Tayangan Bom JW Marriot Dan Sikap Masyarakat (Studi Korelasional Hubungan Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat)

(1)

TAYANGAN BOM JW MARRIOT DAN SIKAP MASYARAKAT

(Studi Korelasional Hubungan Tayangan Bom Bunuh Diri JW

Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat)

Diajukan oleh :

Hotmaria Natalina Pakpahan

070922072

ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM EKSTENSI ILMU KOMUNIKASI

DEPARTEMEN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAKSI

TAYANGAN BERITA BOM BUNUH DIRI JW MARRIOT DI TV ONE dan SIKAP MASYARAKAT

(Study Korelasional Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One Terhadap Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah menggunakan teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R). Teori ini menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu, stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima mungkin juga ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Hamdan Medan, yang terdiri dari berbagai macam suku, usia, pekerjaan, aliran kepercayaan. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive sampling dan accidental sampling.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara. Setiap kuesioner berisi 30 pertanyaan tertutup. Dalam menganalisa data penelitian digunakan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman’s rho dan tes signifkan dengan menggunakan rumus t test.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa rs = 0.93. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford, berada pada skala > 0.91. dengan demikian, terdapat hubungan yang sangat tinggi dan kuat sekali Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung t hitung. Untuk

thitung diperoleh hasil 24.14 dan untuk memperoleh hasil t tabel perlu dilakuka

perhitungan terlebih dahulu karena nilai t tabel untuk jumlah 99 tidak tercantum

dalam tabel harga-harga kritis t. Dari perhitungan diperoleh hasil t tabel = 1.98.

Karena nilai t hitung > t tabel, maka hipotesa diterima yang berarti hubungan

signifikan.

Hasil Uji hipotesis yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara

Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One terhadap Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah, kekuatan yang dilimpahkan-Nya, serta penyertaan-Nya sepanjang pengerjaan skripsi ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih yang tiada terhingga juga penulis persembahkan kepada keluarga tercinta, buat motivasi dan perhatian yang diberikan sepanjang perkuliahan penulis. Terimakasih atas suka duka yang telah dijalani bersama, atas kerja keras dan pengorbanan baik moril maupun materiil orang tua penulis yang telah membawa penulis sampai akhir masa perkuliahan.

Menulis skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terutama Jurusan Ilmu Komunikasi. Adapun judul skripsi ini adalah Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat, lokasi yang dipilih penulis sebagai lokasi penelitian adalah Kelurahan Hamdan Medan. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, nasehat serta motivasi dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada.

1. Bapak Drs. Humaizi, MA, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi. 2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Msi, selaku dosen wali.

3. Bapak Drs. Iskandar Zulkarnaen, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama pengerjaan skripsi ini. 4. Semua dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu


(4)

5. Teristimewa kepada kedua orang tua ku tercinta, Alm. E. Pakpahan dan Ibunda M. Sirait yang telah banyak memberikan dukungan moril dan maeriil serta doa hingga terselesainya skripsi ini.

6. Seluruh keluargaku, abang maupun adik-adikku semua atas dukungan dan doanya.

7. Seluruh responden yang telah membantu pengisian kuesioner, yakni masyarakat kelurahan Hamdan Medan.

8. Seluruh pegawai Fisip USU, khususnya pegawai Departemen Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Buat sahabat-sahabatku Ekstension ’07, khususnya Elisa Bangun, Poltak, Merry, Nanang, Julia dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan/ informasi mengenai berita-berit yang beredar ditengah masyarakat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pembacanya.

Penulis


(5)

Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan

Abstraksi ……….. i

Kata Pengantar .……….. ii

Daftar Isi ……….. iv

Daftar Tabel ..……….. vii

Daftar Lampiran ..………. viii

Bab I: PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ….……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ….………... 2

1.3. Pembatasan Masalah ….……….... 2

1.4. Tujuan Penelitian ……..……….... 2

1.5. Manfaat Penelitian ……..……….. 3

1.6. Kerangka Teori …….…..……….. 3

1.6.1 S – O – R (Stimulus-Organism-Response) ………… …… 4

1.7. Kerangka Konsep… .…..……….. 6

1.8. Model Teoritis …… .…..……….. 7

1.9. Model Operational . .…..……….. 8

1.10. Defenisi Operational . ..……….. 9

1.11. Hipotesa………. ..……….. 10

1.12. Sistematika Penulisan ..……….. 11

Bab II: URAIAN TEORITIS ……….………. 14

2.1 Pengertian Komunikasi ……… 14


(6)

2.3 Teori S – O – R ………...… 31

2.4 Motif Menggunakan Media ……… … 33

2.5 Sikap Manusia ………. 34

2.6 Pengertian Televisi ……….. 36

2.7 Berita Televisi ………. 39

Bab III: METODE PENELITIAN ……….... 46

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….... 46

3.2 Sekilas TV One da Program Acaranya ………..…. 51

3.3 Metodologi Penelitian ………...…. 52

3.4 Lokasi Penelitian ……… 53

3.5 Populasi dan Sampel ………... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……… 55

Bab IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 57

4.1 Teknik Pengolahan Data ……….... 58

4.2 Analisa Tabel Tunggal ……….. 59

4.3 Analisa Tabel Silang ……….… 64

4.4 Uji Hipotesa ……….……. 68

4.5 Pembahasan ………..………. 71

Bab V: KESIMPULAN DAN SARAN ……… 73

5.1 Kesimpulan ……….….. 73

5.2 Saran ……… 73 Daftar Pustaka


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel ………. 10

Tabel 2 Usia Penduduk ……...……… 50

Tabel 3 Mata Pencaharian Penduduk ...……….. 51

Tabel 4 Pendidikan Penduduk ………...………. 52

Tabel 5 Agama ………...………... 52

Tabel 6 Etnis Penduduk ...………...……… 53

Tabel 7 Fasilitas dan Sarana ...………...……….… 53

Tabel 8 Populasi dan Sampel ..………...……….… 57

Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ..…...……….… 62

Tabel 10 Usia Responden …………...…...………...… 62

Tabel 11 Pendidikan Responden …...…...………..…... 63

Tabel 12 Frekuensi Menonton terhadap Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 64

Tabel 13 Pendapat Responden tentang Topik Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 64

Tabel 14 Pendapat Responden tentang Kualitas Pemberitaan TV One tentang Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot .……... 65

Tabel 15 Perhatian Masyarakat terhadap Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 66

Tabel 16 Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot dan Tingkat Pengetahuan Masyarakat ……… 66


(8)

Tabel 17 Sikap Masyarakat terhadap Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ..………...… 67 Tabel 18 Hubungan Topik Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot

di TV One dengan Perhatian Masyarakat ..………. 68 Tabel 19 Hubungan Kualitas Pemberitaan dengan Tingkat

Pengetahuan Masyarakat ………...……….. … 69 Tabel 20 Hubungan Frekuensi Menonton Tayangan Berita Bom


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata 2. Kuesioner

3. FC (Foltron Cobol) Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat.

4. Tabel Data Mentah Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One 5. Skor Ranking Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan

Sikap Masyarakat

6. Surat Penelitian dari Fakultas

7. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Kepala Kelurahan Hamdan Medan


(10)

ABSTRAKSI

TAYANGAN BERITA BOM BUNUH DIRI JW MARRIOT DI TV ONE dan SIKAP MASYARAKAT

(Study Korelasional Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One Terhadap Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah menggunakan teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R). Teori ini menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu, stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima mungkin juga ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Hamdan Medan, yang terdiri dari berbagai macam suku, usia, pekerjaan, aliran kepercayaan. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive sampling dan accidental sampling.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara. Setiap kuesioner berisi 30 pertanyaan tertutup. Dalam menganalisa data penelitian digunakan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman’s rho dan tes signifkan dengan menggunakan rumus t test.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa rs = 0.93. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford, berada pada skala > 0.91. dengan demikian, terdapat hubungan yang sangat tinggi dan kuat sekali Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung t hitung. Untuk

thitung diperoleh hasil 24.14 dan untuk memperoleh hasil t tabel perlu dilakuka

perhitungan terlebih dahulu karena nilai t tabel untuk jumlah 99 tidak tercantum

dalam tabel harga-harga kritis t. Dari perhitungan diperoleh hasil t tabel = 1.98.

Karena nilai t hitung > t tabel, maka hipotesa diterima yang berarti hubungan

signifikan.

