Sedangkan menurut Effendy 1993, efek komunikasi massa dapat diklasifikasikan sebagai efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif
atau disebut juga efek behavioral. Efek kognitif
berhubungan dengan pikiran dan penalaran,
sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung jadi merasa jelas.
Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan,
dan sebagainya. Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar
atau majalah, atau mendengar radio, menonton acara televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat dari terpaan media massa
itu bisa bermacam-macam, senang hingga tertawa terbahak-bahak, sedih sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding dan perasaan
yang bergejolak dalam hati misalnya : Perasaan marah, benci, kesal, kecewa dan sebagainya.
Efek konatif atau efek behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan. Dapat dikatakan efek ini
berbentuk prilaku. Efek konatif atau efek behavioral ini langsung timbul akibat terpaan media massa, tetapi didahului oleh efek kognitif dan efek afektif.
II.2.3 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi adalah merupakan kebutuhan bagi manusia yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Walaupun dalam mendefinisikan
komunikasi setiap orang akan menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda.
28
Universitas Sumatera Utara
Diantaranya menurut Harold Laswell yang dituliskan pada artikelnya pada tahun 1948 yang berjudul The Structure and Function of Communication
in Society, menyajikan suatu model komunikasi berbentuk sederhana, yang didefinisikan sebagai : Siapa who, Bicara apa say what, pada saluran apa
in which channel, kepada siapa to whom, dan dengan pengaruh apa with what effect.
Salah satu manfaat berkomunikasi adalah kita mendapatkan banyak informasi tentang sekeliling kita. Ini biasa dikatakan sebagai
komunikasi massa. Karena massa merupakan sarana untuk mengaplikasikan komunikasi massa tersebut merupakan sumbangan pemikiran Lasswell
dalam kajian teori komunikasi massa adalh identifikasi yang dilakukannya terhadap tiga fungsi dari komunikasi massa. Pertama adalah kemampuan
media massa memberikan informasi yang berkaitan dengan informasi di sekeliling kita yang dinamakannya sebagai surveillance. Kedua, kemampuan media massa
memberikan berbagai pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat yang dinamakan sebagai fungsi correlation.
Ketiga, adalah fungsi media massa dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat, yang dalam terminology Lasswell dinamakan
sebagai transmission Shoemaker dan Resse, 1991:28. Dalam perkembangannya, Charles Wright
menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment, dimana komunikasi massa dipercaya dapat memberi pemenuhan hiburan bagi
para konsumen yang dikontrol oleh para produsen Shomaeker dan Resse, 1991:28.
Sedangkan media massa sendiri dipahami lebih sekedar suatu mekanisme yang sederhana sifatnya yang digunakan untuk menyebarkan
29
Universitas Sumatera Utara
informasi, karena media massa merupakan suatu organisasi yang terdiri dari, media massa berupa media cetak, media elektronik dan lain sebagainya
dari suatu susunan yang sangat komplek dan lembaga sosial yang penting dari masyarakat.
Televisi merupakan media elektronik yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap kehidupan masyarakat saat ini. Televisi merupakan bagian
yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dan televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari
kebanyakan dari bentuk hiburan dari populasi yang lainnya. Bagi Gebner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan yang demikian
signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi lingkungan simbolik kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas
bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya McQuail, 1996:254.
Televisi bertambah marak lagi setelah dikembangknnya Direct Broad Satelit DBS. Perkembangan televisi yang sangat cepat dari waktu ke waktu ini
memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat. Penonton televisi kini lebih selektif dalam memilih salurang yang mereka anggap dapat memuaskan
kebutuhan mereka. Jam tayang televisi kini juga makin bertambah. Penerimaan programnya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi. Komunikasi massa media televisi dalam beberapa bagian yaitu
siaran informasi dan pemberitaan, news buletin berita harian, news magazine berita berkala, wawancara televisi serta laporan investigasi terhadap suatu kasus.
30
Universitas Sumatera Utara
Wahyudi 1991 dalam Kuswandi 1996. Pengirim isi pesan melalui komunikasi massa media televisi harus benar-benar menguasai sifat-sifat fisik
dan massa dari media massa itu sendiri. Dengan memahami sifat medium yang dipakai maka proses komunikasi akan berjalan efisien dan efektif,
sehingga kemungkinan pesan itu sampai akan semakin besar. Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi memiliki
sifat-sifat yaitu pulisitas, periodesitas, niversalitas, aktualitas dan kontinuitas Kuswandi, 1996:18.
Sifat komunikasi media massa televisi yang transitory maka : a
isi pesan yang akan disampaikan harus singkat dan jelas b
cara penyampaian kata perkata, harus benar c
intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik Kesemuanya itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif,
agar pemirsa dapat mengerti arti secara tepat tanpa ada penyimpangan dari pemberitaan yang sebenarnya.
Perkembangan yang pesat dari berbagai isi pesan media televisi kepada khalayak sasaran, melahirkan jurnalistik televisi. Sumber berita, baik peristiwa
maupun wawancara pendapat, diliput dengan camera elektronik yang dilengkapi oleh mikrofon, sehingga menghasilkan audiovisual suara dan gambar.
