” (Joko dan Parlan lari kecil bersama).

33. Margaret : (Masuk panggung sambil lari kecil).

34. Joko : “Eh, Bro. Ada cewek cantik tuh. Kenalan yuk.” (Joko dan Parlan berlari mendekati margaret). “Cewek, sendirian aja nih? Kenalin dong, nama- ku Joko.” (mengulurkan tangan untuk berjabat tangan ).

35. Margaret : “Hai, namaku Margaret.” (menjabat tangan Joko).

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

37. Parlan : “Hai, aku Parlan.” (mengulurkan tangan).

38. Margaret : “Hai juga, namaku Margaret.” (mengulurkan ta- ngan untuk berjabat tangan dengan parlan, tapi Joko mengambil tangan Parlan).

39. Parlan : “Apaan sih kamu, Jo? Mau ngajak ribut?” (me- nyenggol Joko ).

40. Joko : “Apa sih? Diam aja kamu!” (menoleh ke Margaret). “Eh, Margaret, kamu lagi lari pagi ya?”

41. Margaret : “Kamu kira aku lagi ngapain? Nunggu jemput- an? Udah jelas ‘kan kalau aku lagi lari pagi.”

42. Joko : (menoleh ke Parlan). “Wah, Lan. Kok orangnya atos begini ya? Di luar perkiraan iki.”

43. Parlan : “Haha, mampus!”

44. Joko : “Ah, kamu ini, Lan. Dukung temen sedikit aja kok enggak mau sih? Kita ‘kan temen SD.”

45. Parlan : “Ah, temen SD apanya? Mana ada temen ‘salawase dulur’ yang mengganggu temannya yang lagi mendekati cewek? Palsu!”

46. Joko : (mulai bingung dan khawatir, bolak-balik berpaling pada Parlan dan Margaret, lalu akhirnya me- noleh pada parlan). “Ah! Terserah kamu, Lan!” (menoleh ke Margaret). “Eh, Margaret, kamu lagi sendirian ‘kan? Aku temenin lari paginya ya?”

47. Margaret : “Ngapain pakai nemenin aku lari pagi segala? Mending kamu cari uang buat bayar sewa kos aja sana.”

48. Joko : (mundur sambil mengelus dada dan menggeleng- gelengkan kepala ).

49. Parlan : “Margaret, gimana kalau aku aja yang nemenin kamu lari?”

50. Margaret : “Kamu apa lagi. Udah kalian berdua pergi aja sana. Aku mau lanjut lari dulu. Bye.”

Surga yang Aku Nantikan

BERGERAK KELUAR PANGGUNG, DI TENGAH JALAN JOKO DAN PARLAN MEMOTONG.

51. Joko dan Parlan: “Margaret, tunggu!”

52. Margaret : (berhenti dan menoleh ke belakang dengan marah). “Ada apa lagi sih?”

53. Joko : “Jadi begini, Margaret. Aku ini tipe cowok yang enggak bisa ninggalin cewek sendirian.”

54. Margaret : “Persetan dengan hal itu.”

55. Joko : (Mundur sambil mengelus dada dan menggeleng- gelengkan kepala ).

56. Parlan : “Mending begini aja, Margaret. Aku bakal me- lakukan apa saja yang kamu minta. Tanpa sya- rat.”

57. Margaret : “Apa saja? Tanpa syarat? Beneran nih?”

58. Joko : (Mendekati parlan dan membisikinya). “Wah, Lan, bau-baunya ini cewek matre deh.”

59. Parlan : “Apaan sih Jo? Udah sana pergi aja kamu. Be- neran dong, tapi cukup satu permintaan.”

60. Margaret : “Lha, kok cuma satu? Paling enggak lima lah.”

61. Parlan : “Matamu. Satu permintaan. Itu udah harga mati.”

62. Margaret : “Ah, tiga aja deh. Kalau cuma satu itu enggak bisa buat apapun.”

63. Parlan : “Ahhhh, yaudah dua permintaan. Enggak boleh lebih. Terima atau ambil?”

64. Margaret : “Ambil dongg. Lumayan lah daripada cuma satu. Tapi ya tetep sedikit sih dua tuh.”

65. Joko : (Mendekati Parlan dan membisikinya). “Tuh, kan Bro. Cewek mate.”

66. Parlan : “Diem aja kamu, Jo! Jadi, apa permintaan per- tamamu?”

67. Margaret : “Aku mau dibeliin soto.”

68. Joko : “Nah, aku aja yang beliin Margaret. Kalau aku beliin, aku boleh jalan bareng kamu dong ya?”

69. Margaret : “Boleh.”

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

71. Joko : “Itu sih enak di kamu aja. Kamu jangan lupa sama jasaku ya. Kamu bisa dapat kesempatan seperti ini, itu karena jasaku.”