Hasil Uji hipotesis yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara

Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One terhadap Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan media elektronik yang memiliki pengaruh sangat

besar bagi kehidupan masyarakat saat ini. Televisi merupakan bagian dari kehidupan kita dan televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi

dan informasi sehari-hari. Bagi Gebner dibanding media massa yang lain, televisi telah mendapat tempat yang demikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbiolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang relitas pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996:254).

Televisi sebagai media massa, mempunyai banyak kelebihan dalam menyampaikan pesan dibanding dengan media massa lainnya, karena pesan-pesan disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (singkron) dan hidup. Sangat cepat (aktual) dan dapat menjangkau ruang yang luas. Bagi negara Indonesia sebagai bangsa yang berkembang dimana setiap individu yang ingin mengetahui informasi-informasi terbaru akan lebih mudah mendapatkannya dari media Televisi.

Salah satu tayangan yang sangat banyak menyedot perhatian publik belakangan ini adalah pemberitaan bom bunuh diri di Hotel JW Marriot. Berita yang menggemparkan bangsa Indonesia mengingat ini adalah kejadian kedua setelah bom bunuh diri di Hotel ini pada bulan Agustus tahun 2008 silam. Pelaku bom bunuh diri di kawasan Mega Kuningan ini adalah seorang pemuda bernama Dani Permana yang baru saja menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Yayasan


(12)

Abdi Negara di Jakarta. Adanya indikasi keterlibatan jaringan teroris Noordin M. Top masih merupakan misteri. Informasi yang diperoleh dari kamera cctv hotel, peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 pagi hari tepat pada saat tamu-tamu hotel sedang sarapan. Pelaku adalah seorang pria dengan postur tubuh tinggi kurang lebih 170 cm, berkulit putih mengenakan jaket, topi yang berjalan sambil memeluk tas ransel. Pelaku melakukannya dengan membawa tas ransel yang berisi bom rakitan. Dan pelaku dapat melewati pos penjagaan dengan memberikan alasan bahwa tas yang di bawa berisi laptop dan merupakan titipan untuk salah seorang tamu yang menginap di hotel tersebut. Sebagai catatan bahwa pada hari tersebut sedang berlangsung rapat yang dihadiri oleh para pimpinan perusahaan migas milik asing. Kemudian pelaku berjalan melalui lobby menuju sebuah restoran, tidak lama berselang bom meledak pada pukul 7.45 wib.

Berita tentang kasus ini disiarkan hampir pada semua televisi swasta di Indonesia, salah satunya adalah TV One dalam program berita hardnews Kabar Terkini yang berdurasi 3 menit setiap satu jam. TV One juga menghadirkan nara sumber seorang yang merupakan sahabat dan rekan kerja Boim (Ibrahim) yang membantu pelaku bom dalam menjalankan aksinya. Ibrahim atau Boim bekerja sebagai supplier tanaman hias ke hotel JW Marriot sehingga memudahkan akses masuk bagi pelaku bom tersebut. Dari rekaman kamera cctv juga diperoleh informasi bahwa Ibrahim atau Boim sebagai guide pelaku dalam melakukan survey lokasi. Informasi yang diperoleh dari pihak kepolisian, bom bunuh diri ini menelan korban jiwa 9 orang dan korban luka-luka 50 orang dengan jumlah kerugian materi sebesar sekitar Rp. 30-50 Milliar. Dampak yang lain selama hotel


(13)

JW Marriot di non aktifkan juga harus “merumahkan” dan atau memberhentikan sejumlah karyawan sampai proses renovasi selesai dan suasana kembali kondusif. Berdasarkan informasi dari pihak kepolisian, tujuan peledakan bom ini adalah bentuk dari ketidak sukaan terhadap investor-investor dari Amerika dilihat dari banyaknya korban adalah warga asing yang sedang mengadakan pertemuan/ rapat di hotel tersebut. Disamping itu jaringan JW Marriot berasal dari Amerika. Beberapa tokoh masyarakat juga mengemukakan bahwa adanya keterlibatan jaringan teroris Noordn M Top pada kasus ini, dikaitkan dengan pengeboman yang terjadi dalam satu dekade. Sebagai bagian dari jaringan hotel JW Marriot yang berpusat di suburban Maryland Amerika Serikat, hotel ini memberikan standar pelayanan internasional yang dirikan pada pada tahun 2001 di bawah pimpinan Jhon Northen. Beranjak dari Keputusan Presiden yang memberikan kebebasan untuk melakukan investasi di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa hotel yang berlokasi di Jl. Lingkar Mega Kuningan Jakarta ini berpengaruh dalam meminimalisasi tingkat pengangguran yang dapat dilihat dari jumlah karyawan kurang lebih 1200 orang dengan lokasi di kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan tepat bersebelahan dengan Hotel Ritz-Carlton yang juga mengalami hal yang sama dengan rentang waktu peledakan 15 menit setelah bom di hotel JW Marriot meledak.

Fenomena bom bunuh diri JW Marriot yang ditayangkan di TV One membuat banyak orang terpengarah, dengan system standar Internasional masih dapat di bobol oleh teroris. Tayangan berita tersebut juga membawa pengaruh terhadap sikap masyarakat yang menyaksikan. Sikap adalah “ suatu pola prilaku tendensi atau persiapan antisipatif predik posisi untuk menyesuaikan diri dalam


(14)

situasi social atau secara sederhana, sikap adalah response terhadap stimuli social yang telah terkondisikan “ (Allen, Guy dan Edgle,1980) dalam (Azwar 2005). Sikap juga suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan sikap seseorang terhadap suatu objek permasalahan, dapat juga menentukan sikap

yang nantinya muncul. Tak lepas dari masalah penelitian ini, peneliti mau melihat bagaimana sikap masyarakat tentang Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One tersebut. Apakah masyarakat peduli terhadap tayangan tersebut, apakah masyarakat mendukung atau tidak mendukung terhadap tayangan tersebut, kemudian setelah melihat tayangan tersebut bagaimana sikap konatif (tindakan masyarakat) masyarakat terhadap tayangan bom bunuh diri tersebut.

Tayangan berita bom bunuh diri di hotel JW Marriot menyedot perhatian masyarakat. Sejak peristiwa ini terjadi, TV One mengalokasikan hampir seluruh waktu tayang untuk kasus pengeboman ini. Dalam 1-2 hari pertama sampai dengan pencarian pelaku bom, TV One mengalokasikan lebih dari 50% jam tayang terhadap kasus bom bunuh diri ini. Program berita hardnews TV One dikemas dengan judul : Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah (Medan, Surabaya, Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang antar semua biro.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan mengevaluasi seberapa besar Hubungan


(15)

Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One terhadap Sikap masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah “ Sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan “.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membuat batasan-batasan masalah

secara spesifik. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang berusia 17 – 55 tahun.

2. Masyarakat Kelurahan Hamdan Medan yang dimaksud adalah yang menonton Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One.

3. Penelitian hanya terbatas pada Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 4.1 Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat.


(16)

2. Untuk mengetahui bentuk opini masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan terhadap program berita di TV One.

4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini bagi penulis adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian komunikasi FISIP USU.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi praktisi dunia media massa, dalam memilih tema dan kriteria tayangan yang cocok bagi konsumsi masyarakat.

3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai peranan media massa dalam masyarakat.

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berfikir untuk mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1995:37).

Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori

tersebut yang dianggap relevan dengan masalah peneliti ini adalah teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R).


(17)

1.5.1 Teori S-O-R

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus – Organism – Response. Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parlov, Shiner dan Hull, dengan mengadakan percobaan pada binatang. Mereka berpendapat bahwa belajar itu merupakan tanggapan dari seseorang terhadap suatu rangsangan yang dihadapinya. Mereka melakukan percobaan terhadap Hewan (Anjing) dengan memberikan suatu rangsangan, kemudian memberikan hadiah sebagai pemuas kebutuhan untuk tanggapan yang benar dan memberikan hukuman (pukulan) untuk tanggapan yang salah. Rangsangan tersebut diulang-ulang sampai mendapatkan tanggapan yang sama dan benar terus-menerus. Akhirnya akan muncul suatu kebiasaan dan tingkah laku yang kemudian dari sinilah tingkah laku tersebut dipelajari.

