commit to user
B. Rumusan Masalah
Apa saja perbandingan antara film Sang Pencerah 2010 karya sutradara Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai 2013karya sutradara Rako Prijanto
dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memperbandingkan antara film Sang Pencerah 2010 karya sutradara Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai 2013karya sutradara Rako Prijanto
dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi di bidang penelitian komunikasi khususnya kajian analisis isi tentang nilai-nilai patriotisme dalam film yang selama ini
jarang dilakukan sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian yang serupa yang dapat memperkaya pembahasan masalah ini.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para sineas perfilman Indonesia untuk lebih menciptakan film yang berkualitas dan bermanfaat
dengan menggambarkan nilai-nilai yang kian hilang dan luntur dalam diri masyarakat Indonesia terutama yang terkait dengan nilai-nilai patriotisme.
commit to user
Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia semakin mempunyai semangat patriotisme yang tinggi
dengan mencontoh para pahlawan dari kalangan ulama Islam yang telah berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia.
E. Tinjauan Pustaka
1. Nilai-Nilai Patriotisme
Indonesia sudah mengalami kemerdekaan berpuluh-puluh tahun. Namun masih banyak orang yang menganggap kemerdekaan hanyalah bagian
dari sejarah bangsa Indonesia dan tak mempunyai arti apa-apa. Namun bagi yang mempunyai semangat cinta tanah air apalagi yang pernah
terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, kemerdekaan mempunyai arti dan pengaruh yang luar biasa dalam hidup
mereka. Demi memperjuangkan kemerdekaan banyak orang yang telah berani mengorbankan nyawa, harta maupun keluarga mereka.
Segenap perjuangan
dilakukan oleh
para pahlawan-pahlawan
kemerdekaan Indonesia dari jaman kerajaan hingga pergerakan nasional modern yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo yang diikuti oleh
lahirnya organisasi lain seperti Serikat Dagang Islam,Serikat Islam dan Muhammadiyah. Seluruh rakyat yang mendambakan kemerdekaan dari
berbagai daerah di Indonesia ini bersatu padu bersama-sama melawan penjajah. Setelah melewati proses dan perjuangan yang sangat panjang
commit to user
yaitu 350 tahun melawan penjajahan Belanda dan 3,5 tahun melawan penjajahan Jepang, Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Namun bahkan setelah perjuangan yang panjang untuk mendapatkan kemerdekaan, Indonesia kembali diserang
oleh tentara sekutu pasca memproklamirkan kemerdekaan. Salah satu pertempuran yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia
adalah peristiwa Surabaya. Pertempuran tersebut adalah perang pertama pasukan
Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat
dalamsejarah revolusi nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
14
Semua perjuangan demi kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak lepas dari sosok para pahlawan yang telah dengan jiwa patriotiknya melawan
penjajah demi memerdekakan negeri ini. Nilai-nilai patriotisme yang dimiliki para pahlawan itulah yang membawa Indonesia ke gerbang
kemerdekaan. Dengan sikap patriotisme, para pahlawan tidak gentar menghadapi musuh dan dapat memperoleh kemerdekaan.
Patriotisme sering diidentikan dengan perang dan pertumpahan darah. Hal tersebut tidaklah salah, namun patriotisme secara luas dapat
diwujudkan tidak hanya dengan terjun ke medan perang namun juga melalui pemikiran-pemikiran. Patriotisme bukan hanya merupakan usaha
14
Rizki Wijanarko, Sejarah Pertempuran Surabaya 10 November1945, diakses dari http:ujpunj2012.blogspot.com201212sejarah-pertempuran-surabaya-10.html pada 13
November 2014 pukul 11.32 WIB.
commit to user
pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara. Namun juga merupakan upaya untuk
serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang
yang menyusun bangsa tersebut.
Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = patris = tanah air, artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan
bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi
kesejahteraannya.
15
Secara awam, patrioti sme berasal dari kata “patriot”
dan “isme” yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan. Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela
berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan tersebut dapat berupa pengorbanan harta, benda, keluarga, jiwa dan raga.
16
Menurut Kamus Besar Bahasa IndonesiaKBBI patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan
dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.