72. Parlan : “Jasa apa Jo? Kamu itu memangnya habis nga- pain? Lha, aku dapat kesempatan ini karena ideku sendiri kok.”

73. Joko : “Kalau kamu enggak aku ajak buat lari pagi, mana mungkin kamu bisa seperti ini. Jadi sudah sepantasnya dong kalau aku dapet senengnya juga.”

74. Parlan : “Yang begituan enggak perlu diitung. Pokoknya ini hasilku, jadi yang menikmati ya aku. Atau mungkin kamu mau ribut?”

75. Margaret : “Eh, udah, udah! Malah pada ribut sendiri sih? Kalau kalian berantem, terus siapa yang beli soto? Mendingan kalian lomba lari buat nentuin siapa yang bisa beli soto duluan.”

76. Joko : “Wah, ide bagus tuh. Ayo, Lan, kita tentuin siapa di antara kita yang lebih pantas untuk beli soto!” (bersiap untuk lari).

77. Parlan : “Haha, ayo aja!” (bersiap untuk lari).

78. Joko dan Parlan: (berlari keluar panggung).

79. Margaret : (melihat aksi Joko dan Parlan, lalu tertawa). “Haha, lihat mereka, bodoh sekali. Mau aja disuruh- suruh. Lanjut lari pagi aja ah.” (berlari kecil keluar panggung ).

80. Joko dan Parlan: (Berlari masuk panggung lewat sisi yang berbeda dengan saat keluar, lalu di tengah jalan parlan terjatuh pingsan, Joko berhenti karena lelah ).

81. Joko : “Wah, capek juga ya, Lan. Kupikir warung soto- nya deket. Ternyata jauh banget… Lan? Kok

Surga yang Aku Nantikan

Parlan. Kamu kenapa, Lan? Lan, bangun Lan! Oi, jangan tinggalin aku sendiri, Lan!” (mulai menangis ). “Lan, Parlan! Jawab aku Lan! Jangan pergi, Lan! Aku enggak kuat hidup di kos tanpa kamu, Lan! Tidaaak!!!!!” (menangis keras).

82. Parlan : (Parlan terbangun dan menampar pipi Joko). “Be- risik woi. Kamu kira aku udah mati? Aku cuma kecapekan.”

83. Joko : “Owalah, bilang dong dari tadi. Tiwas aku udah nangis. Sini, aku bantu kamu ke warung soto.” (Joko membantu parlan berdiri, lalu berjalan beriringan).

84. Parlan : “Lah, kita enggak jadi lomba lari?”

85. Joko : “Ah, enggak penting itu. Temen SD-ku terge- letak di tanah, masa aku malah lari? Kamu ada- lah prioritasku yang paling atas, Lan.” (meng- hadap ke parlan dan memegangnya di pundaknya ).

86. Parlan : “Joko.” (berpelukan). “Aku minta maaf, Jo. Aku

sayang banget sama kamu, Jo.”

87. Joko : “Aku yang harusnya minta maaf, Lan. Padahal aku tahu kamu itu enggak suka olah raga, tapi malah aku paksa buat lari-lari. Aku juga sayang banget sama kamu, Lan.”

88. Parlan : “Itu bukan salahmu, Jo. Emang aku yang bodoh malah mau-maunya disuruh sama itu cewek buat lomba lari lawan kamu.”

89. Joko : “Jangan salahkan dirimu sendiri, Lan. Aku juga yang bodoh. Bisa-bisanya aku bermusuhan de- nganmu, cuma gara-gara cewek itu.”

90. Parlan : “Udahlah, Jo. Yang lalu biarlah berlalu. Men- dingan kita sekarang makan soto bareng aja yuk. Mumpung udah enggak jauh-jauh banget.” (melepas pelukan).