Teori tersebut S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek materialnya

sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, prilaku, kognisi, afraksi dan konasi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam hal ini adalah :

1. Pesan (Stimulus)

2. Komunikasi (Organism) 3. Efek (Response)


(18)

Dalam proses komunikasi berkenan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate. Dalam hal how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika

stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at dalam

bukunya “sikap manusia”, perubahan serta pengukuran, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah

sikap yang baru ada 3 variabel penting, yaitu : 1. Perhatian

2. Pengertian 3. Penerimaan

Gambar 1 Model Teoritis S-O-R

(Sumber Effendy, 1993 : 254-225)

Bagan di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan memungkinkan diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

STIMULUS

Organism :

- Perhatian

- Pengertian

- Penerima


(19)

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat krisis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan adanya kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dan merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1993:40).

Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X) atau independent variabel adalah sejumlah gejala

atau faktor yang ada, yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One.

2. Variabel terikat (Y) atau dependent variabel adalah sejumlah atau faktor yang ada atau muncul yang dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat.

3. Variabel antara (Z), variabel ini berada di antara variabel bebas dan variabel terikat tergantung dalam suatu hubungan sebab-akibat, yaitu karakteristik responden (jenis kelamin, usia, pendidikan).

1.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat digambarkan model teoritis dari penelitian ini sebagai berikut :


(20)

Gambar 2 Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep yang telah disusun, maka dapat dibuat operasional variabel-variabel untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep dalam operasionalnya. Operasional variabel disusun dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1 : Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operational Variabel bebas (X)

Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One

- Frekuensi menonton - Durasi menonton

- Frekuensi penayangan berita - Nara Sumber berita

- Jenis berita

Variabel terikat (Y) - Komponen Sikap

Variabel X

Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One

Variabel Y

Sikap Masyarakat

Variabel Z


(21)

- Komponen Kognitif - Perhatian

- Peduli - Pengetahuan - Keyakinan

- Komponen Afektif

- Sikap suka atau tidak suka - Sikap mendukung atau tidak

mendukung Variabel Z

Karakteristik Responden

- Jenis Kelamin - Usia

- Pendidikan

1.9 Defenisi Operasional

1. Variabel bebas (Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One)

a. Frekuensi menonton adalah intensitas atau sering tidaknya responden menonton program berita TV One.

b. Durasi menonton yaitu lamanya waktu yang dihabiskan responden menonton tayangan berita televisi

c. Frekuensi penayangan yaitu program berita ini tayang berapa kali dalam sehari, yakni pada pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan penayangan dalam sehari.


(22)

d. Narasumber berita yaitu program berita yang menghadirkan narasumber, atau sumber yang dipercaya yang bisa diminta keterangan tentang suatu topik permasalahan.

e. Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One yaitu tayangan berita bom bunuh diri yang terjadi di Hotel JW Marriot. Tayangan berita ini menyita perhatian masyarakat karena sering diputar secara berulang-ulang di TV One.

2. Variabel Terikat (Sikap Masyarakat)

a. Sikap kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tentang

objek sikap tertentu.

b. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang, mendukung atau tidak mendukung. Jadi sifatnya

evaluatif.

c. Komponen konatif yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya, dalam hal ini sikap tersebut berupa tindakan.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan b. Usia yaitu usia responden saat mengisi kuisioner c. Pendidikan yaitu latar belakang tingkat pengetahuan


(23)

1.10 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel (Suwardi, 1998:13). Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus di uji kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan. Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(Ha) : Terdapat hubungan antara Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One (X) dengan Sikap Masyarakat (Y).

(Ho) : Tidak terdapat hubungan antara Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One (X) dengan Sikap Masyarakat (Y).


(24)

1.11. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah 1.2Perumusan Masalah 1.3Pembatasan Masalah 1.4Tujuan Penelitian 1.5Manfaat Penelitian 1.6Kerangka Teori 1.7Kerangka Konsep 1.8Model Teoritis 1.9Operasional Variabel 1.10 Defenisi Operasional 1.11 Hipotesa

1.12 Sistematika Penulisan BAB II : URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Komunikasi

2.2 Pengertian Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa 2.2.1 Efek Komunikasi Massa

2.2.2.1 Efek Umum 2.2.2.2.Efek Khusus

2.2.2 Televisi sebagai media Komunikasi Massa 2.3 Teori S – O – R

2.4 Motif menggunakan media 2.5 Sikap Manusia


(25)

2.5.1. Komponen Sikap 2.5.2. Fungsi Sikap 2.6 Pengertian Televisi

2.6.1 Sejarah Televisi

2.6.2 Sejarah Televisi Indonesia 2.6.3 Daya Tarik Televisi 2.7 Berita Televisi

2.7.1 Unsur-unsur Berita BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Deskripsi Lokasi Penelitian Batas-batas kelurahan Keadaan Penduduk Karakteristik Penduduk Fasilitas dan Sarana Struktur Organisasi

Sekilas TV One dan Program Acaranya Metodologi Penelitian

Populasi dan Sampel Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisa Data

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Teknik Pengolahan data

4.2 Analisis Tabel Tunggal


(26)

4.2.2 Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One 4.2.3 Sikap Masyarakat

4.3 Analisis Tabel Silang 4.4 Uji Hipotesa

4.5 Pembahasan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

5.2 Saran Daftar Pustaka Lampiran


(27)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa latin, Communicare, yang berarti “memberitahukan” atau “berpartisipasi”. Selain itu dalam bahasa Inggris kita mengenal istilah communication yang secara denotatif berarti “hubungan, kabar atau pemberitahuan yang mengarah pada terwujudnya persamaan makna terhadap apa yang diberitahukan. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses interaksi antara komunikan dan komunikator, dimana komunikator akan memberikan pesan kepada komunikan dalam batas waktu dan ruang tertentu dengan menggunakan media dan metode tertentu pula.

Mempelajari komunikasi berarti mempelajari segala sesuatu tentang alat untuk membujuk. Jadi segala sesuatu yang bersifat membujuk termasuk dalam ruang lingkup komunikasi. Prinsip ini berlangsung sampai dengan abad ke-18. Kemudian setelah itu, ruang lingkup komunikasi berkembang menjadi :

1. Informative yaitu memberikan informasi ( knowledge )

2. Persuasive yaitu membujuk yang erat kaitannya dengan emosi 3. Entertainment yaitu sekadar pertunjukan atau hiburan

Carl hovland mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya berupa lambang-lambang) untuk mengubah tingkah laku insan-insan lain (komunikan). Sementara Wilbur Schram menyatakan bahwa cara yang tepat untuk mengatakan


(28)

komunikasi itu adalah merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media, yang menimbulkan efek (akibat) tertentu.

Komunikasi merupakan mekanik ataupun alat dalam pengoperan rangsangan (yang mempunyai arti) dalam masyarakat. Kehidupan sosial atau proses sosial didasarkan pada komunikasi. Dalam proses komunikasi manusia saling mempengaruhi, sehingga dengan demikian terbentuklah pengalaman yang sama, pengetahuan tentang pengalaman masing-masing. Dengan mekanisme tersebut manusia memberitahukan dan menyebarkan apa yang dirasakan dan apa yang diinginkannya.

Melalui bukunya : Komunikasi dalam Teori dan Praktek (1997), Phil. Astrid S. Susanto berpendapat bahwa :

“ didalam komunikasi maka terjadilah proses penyesuaian diri manusia dengan situasinya, sebagaimana juga usaha-usaha menguasai keadaan, karena itulah manusia berkomunikasi “.

Unsur-unsur kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk mengenali apa yang sesuai dan yang tidak sesuai dalam hubungan saling memberi dan menerima.

Umpan balik adalah pertukaran data tentang bagaimana satu bagian sistem bekerja dengan pengertian bahwa satu bagian mempengaruhi semua bagian lain dalam sistem tersebut, sehingga setiap bagian yang melenceng dari jalur dapat diperbaiki. Dan bila dua orang/ kelompok saling melakukan interaksi,

arah perpindahan suasana hati adalah berasal dari orang/kelompok yang lebih kuat dalam mengungkap perasaan/ pesannya menuju orang/kelompok


(29)

yang lebih pasif. Dan salah satu kunci kecakapan sosial adalah seberapa baik atau buruknya seseorang disaat ia mengungkapkan perasaan, pesan, simbolnya sendiri.