17
Sementara dalam InternationalEnsyclopedia of Government and Politic, patriotisme
diartikan sebagai suatu kebaikan budi luhur yang mendorong kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk berkorban bagi kesejahteraan
15
Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid V, Jakarta : Elsevier Publishing Project,1984.
16
Retno Listyarti dan Setiadi, Pendidikan Kewarganegaraan; untuk SMK dan MAK kelas X, Jakarta: Erlangga,2008, hal 36.
17
H. Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta :Balai Pustaka,2007,hal 837.
commit to user
negara dan tanah tumpah darah seseorang.
18
Patriotisme didasari oleh kebaikan atau budi luhur yang dimiliki seseorang. Kebaikan yang
dimiliki inilah yang mendorong seseorang untuk berkorban dengan penuh keberanian dan pantang menyerah demi kesejahteraan tanah
airnya.
Philips Cafaro mengungkapkan bahwa walau bagaimanapun, seorang patriot akan membela dan mempertaruhkan nyawanya demi bangsa dan
negaranya. “A patriot is particularly concerned to defend his own country
and countrymen and women, and promote their well-being and interests. He might condemn an imperialistic war between two
foreign countries and boycott the aggressor country’s goods. But he will risk his life to defend his own country from attack. A
patriot might condemn the exploitation of poor laborers in third- world sweatshops, and sign a petition asking Nike to change. But
she will care more about poor people in her own community and
spend some of her own valuable time to improve their lives.”
19
Seorang patriot sangat mengutamakan untuk membela negara dan bangsanya sendiri, dan meningkatkan kesejahteraan serta kepentingan
bangsanya. Dia mungkin mengutuk sebuah perang imperialisme antara dua negara asing dan memboikot barang-barang dari negara penyerang.
Tapi dia akan mempertaruhkan hidupnya untuk membela negaranya sendiri dari serangan. Seorang patriot mungkin akan mengutuk
eksploitasi buruh miskin di sweetshop dunia ketiga dan menandatangani
18
Pengertian Patriotisme dalam International Ensyclopedia of Government and Politic, Vol.2, New Delhi: S. Chand Company Ltd, , hal 951.
19
Philips Cafaro, Patriotism as an Environmental Virtue, Journal of Agricultural and Environmental Ethics Volume 23, Issue 1-2,2010, pp 185-206.
commit to user
petisi meminta Nike untuk menggantinya. Akan tetapi dia akan sangat peduli pada orang miskin di kelompoknya sendiri dan menghabiskan
waktu berharganya untuk meningkatkan kehidupan orang-orang miskin tersebut.
Simpson menyebutkan patriotisme setidaknya memiliki 3 unsur yaitu cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya dan kesediaan
untuk melayani dengan tujuan untuk bagaimana mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri.
20
Cinta tanah air digambarkan dengan bagaimana seseorang berani dan rela untuk melakukan
pengorbanan demi tanah air. Keinginan untuk menyejahterakan dan kesediaan
untuk melayani
digambarkan dengan
bagaimana seseorangpeduli dengan kesejahteraan bangsanya dan kerelaan mengabdi
demi mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri .
Patriotisme mencakup kebaikan budi luhur kewarganegaraan seperti kepercayaan diri, prinsip yang teguh, penghormatan, pelayanan
pengabdian dan bukan untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh John F. Kennedy, President Amerika Serikat
melalui kata-katanya dalam sambutan pelantikannya pada tahun 1961 : “Jangan tanya apa yang negara berikan kepadamu tapi tanyakan
apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu.”
21
20
Carolyn Simpson, The Value of Patriotism, New York :Rosen -Rosen, 1993.
21
Ibid.
commit to user
Menurut sejarah, patriotisme berkembang pesat sejakabad ke 16 ketika Niccolo Machiavelli, seorang negarawan Italiadan ahli filsafat politis
mengumumkan bahwa ia lebih mencintai negerinya daripada keselamatan jiwanya sendiri disaat kebanyakan orang memberikan
kesetiaan paling tinggi pada gereja.