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

92. Parlan : “Wah, tumben mbayarin. Biasanya minta di- bayarin.” (berjalan keluar panggung).

93. Joko : “Iyalahh, namanya juga tanggal muda.” (di luar panggung ).

94. Margaret : (berjalan tergesa-gesa memasuki panggung). “Aduh, kemana sih itu dua orang aneh? Disuruh beli soto kok lamanya minta ampun? Aku ‘kan belum nyebutin permintaan keduaku.”

95. Joko dan Parlan: (berjalan beriringan memasuki panggung sambil mengobrol, membicarakan tentang margaret yang materialistis).

96. Margaret : “Lha, itu mereka.” (berjalan mendekati Joko dan Parlan ). “Heh, kalian itu kemana aja sih kok lama banget? Sekarang mana sotonya?”

97. Joko dan Parlan: (Joko dan Parlan bertatapan, lalu tertawa).

98. Parlan : “Wahaha, panjang umur Jo. Ini cewek yang tadi itu Jo. Udah Jo, kita tinggal aja si matre satu ini, takutnya nular.”

99. Joko : “Wahaha, bener banget, Lan. Dah ayo kita pulang aja.” (Joko dan Parlan berjalan beriringan keluar panggung ).

100. Margaret : “Lah, kok aku ditinggal sih? Hei, tunggu! Kalian ‘kan janjiin aku dua permintaan. Tunggu!” (ber- lari keluar panggung ).

Tamat

Aditya Dwi Cahyo Putra. Lahir di Sleman, 5 Januari 2000. Saat ini beralamat di Jalan Semaki Kulon Umbulharjo I/308. Sekolah di SMAN 6 Yogyakarta yang berlokasi di Jalan C. Simanjuntak No. 2 Yog- yakarta. Jika ingin berkorespondensi dengan Aditya Dwi Cahyo Putra dapat menghubungi HP: 085226545335 atau di Pos-el: aditzdice@gmail.com

Surga yang Aku Nantikan

Pakan Burung

Aprita Nur Rachma

SMA Negeri 7 Yogyakarta

PEMAIN :

1. Bondan : Lelaki muda (23), putra Pak Dewo, Bijaksana, dermawan, sabar, berbakti, pekerja keras

2. Pak Dewo : Ayah Bondan, Bijaksana, penasihat, penyayang

3. Bu Fatimah: Ibu Bondan, penyayang, baik hati, tidak sabar- an

4. Ayu : Adik Bondan, pintar, tekun, giat belajar, ulet, rajin

5. Purnomo : Sahabat sekaligus partner kerja Bondan, pekerja keras, partner kerja yang baik,emosional

6. Jarwo : Karyawan Bondan & Purnomo, sayang keluarga, penghianat

7. Pelanggan Bondan

ADEGAN 1 DI SEBUAH PASAR TRADISIONAL. PAGI HARI. BONDAN NAMPAK SEDANG ASYIK DENGAN DAGANGANNYA. NAM- PAK BEBERAPA KALI BONDAN MELAYANI PEMBELI.

1. Bondan : “Assalamu’alaikum, permisi, Bu. Mau ambil tahu berapa?”

2. Pelanggan : “Tolong, ambilkan tiga plastik saja, Le.”

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

4. Pelanggan : “Ya, Le. Ini uangnya, delapan belas ributo?”

5. Bondan : “Iya, Bu. Maturnuwun.” SEJENAK KETIKA PELANGGAN MULAI SEPI, BONDAN

PUN BERTERIAK MENAWARKAN DAGANGANNYA.

6. Bondan : “Tahu..tahu... Di beli, Pak, Buk tahunya. Masih segar dan gurih.”

KESIBUKAN PASAR TRADISIONAL ITUPUN PERLAHAN MULAI SEPI BERSAMAAN DENGAN LAMPU PANGGUNG YANG PERLAHAN-LAHAN MULAI GELAP.