II.1.1 Ide dan Fakta dalam Proses Komunikasi

Pada umumnya yang dimaksud dengan ide adalah keinginan, maksud, pola tujuan, kesan, konsep, kepercayaan, pendapat, doktrin, perasaan dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengetahuan (knowledge) hanya merupakan reduplikasi dari ide (Phil. Astrid S. Susanto, 1997:83) mengatakan bahwa, “suatu pernyataan (ide) bukanlah sesuatu yang hanya merupakan kata-kata tetapi harus dibuktikan dan ditampilkan”.

Sering kali pengumpulan fakta dianggap sepele/mudah, akan tetapi sebenarnya pemilihan fakta pun telah memerlukan pemikiran matang terlebih

dahulu, sehingga dapat dikatakan bahwa fakta adalah hasil dari induksi (penyaringan) dahulu. Jhon Dewey mengatakan bahwa

“data mengalami proses abstraksi dari fakta, sedangkan fakta adalah kejadian atau unsur yang menentukan“.

II.1.2 Bidang Komunikasi

Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut : 1. Komunikasi Sosial ( Social Communication )

2. Komunikasi Organisasi/ Manajemen ( Organization/ Management Communication )

3. Komunikasi Bisnis ( Business Comunication ) 4. Komunikasi Politik ( Political Communication )


(30)

6. Komunikasi Antar Budaya ( Intercultural Communication ) 7. Komunikasi Pembangunan ( Development Communication ) 8. Komunikasi Tradisional ( Traditional Communication ) II.1.3 Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Komunikasi Verbal (verbal communication)

1. Komunikasi lisan (oral communication) 2. Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi Non Verbal (nonverbal communication)

1. Komunikasi kial (gesture/ body communication) 2. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication) II.1.4 Tatanan Komunikasi

Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi pribadi (personal communication)

1) Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) 2. Komunikasi kelompok (group communication)

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a. Ceramah


(31)

b. Forum c. Simposium d. Diskusi panel e. Seminar

f. Curah saran (brainstorming) 2) Komunikasi kelompok besar

(large group communication/ public speaking) 3. Komunikasi massa (mass communication)

1) Komunikasi media massa cetak/pers (printed mass media communication)

a. Surat kabar (daily) b. Majalah (magazine)

4. Komunikasi massa media elektronik (electronic mass media communication)

a. Radio b. Televisi c. Film d. Lain-lain II.1.5 Tujuan Komunikasi

1. Mengubah sikap (to change attitude)

2. Mengubah opini/ pendapat (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behaviour) 4. Mengubah masyarakat (to change the society)


(32)

II.1.6 Fungsi Komunikasi

1. Menginformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertaint) 4. Mempengaruhi (to influence) II.1.7 Teknik Komunikasi

Berdasarkan keteranpilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi informal (informative communication) 2. Komunikasi persuasive (persuasive communication) 3. Komunikasi pervasive (pervasive communication) 4. Komunikasi koersif (coersive communication) 5. Komunikasi instruktif (instructive communication) 6. Hubungan manusiawi (human relations)

II.1.8 Metode Komunikasi

Istilah metode yang berasal dari bahasa Yunani “methods” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara

yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan dan logis. Maka berdasarkan pengertian tersebut metode komunikasi dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Jurnalisme/ Jurnalistik (journalism)

1) Jurnaslisme cetak (printed journalism) 2) Jurnalisme elektronik (electronic journalism)


(33)

b. Jurnalisme televisi (television journalism) 2. Hubungan masyarakat (Public relation)

3. Periklanan (Advertising) 4. Propaganda

5. Perang urat syaraf (psychological warfare) 6. Perpustakaan

II.2 Pengertian Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Banyak defenisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah

kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik).

Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi yang berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa).

Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wraight

(Dalam Ardianto dan Komala, 2004:3), merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara misal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu).

Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh para ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967 dalam Ardianto dan Komala 2004:4) “ massa communication is the technologically and institutionally based production distribution of most broadly shared


(34)

continuos flow of messages in Industrial societies “. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan kontinyunya paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).

Bagi Nabell Jurdi dalam bukunya Reading in Mass Communication (1983 dalam Nurudin, 2003:9) disebutkan “ in mass communication there is no face-to-face contac” (dalam komunikasi massa tidak ada tatap muka antar penerima pesan).

Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988 dalam Nurudin, 2003:11) disebutkan “mass communication is a process where by mass produced messages are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers”. (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara mass tidak sedikit itu disebarluaskan kepada massa penerima pesan yang luas, anonym dan heterogen).

Dalam Effendy (1993:79) yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) ialah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar, yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.

Untuk lebih memhami pengertian komunikasi massa, maka ada ciri-ciri yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi yang lainnya.

Ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut, (Nurudin, 2003:16-30). (1) Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

(2) Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen (3) Pesannya bersifat umum


(35)

(4) Komunikasinya berlangsung satu arah (5) Komunikasi menimbulkan keserempakan

(6) Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknik (7) Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Sedangkan menurut Effendy (1993:81-83), karakteristik dari komunikasi massa yaitu :

a. Komunikasi massa bersifat umum

Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.

b. Komunikasi bersifat heterogen

Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubunganya dengan sifat heterogen komunikan.

c. Media massa menimbulkan keserempakan.

Keserempakan yang dimaksud adalah kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi.

Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non pribadi, karena yang anonim dicapai

oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang


(36)

dengan menggunakan komunikasi massa berlaku dalam satu arah (one way communication), dan ratio output – input sangat besar.

II.2.2 Efek Komunikasi Massa

Schramm dalam bukunya How Communication Works, sebagaimana

dikutip Jean M. Civikly (1974 dalam Wiryanto, 2004) menggolongkan efek komunikasi massa ke dalam efek yang bersifat umum dan efek yang bersifat khusus.

II.2.2.1 Efek Umum

Efek umum menyangkut efek ‘dasar’ yang diramalkan dapat terjadi akibat pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa. Schramm mengemukakan bahwa komunikasi massa telah mengambil alih fungsi komunikasi sosial. Secara umum atau luas, komunikasi melalui media massa telah menciptakan suatu jaringan, yang tanpa itu tidak mungkin tercipta masyarakat modern. Komunikasi massa mempunyai pengaruh yang besar terhadap modernisasi, sebagaimana dikatakan Rostow dalam bukunya Stage of Economic Growth. Ia mengatakan : “ a movement from traditional society through a point of “ take off “ in to a situation of self sustaining growth “.

Efek seperti ini merupakan dasar yang terjadi dari hari ke hari secara terus menerus. Ia tidak dapat dilihat, didengar atau diraba, tetapi ia benar-benar terjadi.

Proses terjadinya efek tersebut bagai berbentuk stalagmite – tetes demi tetes dalam jangka waktu yang cukup panjang. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa terpaan media massa pada waktunya akan menimbulkan perubahan-perubahan yang amat mengejutkan.


(37)

II.2.2.2 Efek Khusus

Efek khusus terutama menyangkut ramalan tentang efek yang diperkirakan

akan timbul pada individu-individu dalam suatu mass audience pada prilaku mereka dalam menerima pesan-pesan media massa. Schramm menyatakan

“ …..kita tidak dapat meramalkan efek pada massa audience. Kita hanya dapat meramalkan efek pada perorangan”. Lembaga komunikasi memang mengembangkan encoding secara kelompok, tetapi setelah dikomunikasikan,

yang terjadi adalah decoding secara perorangan. Pengetahuan tentang efek komunikasi massa menurut Schramm berkisar pada interaksi antara pesan, situasi, kepribadian dan kelompok.

Satu hal yang dapat dikatakan, bahwa karena adanya kombinasi yang berbeda-beda antara situasi, kepribadian dan kelompok di antara anggota suatu mass audience dalam penerimaan pesan, maka jenis efek yang mungkin timbul (the possible effect) akan berbeda-beda pula. Hal ini yang menarik tentang prilaku penerimaan pesan-pesan komunikasi massa adalah menyangkut intensitas perhatian individu-individu terhadap pesan-pesan media yang diperkirakan akan mempengaruhi efek.

Menurut Keith R Stamm dan Jone E Bowes (1990 dalam Nurudin, 2003) membagi efek komunikasi massa dalam dua bagian yaitu : pertama, efek primer dan kedua efek sekunder. Efek primer meliputi terpaan, perhatian dan penerimaan. Efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan prilaku menerima dan memilih.