Dalam proses editing, antara visual peritiwa serta visual pendapat, dikombinasikan secara dinamis dan variatif sesuai topik beritanya,
kemudian dirangkai dengan naskah yang dibuat reporter sesuai dengan topik liputan. Televisi disamping sebagai media yang menghibur, juga menjadi
saluran komunikasi dua arah yang cukup efektif. Berdasarkan “qube system”
31
Universitas Sumatera Utara
yang diperkenalkan pada tahun 1977 di kota Columbus – Ohio, seseorang bisa mengadakan kontak langsung secara live dengan stasiun televisi.
Menjawab “quiz show”, menayangkan berbagai macam persoalan, menjawab “polling” yang diadakan televisi, bahkan propagandakan pemirsa dalam memilih
anggota parlemen Kuswandi, 1996:20. Individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa akan memberikan
reaksi terhadap pesan-pesan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Robert K. Avery Wahyudi,1986:45, sebagai berikut :
a. Selective Attention, masing-masing individu hanya akan memilih
program atau berita yang menarik minatnya. b.
Selective Perception, individu yang akan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang diterimanya melalui media massa.
c. Selective Retention, individu hanya akan mengingat hal-hal
yang ingin ia ingat. Dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan melalui media massa,
akan diterima oleh individu berdasarkan kepentingan individu itu sendiri kemudian ditafsirkan dan di ingat sesuai dengan kepentingan makna pesan itu
bagi individu. Tingginya pengaruh yang dimiliki televisi bagi pemirsa sesuai dengan pendapat dikemukakan oleh Prof. Dr. Mar’at dari Unpad
dalam Effendy, 1993:192 bahwa acara televisi mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, perasaan menonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika hal-hal
yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah itu bukanlah suatu hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh yang psikologis dari televisi
32
Universitas Sumatera Utara
ialah seakan-akan menghipnotis penonton. Sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi.
Menurut Effendy, televisi sebagai produk revolusi elektronik abad ke-20 pada pokoknya mempunyai 3 tiga fungsi :
1. Fungsi penerapan the information function Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena
dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :
a. Immediacy kesegaran Pengertian ini mencakup langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan
oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa berlangsung.
b. Realisme kenyataan Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya apa adanya
atau sesuai dengan kenyataan secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan,
stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk dan pandangan mata atau berita yang dibacakan penyiar dilengkapi gambar-gambar yang
tentunya factual. 2. Fungsi Pendidikan the educate function
Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan
sesuai dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur,
33
Universitas Sumatera Utara
misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik dan sebagainya. Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan seperti di atas,
stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisif mengandung pendidikan. Antara lain acara-acara tersebut adalah acara kuis keluarga, drama,
cerdas cermat, dan lain sebagainya. 3. Fungsi Hiburan the entertainment function
Sebagai media melayani masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Sebagian besar
dari alokasi waktu masa siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya.
Dari fungsi yang kesemuanya di atas, fungsi menghibur lebih dominan pada televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan
oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah
untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
II. 3 Teori S-O-R
S-O-R adalah singkatan dari Stimulus Organism Response. Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parlov, Shiner dan Hull,
dengan mengadakan percobaan pada binatang. Mereka berpendapat bahwa belajar itu merupakan suatu tanggapan dari seseorang terhadap suatu rangsangan
yang dihadapinya. Mereka melakukan percobaan terhadap hewan anjing dengan memberikan suatu rangsangan, kemudian memberikan hadiah
sebagai pemuas kebutuhan untuk tanggapan yang benar dan memberi hukuman pukulan untuk tanggapan yang salah. Rangsangan tersebut diulang-ulang sampai
34
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan tanggapan yang sama dan benar terus menerus. Akhirnya akan muncul suatu kebiasaan dan tingkah laku yang kemudian dari sinilah
tingkah laku tersebut dipelajari. Teori S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi yang kemudian
menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek materialnya sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen
sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Mar’at Effendy, 1993:253 dalam bukunya “Sikap manusia, perubahan,
serta pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Gambar 3 Model Teori S-O-R
Sumber Effendy, 1993 : 254-225
STIMULUS Organism :
- Perhatian
- Pengertian
- Penerima
Karakteristik Responden
35
Universitas Sumatera Utara
II.4 Motif Menggunakan Media
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan, atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia beruat sesuatu. Berbedanya motif seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat kepuasan yang didapat individu
dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik
oleh komunikan. Ada beberapa motif individu dalam menggunakan media Ardianto, 2004
yaitu : 1.
Kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang
lingkungan kita. Kebutuhan ini timbul karena ada dorongan-dorongan seperti rasa ingin tahu dan penjelasan pada diri sendiri.
2. Kebutuhan afektif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha
memperkuat pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dan emosional.
3. Kebutuhan integrasi sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. 4.
Kebutuhan pribadi secara integrative, yaitu berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, keercayaan stabilitas dan
status individual yang diperoleh dari hasrat akan harga diri.
36
Universitas Sumatera Utara