ADEGAN 2

KETIKA LAMPU PANGGUNG MULAI MENYALA, DI PANG- GUNG NAMPAK SEPERTI SEBUAH RUANG KELUARGA. RUMAH ITU NAMPAK SEDERHANA NAMUN TERTATA RAPI. BONDAN KELIHATAN SEDANG BERBINCANG DENGAN PAK DEWO

7. Bondan : “Pak, inisaya ada sedikit rencana.”

8. Pak Dewo : “Bagaimana, Le? Punya rencana apa lagi dirimu ini?”

9. Bondan : “Begini, Pak. Bondan pengen membuka usaha.”

10. Pak Dewo : ”Usaha? Usaha apa to, Le?”

11. Bondan

: “Nggih usaha kecil-kecilan, Pak.”

12. Pak Dewo : ”Usaha kecil-kecilan seperti apa to, Le? Kalau

bicara itu mbok ya yang jelas.”

13. Bondan : “Hehe… Ya semacam toko kecil lah, Pak. Ren- cananya Bondan mau sedia pakan burung, ayam, dan pakan ternak lain seperti ikan, sapi, semacam itu.”

Surga yang Aku Nantikan

Terusmau buka di mana rencananya?”

15. Bondan : “Kalau bisa ya di depan, Pak. Diteras rumah kita, nanti tinggal meninggikan temboknya sedikit sama rolling door. Bagaimana menurut Bapak?”

16. Pak Dewo : “Bapak ini bisanya hanya mendukung, Le. Yang menjalani ya kamu, kan tugas Bapak itu sudah Bapak serahkan ke kamu to? Kalau dirimu itu semangat usaha seperti ini ya Bapak pasti men- dukung 100%. Perkara kamu mau pakai teras depan ya monggo. Tapi, Pengalamanmu itu sudah seberapa to kok kelihatannya sudah mantap?”

17. Bondan : “Alhamdulillah, kalau Bapak mendukung Bon- dan. Kalau pengalaman belum bisa disebut cukup, tapi Bondan sudah ada gambaran bagai- mana nanti wujudnya. Bondan juga sudah sur- vei , sudah tanya-tanya sama teman-teman yang punya pengalaman banyak, Pak.”

18. Pak Dewo : “Kalau tekadmu sudah bulat seperti itu, peng- alamanmu juga sudah cukup, ya tinggal mem- persiapkan modalnya saja, to?”

19. Bondan : “Kalau masalah modal insya Allah sudah Bondan siapkan, lalu kalau Bondan mau mengajak Purnomo kerjasama bagaimana, Pak? Purnomo kan belum ada pekerjaan tetap, selain itu dulu dia juga pernah ikut orang yang punya usaha semacam ini.”

20. Pak Dewo : “Loh, lebih bagus itu, Le. Namanya setia kawan. Apik apik , lanjutkan! Sudah aku mau ke kamar dulu.”

PAK DEWO MENINGGALKAN TEMPAT ITU. BONDAN NAMPAK BERSERI-SERI MELIHAT PAK DEWO MENERIMA

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

USULANNYA. DAN PERLAHAN PANGGUNG MENJADI GELAP.

ADEGAN 3 PANGGUNG PERLAHAN MULAI TERANG. DI SALAH SATU SISI PANGGUNG NAMPAK SEBUAH RUMAH DENGAN PINTU TERTUTUP. INI ADALAH RUMAH PURNOMO, SAHABAT BONDAN.

21. Bondan : “Assalamu’alaikum.”(Bondan mengetuk pintu itu beberapa kali )

22. Ibu Purno : “Wa’alaikumsalam (dari dalam suara itu terdengar sambil perlahan pintu mulai terbuka ) Oo, Nak Bondan to rupanya. Bagaimana, Le? Mau ke- temu Purno?”

23. Bondan : “Iya Bude, Bondan pengen bertemu dengan Purno, ada sedikit urusan. Purnonya ada, Bude?”

24. Ibu Purno : “Ada... ada, sini ditunggu sambil duduk. Se- bentar, Bude panggilkan anaknya dulu.”

25. Bondan : “Ya, Bude. Matur nuwun.” SEMBARI MENUNGGU PURNOMO KELUAR, BONDAN

DUDUK DI TERAS RUMAH PURNOMO YANG DI GENTING- NYA DIGANTUNGKAN BEBERAPA SANGKAR BURUNG YANG BERISI BERMACAM-MACAM JENIS BURUNG.