(38)

Sedangkan menurut Effendy 1993, efek komunikasi massa dapat diklasifikasikan sebagai efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif atau disebut juga efek behavioral.

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung jadi merasa jelas.

Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan, dan sebagainya.

Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, atau mendengar radio, menonton acara televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat dari terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang hingga tertawa terbahak-bahak, sedih sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding dan perasaan yang bergejolak dalam hati misalnya : Perasaan marah, benci, kesal, kecewa dan sebagainya.

Efek konatif atau efek behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan. Dapat dikatakan efek ini berbentuk prilaku. Efek konatif atau efek behavioral ini langsung timbul akibat terpaan media massa, tetapi didahului oleh efek kognitif dan efek afektif.

II.2.3 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi adalah merupakan kebutuhan bagi manusia yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Walaupun dalam mendefinisikan komunikasi setiap orang akan menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda.


(39)

Diantaranya menurut Harold Laswell yang dituliskan pada artikelnya pada tahun 1948 yang berjudul The Structure and Function of Communication in Society, menyajikan suatu model komunikasi berbentuk sederhana, yang didefinisikan sebagai : Siapa (who), Bicara apa (say what), pada saluran apa

(in which channel), kepada siapa (to whom), dan dengan pengaruh apa (with what effect).

Salah satu manfaat berkomunikasi adalah kita mendapatkan banyak informasi tentang sekeliling kita. Ini biasa dikatakan sebagai komunikasi massa. Karena massa merupakan sarana untuk mengaplikasikan komunikasi massa tersebut merupakan sumbangan pemikiran Lasswell dalam kajian teori komunikasi massa adalh identifikasi yang dilakukannya terhadap tiga fungsi dari komunikasi massa. Pertama adalah kemampuan media massa memberikan informasi yang berkaitan dengan informasi di sekeliling kita yang dinamakannya sebagai surveillance. Kedua, kemampuan media massa memberikan berbagai pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat yang dinamakan sebagai fungsi correlation. Ketiga, adalah fungsi media massa dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu

kepada masyarakat, yang dalam terminology Lasswell dinamakan sebagai transmission (Shoemaker dan Resse, 1991:28). Dalam perkembangannya,

Charles Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment, dimana komunikasi massa dipercaya dapat memberi pemenuhan hiburan bagi para konsumen yang dikontrol oleh para produsen (Shomaeker dan Resse,

1991:28). Sedangkan media massa sendiri dipahami lebih sekedar suatu mekanisme yang sederhana sifatnya yang digunakan untuk menyebarkan


(40)

informasi, karena media massa merupakan suatu organisasi yang terdiri dari, media massa berupa media cetak, media elektronik dan lain sebagainya dari suatu susunan yang sangat komplek dan lembaga sosial yang penting dari masyarakat.

Televisi merupakan media elektronik yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap kehidupan masyarakat saat ini. Televisi merupakan bagian

yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dan televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari

(kebanyakan dari bentuk hiburan) dari populasi yang lainnya. Bagi Gebner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan yang demikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi lingkungan

simbolik kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996:254).

Televisi bertambah marak lagi setelah dikembangknnya Direct Broad Satelit (DBS). Perkembangan televisi yang sangat cepat dari waktu ke waktu ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat. Penonton televisi kini lebih selektif dalam memilih salurang yang mereka anggap dapat memuaskan kebutuhan mereka. Jam tayang televisi kini juga makin bertambah. Penerimaan programnya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi.

Komunikasi massa media televisi dalam beberapa bagian yaitu siaran informasi dan pemberitaan, news buletin (berita harian), news magazine (berita berkala), wawancara televisi serta laporan investigasi terhadap suatu kasus.


(41)

Wahyudi (1991) dalam Kuswandi (1996). Pengirim isi pesan melalui komunikasi massa media televisi harus benar-benar menguasai sifat-sifat fisik dan massa dari media massa itu sendiri. Dengan memahami sifat medium yang dipakai maka proses komunikasi akan berjalan efisien dan efektif,

sehingga kemungkinan pesan itu sampai akan semakin besar. Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi memiliki

sifat-sifat yaitu pulisitas, periodesitas, niversalitas, aktualitas dan kontinuitas (Kuswandi, 1996:18).

Sifat komunikasi media massa televisi yang transitory maka : (a) isi pesan yang akan disampaikan harus singkat dan jelas (b) cara penyampaian kata perkata, harus benar

(c) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik

Kesemuanya itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif,

agar pemirsa dapat mengerti arti secara tepat tanpa ada penyimpangan dari pemberitaan yang sebenarnya.

Perkembangan yang pesat dari berbagai isi pesan media televisi kepada khalayak sasaran, melahirkan jurnalistik televisi. Sumber berita, baik peristiwa maupun wawancara pendapat, diliput dengan camera elektronik yang dilengkapi oleh mikrofon, sehingga menghasilkan audiovisual (suara dan gambar). Dalam proses editing, antara visual peritiwa serta visual pendapat, dikombinasikan secara dinamis dan variatif sesuai topik beritanya, kemudian dirangkai dengan naskah yang dibuat reporter sesuai dengan topik liputan. Televisi disamping sebagai media yang menghibur, juga menjadi saluran komunikasi dua arah yang cukup efektif. Berdasarkan “qube system”


(42)

yang diperkenalkan pada tahun 1977 di kota Columbus – Ohio, seseorang bisa mengadakan kontak langsung (secara live) dengan stasiun televisi. Menjawab “quiz show”, menayangkan berbagai macam persoalan, menjawab “polling” yang diadakan televisi, bahkan propagandakan pemirsa dalam memilih anggota parlemen (Kuswandi, 1996:20).

Individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa akan memberikan reaksi terhadap pesan-pesan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Robert K. Avery (Wahyudi,1986:45), sebagai berikut :

a. Selective Attention, masing-masing individu hanya akan memilih program atau berita yang menarik minatnya.

b. Selective Perception, individu yang akan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang diterimanya melalui media massa.

c. Selective Retention, individu hanya akan mengingat hal-hal yang ingin ia ingat.

Dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan melalui media massa, akan diterima oleh individu berdasarkan kepentingan individu itu sendiri kemudian ditafsirkan dan di ingat sesuai dengan kepentingan makna pesan itu bagi individu. Tingginya pengaruh yang dimiliki televisi bagi pemirsa sesuai

dengan pendapat dikemukakan oleh Prof. Dr. Mar’at dari Unpad (dalam Effendy, 1993:192) bahwa acara televisi mempengaruhi sikap, pandangan,

persepsi, perasaan menonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika hal-hal yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah itu bukanlah suatu hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh yang psikologis dari televisi


(43)

ialah seakan-akan menghipnotis penonton. Sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi.

Menurut Effendy, televisi sebagai produk revolusi elektronik abad ke-20 pada pokoknya mempunyai 3 (tiga) fungsi :

1. Fungsi penerapan (the information function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :

a. Immediacy (kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa berlangsung.

b. Realisme (kenyataan)

Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya apa adanya atau sesuai dengan kenyataan secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk dan pandangan mata atau berita yang dibacakan penyiar dilengkapi gambar-gambar yang tentunya factual.

2. Fungsi Pendidikan (the educate function)

Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan

sesuai dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur,


(44)

misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik dan sebagainya. Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan seperti di atas, stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisif mengandung pendidikan. Antara lain acara-acara tersebut adalah acara kuis keluarga, drama, cerdas cermat, dan lain sebagainya.

3. Fungsi Hiburan (the entertainment function)

Sebagai media melayani masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya.

Dari fungsi yang kesemuanya di atas, fungsi menghibur lebih dominan

pada televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

II. 3 Teori S-O-R

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus Organism Response. Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parlov, Shiner dan Hull, dengan mengadakan percobaan pada binatang. Mereka berpendapat bahwa belajar itu merupakan suatu tanggapan dari seseorang terhadap suatu rangsangan yang dihadapinya. Mereka melakukan percobaan terhadap hewan (anjing) dengan memberikan suatu rangsangan, kemudian memberikan hadiah sebagai pemuas kebutuhan untuk tanggapan yang benar dan memberi hukuman (pukulan) untuk tanggapan yang salah. Rangsangan tersebut diulang-ulang sampai


(45)

mendapatkan tanggapan yang sama dan benar terus menerus. Akhirnya akan muncul suatu kebiasaan dan tingkah laku yang kemudian dari sinilah tingkah laku tersebut dipelajari.

Teori S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek materialnya sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Mar’at (Effendy, 1993:253) dalam bukunya “Sikap manusia, perubahan, serta pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 3 Model Teori S-O-R

(Sumber Effendy, 1993 : 254-225)

STIMULUS

Organism :

- Perhatian

- Pengertian

- Penerima


(46)

II.4 Motif Menggunakan Media

Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan, atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia beruat sesuatu. Berbedanya motif seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat kepuasan yang didapat individu dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Ada beberapa motif individu dalam menggunakan media (Ardianto, 2004) yaitu :

1. Kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini timbul karena ada dorongan-dorongan seperti rasa ingin tahu dan penjelasan pada diri sendiri.

2. Kebutuhan afektif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha memperkuat pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dan emosional.

3. Kebutuhan integrasi sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

4. Kebutuhan pribadi secara integrative, yaitu berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, keercayaan stabilitas dan status individual yang diperoleh dari hasrat akan harga diri.


(47)

Kelima motif tersebut yang menjadikan khalyak aktif dalam memilih atau menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Perbedaan motif akan mempengaruhi perbedaan pola khalayak dalam menggunakan media.

II.5 Sikap Manusia Pengertian Sikap

Sikap manusia, atau singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Dalam azwar (1988) yang dikutip oleh Diyakini, Tri dan Hudani (2003:95) definisi-definisi sikap adalah sebagai berikut :

a. Thurstone

Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu efek, baik itu bersifat positif maupun negatif dalam hubungan dengan aspek-aspek psikologis.

b. Kimball Young (1945)

Menyatakan sikap merupakan suatu presdiposisi mental untuk melakukan suatu tindakan.

c. Fishbern dan Ajzen (1975)

Menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu preposisi mental untuk melakukan suatu tindakan.

d. Sherif dan Sherif (1956)

Sikap menentukan keajegan dan kekhasan prilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan dan tingkah laku.


(48)

II.5.1 Komponen Sikap

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, menurut Allport (dalam Mar’at 198) yang dikutip oleh Diyakini, Tri dan Hudani (2003), ada tiga komponen sikap :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tertentu.

2. Komponen Afektif

Yaitu berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimiliki.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.

II.5.2 Fungsi Sikap

Menurut Kalz (1960) dalam (Diyakini, Tri dan Hudani, 2003) ada empat fungsi sikap yaitu :

(1) Utilitarian function : sikap memungkinkan seseorang untuk memperoleh atau memaksimalkan ganjaran (reward) dan

persetujuan dan meminimalkan hukuman. Dengan kata lain, sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian sosial, misalnya seseorang


(49)

dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap sesuatu objek tertentu untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan.

(2) Knowledge function : sikap membantu dalam memahami lingkungan (sebagai skema) dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau yang dijumpai di dunia ini.

(3) Value Expressive function : sikap kadang-kadang mengkomunikasikan nilai dan identitas yang dimiliki seseorang terhadap objek lain.

(4) Ego defenisi function : sika menutup diri, menutupi kesalahan, agresi dan sebagainya dalam rangka mempertahankan diri.

II.6 Pengertian Televisi II.6.1 Sejarah Televisi

Televisi merupakan media massa elektronik yang diciptakan manusia dengan menggunakan prinsip-prinsip radio karena lahir sesudah radio. Istilah televisi terdiri dari 2 kata yakni “tele” dan “visi”, tele berarti jauh dan visi berarti pengelihatan.

Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip radio, sedangkan pengelihatan diwujudkan dengan kamera sehingga menjadi gambar,

baik dalam bentuk gambar hidup, bergerak maupun diam (still pictures).

Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian telah mencapai taraf yang begitu memuaskan bagi manusia seperti sekarang, adalah berkat ditemukannya alat yang disebut iconoscope (“icon” berarti gambar, “scopein” berarti melihat) oleh Vladimir K. Zwaeklyin dari Rusia pada tahun 1920. Iconoscope merupakan alat semacam pistol listrik yang digunakan untuk melakukan perabaan terhadap


(50)

gambar dari suatu objek yang diambil lensa kamera. Segaris demi segaris namun cepat sehingga bagi orang yang melihatnya bagai gambar yang berkesinambungan.

Iconoscope yang berupa lampu terdapat didalam kamera elektronika yang fungsinya mengubah gambar menjadi getaran listrik, kemudian ditransmisikan setelah ditangkap oleh pesawat penerima. Dalam pesawat penerima proses perubahan getaran listrik menjadi gambar yang sama dengan yang diambil kamera dengan alat yang dinamakan kenescipe. Dengan bantuan alat tersebut maka muncullah gambar-gambar dari objek yang diambil kamera.

II.6.2 Sejarah Televisi

Media televisi Indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah, seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat nusantara untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan televisi pertama di Indonesia yang mengudara pada tanggal 19 Agustus 1962 dengan studionya

yang sederhana di kompleks Senayan Jakarta. Dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang dan Negara-negara lain Eropa, Indonesia termasuk negara yang relatif baru dalam bidang televisi. Tetapi bila dibandingkan dengan beberapa negara Asia, seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia sudah terlebih dahulu.

Sampai dengan tahun 1965, TVRI memiliki dua stasiun penyiaran dengan empat stasiun pemancar dan lima stasiun penghubung. Sejak tahun 1973


(51)

sampai dengan tahun 1987, TVRI mengembangkan diri dengan mendapatkan tambahan lima buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dan 11 stasiun penghubung. Di penghujung tahun 1980 tercatat 9 stasiun penyiaran yang dimiliki TVRI dengan dilengkapi 124 stasiun pemancar dan stasiun penghubung.

Pada tanggal 18 Agustus 1988 hadir dunia pertelevisian di Indonesia sebuah stasiun televisi yang dikelola oleh pihak swasta yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kemudian kehadiran RCTI disusul dengan lahirnya Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) pada tanggal 18 Agustus 1990. Siaran yang dikelola dan dipancarkan oleh kedua stasiun televisi swasta ini pada waktu ini belum dapat diterima oleh smua lapisan masyarakat dan hanya ditayangkan di Jakarta dan sekitarnya.

Pada awal tahun 1991 hadir pula stasiun televisi swasta lain dengan mengambil tema pendidikan yaitu, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).

Pada awal berdirinya stasiun televisi ini mengudara secara nasional ini hanya berlangsung pada pagi hingga siang hari.

Dengan hadirnya TVRI, RCTI, SCTV, dan TPI, televisi mengalami

banyak perbaikan dan kemajuan, baik dalam mutu siaran maupun waktu penayangan. Kemudian untuk lebih meningkatkan mutu siarannya maka pertengahan tahun 1993 RCTI mengudara secara nasional dan membangun stasiun transmisi di beberapa kota besar di Indoonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Batam dan lain-lain. Kemudian stasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran ANTV, Indosiar Visual Mandiri, Trans TV, Lativi, Global TV, Metro TV dan diikuti dengan TV One dan DAI TV. Sehingga sampai dengan saat ini telah ada 11 stasiun televisi yang mengudara secara nasional.


(52)

II.6.3 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat dibandingkan media massa lainnya. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik, dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi rasio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman, pesawat televisi juga dapat menghidangkan selain film juga program menarik lainnya.

II.7 Berita Televisi

Berita ialah informasi yag baru, menarik perhatian, mempengaruhi (effect)

orang lain dan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera yang mengikutinya (Robert Tyell). Ada beberapa ungkapan yang sering

digunakan untuk merumuskan apa yang disebut sebagai sebuah berita. Salah satu yang sangat terkenal adalah apa yang ditemukan oleh Jhon B. Bogart, Kepala desk Kota Koran News York Sun. Hampur seabad yang lalu Bogart menemukan kata-kata yang sering dikutip diberbagai kesempatan pembahasan mengenai berita, yaitu :”when a dog bites aman. But when man bites a dog that is news” (“jika ada anjing yang menggigit orang itu biasa. Namun kalau ada orang yang menggigit anjing, itu baru berita”).

Dalam bahasa Inggris berita disebut News, yang dapat diartikan sebagai cerita tentang peristiwa yang dapat dari empat penjuru mata angin yaitu : North (utara), East (timur), West (barat), South (selatan).