26. Bondan : “Tidak salah lagi, aku memilih orang yang tepat

untuk ku ajak bekerjasama...”

TIDAK LAMA KEMUDIAN LAKI-LAKI YANG BERNAMA PURNOMO ITUPUN KELUAR DARI DALAM RUMAHNYA.

27. Purnomo : “Woi... bagaimana kabarmu, Bro? Kok tumben- tumbenan mau mengunjungi gubukku ini.”

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

29. Purnomo : “Pilihan sih banyak, tapi ya itu masalahnya, yang

cocok memang susah dicari.”

30. Bondan : “Hahaha, ah bisa aja kamu, Pur. Gini, aku pe- ngen mengajak kamu berbisnis. Baru bisnis kecil-kecilan sih, tapi kalau diusahakan insya Allah bisa meningkat kok. Bagaimana?”

31. Purnomo : “Bisinis kecil-kecilan? Memang bisnis apa sih?”

32. Bondan : “Ya, bisnis kecil-kecilan. Kalo berdasarkan peng- amatanku, kan sekarang ini banyak orang yang suka memelihara burung, bahkan tidak sedikit juga yang mengoleksi macam-macam burung sampai memenuhi teras rumahnya.”

33. Purnomo : “Tidak perlu basa-basilah, bilang saja Purnomo, begitu kan lebih jelas.”

34. Bondan : “Motong aja sih kamu. Lanjut ya, nah, dari situ aku berpikir kalau tidak ada salahnya aku meng- ajak kamu bekerjasama untuk membuka usaha pakan burung kecil-kecilan.”

35. Purnomo : “Oooo.... bisnis pakan burung. Masuk akal sih, dari dulu memang banyak penggemar burung yang tidak pernah habis dimakan waktu. Maksudku, walaupun zaman sudah modern, tetapi para penggemar burung masih tetap ada bahkan semakin banyak.”

36. Bondan : “Nah, itu paham. Jadi bagaimana? Ok dong?”

37. Purnomo : “Emmm, bagaimana ya. Kebetulan juga sih aku baru tidak ada kerjaan. Okelah, boleh. Aku ber- sedia kerjasama sama kamu, Ndan.”

38. Bondan : “Jadi deal ini?”

39. Purnomo : “Deal.”

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

41. Purnomo : “Amiiiin......” BONDAN DAN PURNOMO SEPERTINYA NAMPAK GEM-

BIRA SEKALI. MEREKA MEMBAYANGKAN USAHANYA BAKAL BERJALAN SUKSES. SEJENAK PANGGUNG KE- MUDIAN MENJADI GELAP.

ADEGAN 4

LAMPU PANGGUNG PERLAHAN MENYALA. NAMPAK SEBUAH WARUNG USAHA MAKANAN BURUNG MILIK BONDAN DAN PURNOMO. NAMPAK BPNDAN DAN PURNOMO SEDANG DUDUK DI SEBUAH KURSI PANJANG DI DEKAT WARUNG ITU. NCERITA ADEGAN INI BERKISAR SEKITAR TIGA TAHUN ATAU LEBIH DARI BONDAN DAN PURNOMO MENYEPAKATI KERJASAMA USAHANYA.

42. Purnomo : “Bagaimana, Ndan? Menurut kamu apa yang menyebabkan penurunan omset toko kita yang cukup drastis ini?”

43. Bondan : “Entah, Pur. Aku sendiri masih bertanya-tanya, padahal pemasukan dan pengeluaran toko se- lama tiga tahun ini, setiap hari selalu ku catat

dan ku lihat-lihat tidak ada yang minus walau- pun memang naik turun. Tetapi, tidak pernah sampai separah ini.”

44. Purnomo : “Kalau begitu, berarti ada faktor lain yang cu- kup berpengaruh dalam masalah ini.”

45. Bondan : “Pasti, tapi apa?”

46. Purnomo : “Nah, itu menjadi tugas kita untuk mencari tahu. Lalu, langkah apa yang harus kita lakukan un-

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

47. Bondan : “Emmm, bagaimana kalau kita pasang CCTV saja di toko? Jadi setiap saat kita bisa mengawasi aktivitas di toko, walaupun jarak jauh.”