(53)

Penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan Levy (1986), menyatakan bahwa berita itu efektif, karena kompetisi antar sumber berita pun semakin tajam. Kebanyakan bukti diperoleh dari hasil eksperimen dan survey menyangkut tentang berita, yang menunjukkan rendahnya daya ingat dan pemahaman, serta dari hasil penelitian pengetahuan masyarakat menyangkut peristiwa dan masalah yang terkandung dalam berita.

Efek yang ditimbulkan adalah berupa tambahan pengetahuan informasi factual waktu pendek : barang kali juga pembentukan cara pandang terhadap gambaran dunia dan masyarakat yang berjangka waktu panjang, serta kerangka berfikir untuk menafsirkan berbagai peristiwa. Berita memiliki kecenderungan

yang normatif dan dirancang atau didayagunakan untuk membentuk dan menunjang nilai-nilai dan pandangan-pandangan tertentu.

Mekanisme efek yang ditimbulkan dari berita adalah hal yang mendorong orang untuk memetik pelajaran dari berita (kemampuannya untuk memberikan informasi) ialah imbalan personal yang muncul karena adanya kepuasan setelah mengetahui informasi menarik dan bermanfaat, juga karena kemampuan sumber berita. Imbalan tersebut dapat berujud meningkatnya partisipasi sosial dan kemungkinan menurunnya rasa ketidak pastian.

Beberapa hal lain yang dikaitkan dengn efek berita dapat disebut sebagai berikut : suplai yang cukup, kemampuan berkomunikasi, hubungan antar pribadi yang mendukung perolehan pengetahuan, keterlibatan dalam pembicaraan menyangkut masalah kemasyarakatan (Dennis McQuail,


(54)

Berita dapat dibagi ke dalam beberapa macam, tergantung dari segi melihatnya, seperti :

1. Sifat kejadian 2. Cakupan isi berita

3. Bentuk penyajian berita (terbgi 2, berita langsung, berita komprehensif dan fetures)

Berita langsung biasanya ditulis dengan gaya piramida terbalik, dimana semua yang dianggap penting diletakkan pada lead atau intro.

Piramida terbalik diperlukan agar khalayak yang biasanya selalu sibuk bekerja tetap bisa mengetahui peristiwa yang terjadi. Gaya piramida terbalik juga memudahkan pada redaktur, produsen atau penyunting untuk mendorong bagian berita kurang penting terletak dibagian bawah.

II.7.1 Unsur-unsur Berita

Ada sejumlah unsur penting yang umumnya ada pada sebuah berita, seperti yang akan kita telaah berikut ini :

1. Baru, kebaruan adalah unsur penting dalam sebuah berita. Karena itu berita dalam bahasa Inggris disebut News (berasal dari kata dasar new alias baru).

2. Penting, unsur penting biasanya dimiliki oleh sebuah kejadian atau keadaan yang bernilai berita. Penting bisa dikaitkan dengan orang yang menyampaikan pernyataan, misalnya sebuah kebijakan baru yang di umumkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyhono, biasanya akan menjadi topik yang hangat dan dibicarakan oleh media massa di negeri ini.


(55)

3. Relevan, relevan disini maksudnya adalah pemirsa merasa mendapatkan sesuatu yang berharga dari berita tersebut sehingga mereka bisa memiliki pemahaman mengenai hal yangdiberitakan, dan tahu bagaimana menyikapi hal tersebut.

4. Menyangkut hajat hidup orang banyak, mengapa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) selau menjadi berita hangat? jawabnya karena berita tersebut menyangkut hajat seluruh masyarkat.

5. Mengandung kebenaran, unsur penting lainnya yang harus dimiliki oleh sebuah berita adalah unsur ketenaran. Artinya, berita tersebut merupakan sebuah kejadian yang faktual, sesuatu yang betul-betul

terjadi, dan bukan fiksi, khayalan atau rekayasa dari si pembuat berita.

6. Permintaan akan berita berasal dari berbagai tempat yang tersebar. Permintaan tersebut berlangsung secara berkesinambungan dan pasti. Berita biasanya diberikan oleh pengirim tanpa tujuan apa-apa, kecuali untuk memenuhi permintaa itu. Namun berita bisa saja berupa propaganda, informasi salah (miss informasi),

dan informasi yang menyimpang (distorsi) atau berita yang tidak informatif.

Berita televisi terdiri dari (Sudirman Tebba, 2005) 1. Gambar

Gambar merupakan unsur pertama dalam berita televisi. Gambar itulah yang menjadi kekuatan berita televisi, karena gambar itu berbicara, bahkan kadang lebih berbicara dari pada naskah


(56)

dan audio. Tetapi gambar televisi harus memiliki sejumlah unsur agar menjadi lebih menarik.

a. Aktualitas

Gambar televisi harus mengandung unsur aktual. Maksudnya gambar yang ditampilkan dalam berita harus aktual atau paling baru, kalau bisa gambar yang belum pernah ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi lain.

b. Gambar

Gambar berita televisi harus sinkron dengan peristiwa yang diinformasikan agar sesuai antara naskah dengan gambar. c. Simbolis

Gambar simbolis berarti bukan gambar yang sesungguhnya, tetapi hanya menggambarkan kejadian yang diberitakan. Ini terjadi karena gambar yang sesungguhnya sulit didapat. Sedangkan kalau berita itu sangat penting, maka harus diusahakan untuk tayang, walaupun gambar yang sinkron dan aktual tersedia.

d. Ilustrasi

Ilustrasi adalah gambar berita yang dibuat atau direkayasa

berdasarkan suatu peristiwa yang memang terjadi, tetapi gambarnya yang aktual, sinkron dan simbolis tidak


(57)

e. Dokumentasi

Dokumentasi gambar ada kalanya diperlukan kalau peristiwa itu sangat penting, sementara tidak tersedianya gambarnya yang aktual, sinkron dan simbolis. Dokumentasi gambar berita televisi ada beberapa macam, seperti : dokumentasi

peristiwa, dokumentasi simbolis, dokumentasi foto, dan dokumentasi profil.

f. Estetika

Gambar berita televisi harus bersifat estetis supaya enak dipandang mata. Estetika meliputi komposisi, fokus dan warna. Tetapi estetika gambar tidak mutlak. Dalam keadaan darurat unsur estetika dapat diabaikan.

2. Naskah

Naskah berita televisi sebagaimana berita pada umumnya juga harus memenuhi unsur 5W+1H (What, Who, Where, When, Why dan How). Dilihat dari bentuk penyajiannya naskah berita televisi terbagi dua (Sudirman Tebba, 2005).

- Naskah Reading adalah berita yang seluruh isinya mulai dari lead sampai tubuhnya dibaca oleh presenter.

- Voice over ialah naskah berita yang lead-nya dibaca presenter, sedangkan tubuhnya di-dubbling, yaitu dibaca dengan direkam oleh orang lain, biasanya reporter atau siapapun yang suaranya cukup baik.


(58)

3. Audio/ suara

Audio tidak kalah pentingya dibanding dengan naskah dan gambarnya, namun jika tidak ada bunyi, maka bisa jadi berita tersebut

tidak jelas maksudnya. Ada dua unsur audio dalam berita televisi (Sudirman Tebba, 2005) yaitu :

- Atmosfir adalah suasana dari suatu peristiwa yang gambarnya diberitakan. Suatu atmosfir sangat penting menyertai suatu gambar, karena tanpa atmosfir sebuah gambar akan hilang rohnya.

- Narasi audio adalah suara reporter, baik berdasarkan naskah

dan suara sumber yang diwawancarai. Naskah ini sangat penting sebab kalau wartawan melaporkan suatu berita

dengan susunan kata yang tidak jelas atau kacau, maka beritanya akan menjadi kabur.


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Daerah yang peneliti pilih adalah di Kelurahan Hamdan Medan yang termasuk dalam Kecamatan Medan. Penduduk Kelurahan Hamdan

seluruhnya warga Negara Indonesia. Kemudian etnis yang paling banyak berdomisili di kelurahan Hamdan adalah etnis jawa.

Kelurahan Hamdan terdiri dari 10 Lingkungan, dan setiap lingkungan dipimpin oleh seorang Kepala Lingkungan (Kepling).

Kantor kelurahan Hamdan terletak di jalan Haji Misbah dengan jumlah pegawai 17 orang.

III.1.1 Batas-batas Kelurahan

Apabila dilihat dari batas-batas Kelurahan Hamdan Medan, maka dapat dituliskan sebagai berikut :

(a) Luas Kelurahan 52.54 Ha. (b) Batas-batas wilayah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kelurahan Kesawan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jati

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kelurahan Aur dan Kelurahan Sukaraja

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kelurahan Madras Hulu dan Kelurahan Jati.


(60)

III.1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Hamdan Medan seluruhnya adalah 9490 jiwa dapat dirinci sebagai berikut :

(a) Jumlah Penduduk Menurut Usia

Tabel 2. Usia Penduduk

No. Golongan Jumlah (Jiwa)

1 0-12 tahun 36

2 01-5 tahun 390

3 6-10 tahun 780

4 11-15 tahun 870

5 16-20 tahun 980

6 21-25 tahun 840

7 26-30 tahun 950

8 31-35 tahun 860

9 36-40 tahun 830

10 41-45 tahun 820

11 46-50 tahun 830

12 51-55 tahun 820

13 56-58 tahun 467

14 > 59 tahun 17

Total 9490


(61)

(b) Mata Pencarian Pokok Penduduk

Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk

No. Mata Pencaharian Penduduk Jumlah (Jiwa)

1 PNS 380

2 Swasta 4350

3 Penarik Becak 450

4 Tukang 315

5 Jasa 590

6 Pensiun 270

Total 6355

Sumber : Buku BPS Kotamadya Medan tahun 2009

Berdasarkan hasil survei yang penulis lakukan maka diketahui bahwa masyarakat di Kelurahan Multatuli Medan, Kecamatan Medan Maimun. Memiliki perekonomian yang cukup mapan, walaupun ada juga yang sebahagian yang perekonomiannya menengah ke bawah.

III.1.3 Karakteristik Penduduk

Apabila dilihat dari karakteristik penduduk maka dapat digolongkan dalam beberapa kategori :

(a) Berdasarkan warga Negara


(62)

(b) Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4. Pendidikan

No. Keterangan Jumlah (Jiwa)

1 Belum Sekolah 156

2 Tidak Pernah Sekolah 35

3 Tamat SD/ Sederajat 1010

4 Tamat SLTP/ Sederajat 1090

5 Tamat SLTA/ Sederajat 2760

6 S-1/ D-3 3850

7 S-2 369

8 S-3 220

Sumber : Buku BPS Kotamadya Medan tahun 2009 (c) Berdasarkan Agama yang dianut

Tabel 5. Agama

No. Agama Jumlah (Jiwa)

1 Islam 4290

2 Protestan 2420

3 Katholik 670

4 Hindu 120

5 Budha 1990


(1)

Tabel Data Mentah Pengaruh Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One Terhadap Sikap Masyarakat

NO.

RE X Y di(x-y) (di)

2

1 51 24 27 729

2 48 24 24 576

3 49 24 25 625

4 54 24 30 900

5 54 24 30 900

6 54 24 30 900

7 54 24 30 900

8 54 24 30 900

9 54 24 30 900

10 54 24 30 900

11 54 24 30 900

12 54 24 30 900

13 54 24 30 900

14 53 24 29 841

15 54 23 31 961

16 53 24 29 841

17 54 24 30 900

18 54 24 30 900

19 54 24 30 900

20 28 16 12 144

21 36 16 20 400

22 18 8 10 100

23 54 24 30 900

24 54 23 31 961

25 42 20 22 484

26 34 12 22 484

27 53 24 29 841

28 54 24 30 900

29 54 24 30 900

30 49 24 25 625

31 54 24 30 900

32 54 23 31 961

33 39 17 22 484

34 36 16 20 400

35 52 24 28 784

36 36 22 14 196

37 48 24 24 576

38 54 23 31 961

39 53 23 30 900

40 32 16 16 256

41 45 24 21 441


(2)

43 54 23 31 961

44 50 22 28 784

45 51 24 27 729

46 50 24 26 676

47 54 24 30 900

48 45 24 21 441

49 48 24 24 576

50 54 24 30 900

51 54 24 30 900

52 51 23 28 784

53 48 23 25 625

54 38 17 21 441

55 54 24 30 900

56 45 23 22 484

57 54 23 31 961

58 52 23 29 841

59 51 23 28 784

60 52 23 29 841

61 54 23 31 961

62 53 23 30 900

63 50 24 26 676

64 54 24 30 900

65 50 19 31 961

66 45 24 21 441

67 48 24 24 576

68 54 24 30 900

69 54 24 30 900

70 51 23 28 784

71 48 23 25 625

72 38 17 21 441

73 54 24 30 900

74 45 23 22 484

75 54 23 31 961

76 53 24 29 841

77 54 24 30 900

78 54 24 30 900

79 49 24 25 625

80 54 24 30 900

81 54 23 31 961

82 39 17 22 484

83 36 16 20 400

84 52 24 28 784

85 36 22 14 196

86 48 24 24 576

87 54 23 31 961

88 53 23 30 900

89 48 24 24 576

90 49 24 25 625

91 54 24 30 900

92 54 24 30 900


(3)

93 54 24 30 900

94 54 24 30 900

95 54 24 30 900

96 54 24 30 900

97 54 24 30 900

98 54 24 30 900


(4)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 0 1 2 2 2 1 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 4 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 5 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 6 1 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 7 1 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 8 1 1 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 9 1 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 0 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 4 2 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 5 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 6 1 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 7 1 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 8 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 9 1 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 0 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 2 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 1 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 5 1 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 6 1 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 3 2 1 1 2 1 1 2 2 2 7 1 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 8 1 3 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 9 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 1 3 1 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 1 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 5 1 1 2 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 2 1 1 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 7 1 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 8 1 2 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 9 2 2 3 1 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 0 2 1 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2

NO. Nomor Item

RE Karakteristik Responden Variabel Bebas Variabel Terikat


(5)

4 1 2 3 2 2 4 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 1 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 1 2 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 1 2 2 1 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 5 2 1 1 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 6 2 2 2 1 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 7 1 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 8 1 1 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 9 1 1 2 1 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 0 1 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 1 1 3 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 2 1 3 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2

5 3 1 2 1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3

5 4 1 2 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 5 5 1 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 6 2 1 2 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 5 7 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 5 8 1 1 1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 5 9 1 3 1 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6 0 1 2 2 1 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6 1 1 2 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6 2 1 1 1 1 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 6 3 2 3 1 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 4 1 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

6 5 1 2 3 1 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2

6 6 1 1 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 7 1 1 2 1 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 8 1 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 9 1 3 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 7 0 1 3 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 7 1 1 2 1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 7 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 7 3 1 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 7 4 2 1 2 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 7 5 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2


(6)

7 6 1 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

7 7 1 3 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

7 8 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

7 9 1 3 1 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

8 0 1 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

8 1 1 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

8 2 2 3 1 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2

8 3 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

8 4 1 1 2 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

8 5 2 1 1 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3

8 6 1 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

8 7 1 2 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

8 8 2 2 3 1 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

8 9 1 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 0 2 1 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 1 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 3 1 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 4 1 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 5 1 1 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 6 1 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 7 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 8 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 9 1 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3


Dokumen yang terkait

Tayangan The Golden Ways dan Motivasi Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan The Golden Ways di Metro TV terhadap Peningkatan Motivasi Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area)

0 45 118

Tayangan Koper Dan Ransel Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa FISIP-USU)

0 39 124

Tayangan Mata Kamera dan Sikap Kepedulian Masyarakat Pada lingkungan (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Mata Kamera di TV One Terhadap Sikap Kepeduliaan Masyarakat Pada Lingkungan di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan)

0 27 123

Strategi Banquet Departemen Dalam Meningkatkan Pendapatan Di JW Marriot Hotel Medan

10 86 50

Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” Di Metro Tv Dan Konsep Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” di Metro TV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa FISIP USU)

2 38 89

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI (Studi Deskritif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan di Program Berita Liputan 6 Siang di SCTV).

0 3 73

SIKAP MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN SINETRON ISLAM KTP (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Sinetron Islam KTP Berdasarkan Tingkat Pendidikan).

0 0 77

ROKOK BOM BUNUH DIRI doc

0 0 9

PANDANGAN KEAGAMAAN PELAKU BOM BUNUH DIRI DI INDONESIA

0 0 24

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG - SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI (Studi Deskritif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Kekerasan di Program Berita Liputan 6 Siang di SCTV)

0 0 18