48. Purnomo : “Boleh juga, Ndan. Memang ide-idemu itu selalu cemerlang.”

49. Bondan : “Bondan....”

50. Bondan & Purnomo: (tertawa bersama) SEJENAK PANGGUNG MENJADI GELAP. DAN KETIKA

PANGGUNG MENJADI TERANG KEMBALI, SUASANA PANGGUNG MASIH BERADA DI WARUNG USAHA PAKAN BURUNG MILIK BONDAN DAN PURNOMO. PURNOMO NAMPAK SEDANG ADA DI DEPAN WARUNG ITU. BEBE- RAPA SAAT KEMUDIAN PURNOMO MEMANGGIL JARWO SALAH SATU KARYAWANNYA.

51. Purnomo : “Wo, ke sini sebentar. Ada yang mau ku bicara- kan.”

52. Jarwo

: “I....iya, Mas Purno. Ada apa?”

53. Purnomo : “Begini ,Wo. Mulai hari ini terpaksa kamu harus berhenti bekerja di sini.”

54. Jarwo : “Loh, memangnya ada apa to, Mas? Kok saya diberhentikan tiba-tiba begini?”

55. Purnomo : “Tanyakan saja kepada dirimu sendiri mengapa

kamu diberhentikan kerja.”

56. Jarwo : “Loh, bagaimana bisa begitu, Mas. Saya ini kan sudah cukup lama bekerja di sini, kok men- dadak diberhentikan itu apa alasannya.”

57. Purnomo : “Maaf, Wo.... Kamu harus berhenti. Lebih baik sekarang kamu pulang saja dan mencari pe- kerjaan baru.”

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

59. Purnomo : “Sudahlah, Wo. Saya sudah tahu semua.”

60. Jarwo : “Tahu apa to, Mas? Tahu kotak atau tahu bulat?”

61. Purnomo : “Saya ini serius, Wo. Saya sudah tahu semua kelakuanmu selama ini. Lihat di pojok sana sudah saya pasangi CCTV. Jadi kamu tidak bisa mengelak lagi, karena saya sudah melihat gerak- gerikmu setiap harinya.”

62. Jarwo : “Baiklah, kalau memang itu keputusan Mas Purno saya bisa apa. Permisi, Mas.”

TIBA-TIBA BONDAN KELUAR DARI DALAM WARUNG ITU. DIA SAEGERA MENDEKATI JARWO

63. Bondan : “Sebentar, Wo. Ini ada pesangon buatmu, jum- lahnya memang tak seberapa, tetapi semoga cukup untuk membiayai makan keluargamu sampai dapat pekerjaan baru.”

64. Jarwo : “Jadi Mas Bondan sudah tahu semuanya. Maaf, Mas. Saya terpaksa melakukan itu karena gaji saya perbulan selalu dihabiskan istri saya untuk berfoya-foya padahal kebutuhan pokok saja belum terpenuhi. Jadi, saya terpaksa mengambil uang di toko. Sekali lagi saya minta maaf ya, Mas. Saya sangat menyesal dan memang pantas jika saya harus diberhentikan.”

65. Bondan : “Jadi itu, Wo, alasanmu melakukan semua ini? Mengapa kamu tidak bilang dari awal? Kalau saja kamu bilang, pasti saya akan membantu menyelesaikan masalahmu. Tetapi sekarang sudah terlambat, Wo. Nasi sudah menjadi bubur, Purno juga sudah terlanjur kecewa denganmu.”

66. Jarwo : ”Iya, Mas. Saya bisa menerimanya. Tetapi saya benar-benar minta maaf sama Mas Bondan dan Mas Purno, karena hidup saya tidak akan tenang

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

67. Bondan : “Saya pasti memaafkanmu, karena tidak ada manusia yang tak luput dari kesalahan. Tapi saya harap semoga kejadian-kejadian semacam itu tidak kamu ulangi lagi karena selain merugi- kan orang lain, itu juga akan merugikan diri kamu sendiri.”

68. Jarwo : “Insya Allah, Mas. Saya berjanji tidak akan meng- ulanginya lagi. Permisi, Mas. Assalamu’alaikum.”

69. Bondan : “Wa’alaikumsalam.” BONDAN DAN PURNOMO HANYA BISA MEMANDANGI

KEPERGIAN JARWO. PERSIS KETIKA JARWO MENINGGAL- KAN PANGGUNG ITU, DARI SISI PANGGUNG YANG LAIN MUNCUL SEORANG PEREMPUAN BERNAMA AYU. DIA ADALAH ADIK BONDAN. AYU SEORANG PELAJAR SMA.

70. Bondan : “Assalamu’alaiku.....”

71. Ayu : “Wa’alaikumsalam.... Mas Bondan tadi jadi ke sekolah ngambil hasil ujianku kan? Bagaimana, Mas hasil ujianku?”

72. Bondan : “Alhamdulillah, Dik. Nilaimu sangat memuas- kan, kamu menjadi juara sekolah dan mendapat tawaran beasiswa dari universitas terfavorit se- provinsi.”

73. Ayu : “Yang benar, Mas? Alhamdulillah, Ayu senang sekali, Mas.”

74. Bondan

: “Mas bangga sama kamu, Dik.”

AYUPUN BERTERIAK KEGIRANGAN MENDENGAR KABAR ITU. SAKING KERAS TERIAKANNYA, DARI DALAM RUMAH ITU MUNCUL IBU DAN BAPAK BONDAN. MEREKAPUN

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

SEGERA MENDEKATI KEDUA ANAKNYA YANG TENGAH KEGIRANGAN.

75. Ibu Bondan: “Ada apa to ini, kok kelihatannya pada senang sekali.”

76. Bondan

: “Ini, Buk, lihat hasil ujian Ayu.”

77. Ibu Bondan: “Subhanallah, ini tinggi sekali, Nduk. Hebat, Ibuk bangga sama kamu.”

78. Pak Dewo : “Hasil ujian Ayu sudah datang? Coba Bapak lihat.”

79. Ibu Bondan: “Ini, Pak. Cepat dilihat.”

80. Pak Dewo : “Ya pelan-pelan to, Buk. Ibuk ini memang tidak sabaran. Masyaallah Gusti, nilaimu nyaris sem- purna, Nduk. Tidak sia-sia tiap hari kamu pu- lang sekolah sore dan belajar sampai larut ma- lam kalau hasilmu sangat memuaskan begini.”

81. Bondan : “Ayu juga dapat tawaran beasiswa dari uni- versitas terfavorit lho, Pak, Buk.”

82. Ibu Bondan: “Yang benar, Le?”

83. Bondan : “Benar, Buk. Mana mungkin Bondan mengada- ada.”

84. Ibu Bondan &: “Alhamdulillah.....” (memeluk Ayu)

85. Pak Dewo : “Selamat ya, Nduk.”

86. Ayu : “Alhamdulillah, terima kasih, Pak, Buk.”

87. Pak Dewo : Anak-anakku.... Ini menjadi bukti.... segala se- suatu kalau dijalani dengan sungguh-sungguh, penuh semangat dan ketekunan insya’allah pasti bakal tercapai..... Contohnya Bondan, kakak- mu itu Ayu... dia serius menekuni usahanya bersama Purnomo... dan sekarang sudah mulai bisa menikmati hasilnya... meski banyak orang mencibir soal pilihan Bondan yang hanya me- milih jualkan pakan burung.... Begitu juga kamu Ayu.... ketika kamu tekun belajar, kamu akhir-

Surga yang Aku Nantikan Surga yang Aku Nantikan

Tamat

Aprita Nur Rachma. Aprita lahir di Bantul, 1 april 2000 dan saat ini beralamat di Jalan Ambarbinangun N0. 25, Sabongan RT 07, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Aprita sekolah di SMA N 7 Yogyakarta yang berlokasi di Jl. MT Haryono No. 47 Yogyakarta. Aprita mempunyai hobi membaca, menulis, dan berolahraga. Jika ingin berkorespondensi dengan Aprita Salma dapat menghubungi HP: 08983028692 atau di Pos-el: apritarachma@yahoo.com

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

Gadis Tanpa Nama

Kidung Panglipur Jati

SMA Negeri 9 Yogyakarta

ADEGAN 1 MALAM HARI DI SEBUAH RUANG TAMU KELUARGA SEDERHANA.

KETIKA SITI SEDANG TIDUR, PINTU RUMAH ITU TIBA- TIBA TERBUKA, DAN MASUKLAH IBU SITI BERSAMA SE- ORANG PRIA. MEREKA KEMUDIAN DUDUK DI SOFA. MEREKA BERBICARA BERBISIK-BISIK NAMUN NAMPAK MESRA. SEPERTINYA TAKUT SUARANYA KEDENGARAN ORANG LAIN.

1. Pria

: ”Kamu cantik sekali malam ini”.

2. Ibu Siti : ”Ah, Mas biasa saja”. IBU SITI DAN LAKI-LAKI ITU NAMPAK MAKIN MESRA. BE-

BERAPA SAAT TIBA-TIBA PINTU DIBUKA DARI LUAR DENGAN KERAS. SUARANYA SANGAT KERAS HINGGA SITI TERBANGUN DARI KAMARNYA DAN BERLARI ME- NUJU RUANG TAMU ITU. KETIKA PINTU RUMAH ITU TER- BUKA, NAMPAK AYAH SITI MASUK DENGAN SEMPOYONG- AN DAN LANGSUNG MENGAMUK PADA IBU SITI.

Surga yang Aku Nantikan

4. Ibu Siti : (kaget langsung berdiri)

5. Ayah Siti : ”Bajingan!” AYAH SITI SEGERA MENDEKATI PRIA ITU, LALU MENON-

JOK MUKANYA. PRIA ITU JATUH TERDUDUK DI SOFA. BE- BERAPA SAAT TERJADI PERKELAHIAN SINGKAT, TAPI SE- GERA PULA PRIA ITU BERLARI MENINGGALKAN RUANG- AN ITU.

6. Ibu Siti : (Tiba-tiba menampar ayah siti)

7. Ayah Siti : (Kaget) “Dasar pelacur! Lihat ini anakmu! Lihat!” (MENGHAMPIRI DAN MENARIK SITI SECARA KASAR KE-

MUDIAN MENDORONGNYA HINGGA TERSUNGKUR)

8. Siti : (Menangis lalu masuk ke kamar, beberapa saat keluar sambil membawa tas )

9. Ayah Siti : ”Mau ke mana kamu? Jawab!” (mereka saling bere- but tas itu )

10. Siti : ”Saya mau pergi”.

11. Ayah Siti : Apa?! Dasar anak tidak tahu malu! Pergi kamu dari rumah ini! Pergi! (melemparkan tas Siti)

SITI SEGERA MENINGGALKAN RUANGAN ITU. SEJENAK NAMPAK IBU SITI DAN AYAH SITI MASIH TERUS URING- URINGAN. HINGGA PANGGUNG PERLAHAN MENJADI GELAP. SUNYI.

ADEGAN 2 ADEGAN EKSTERIOR SEBUAH HALAMAN TEMPAT KARAOKE. MALAM HARI. LAMPU PANGGUNG SEDIKIT GELAP, MENGGAMBARKAN TEMPAT ITU CUKUP REMANG MESKI ADA DI DEPAN PUSAT KARAOKE.

Antologi Naskah Drama Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia

DARI SALAH SATU SUDUT PANGGUNG NAMPAK SITI BER- JALAN SENDIRIAN DENGAN TAS YANG DIBAWA DARI RUMAHNYA. PERSIS KETIKA SAMPAI DI TENGAH PANG- GUNG, SITI BERHENTI SEJENAK. DAN TIBA-TIBA NAM- PAK SEORANG PRIA MENGHAMPIRINYA.

12. Pria : (Mengamat-amati Siti dengan seksama) “Dari mana neng? Pasti bukan dari sini ya?”

13. Siti : “Iya Mas, saya dari desa.”

14. Pria : “Oh, gitu. Kalau boleh tahu ada urusan apa ya

neng kok jauh-jauh ke kota?

15. Siti : “Iya Mas, saya mau memperbaiki nasib

16. Pria : “Wah, kebetulan neng, saya lagi butuh orang buat kerja di tempat temen saya, itu sih kalau neng mau.”

17. Siti : “Oh, beneran Mas? Wah iya mas, saya mau, saya mau.”

18. Pria

: “Oke, mari ikut saya Neng.”