22
Staub menyatakan patriotisme sebagai bentuk keterikatan attachment seseorang pada kelompoknya suku, bangsa, agama, partai politik dan
sebagainya. Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya pada suatu kelompok sosial untuk
selanjutnya menjadi loyal.
23
Staub juga membagi patriotisme dalam dua bagian yaitu blind patriotisme atau patriotisme buta dan constructive patriotism atau
patriotisme konstruktif.
24
Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah keterikatan pada negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan segala
sesuatu , loyal dan tidak toleran terhadap kritik. “ Blind patriotism is defined as an attachment to country
characterized by unquestioning positif evaluation, staunch allegiance, and intolerance of critism.”
25
22
International Encyclopedia of Government and Public
23
Staub E Schatz, R.T, Manifestations of blind and constructive patriotism : personality correlates and individual group relations. Dalam Bar-Tal, danielStaub, Ervin ed Patriotism-in
the lives of individuals nations, Chicago: Nelson –hall Publisher, 1997.
24
Ibid.
25
Bar-Tal, The monopolization of patriotism, Dalam Bar-Tal, DanielStaub, Ervin ed Patriotism-in the lives of individuals nations,Chicago: Nelson
–hall Publisher, 1997.
commit to user
Contoh dari patriotisme buta bisa kita lihat pada yang terjadi di Jerman oleh Nazi. Orang yang tak bersalah yang berseberangan pandangan
politik dengan pemimpinnya atau yang memberikan kritik dibantai habis- habisan atas nama patriotisme. Patriotisme buta inilah yang disadari Bar-
Tal sebagai pemicu awal lahirnya totaliterisme atau chauvimisme.
Sementara patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah keterikatan pada bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya
pertanyaan dan kritik dari anggotanya terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna
mencapai kesejahteraan bersama. “Constuctive patriotism is defined as an attachment to country
characterized by support for questioning and critism of current group practices that are intended to result in positive change.”
26
Patriotisme konstruktif memiliki dua faktor penting yaitu mencintai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Patriotisme konstruktif tetap
menuntut kesetiaan dan kecintaan anggota rakyat pada kelompoknya bangsa, namun dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan.
Ciri khas patriotisme konstruktif yaitu adanya toleransi untuk menerima kritik dan evaluasi dari anggotanya. Kritik dan evaluasi inilah yang
mengawal agar kelompoknya tetap pada jalur yang benar.
26
Schatz, R.T, Staub, E., Lavine, H, On the varieties of national attachment : Constructive patriotism. Artikel, Journal of Political Psychology, Vol. 20, No.1, 1999.
commit to user
Eyal Lewin kemudian membagi lagi patriotisme konstruktif menjadi dua bagian yaitu patriotisme konstruktif politik dan patriotisme konstruktif
moral. “It follows that the distinction between two forms of patriotm, blind
and constructive, might not be enough, and it is therefore suggested that cases of constructive patriotism be sorted into two different
groups: a Political constructive patriotism: a patriotic action in which
criticism is involved yet is based on an underlying motivation that has nothing to do with issues of ethics or morality.
b Moral constructive patriotism: a patriotic action in which criticism is involved, revealing passion for values of justice and
fairness.
”
27
Patriotisme konstruktif politik didefinisikan sebagai patriotisme yang tetap menerima kritikan namun berdasar pada motivasi dasar bahwa tidak
ada yang bisa dilakukan pada isu-isu susila dan moralitas. Sedangkan patriotisme konstruktif moral diartikan sebagai patriotisme yang
menerima kritikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Staub dan Bar- tal menghimbau dalam bukunya “Patriotism-in the lives of
individuals and nations ” untuk mempopulerkan dimensi patriotisme yang
semestinya lebih merasuk yaitu constructive patriotism.
28
Patriotisme konstruktif selayaknya lebih merasuk dalam jiwa kita karena patriotisme
konstruktif tetap mencintai dan loyal pada bangsanya dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yaitu toleran terhadap kritik. Tidak seperti
27
Eyal Lewin, Constructive Patriotism in Wartime, Open Journal of Political Science 2013. Vol.3, No.4, 2013, pp. 107-112.
28
Bar-Tal, loc.cit.
commit to user
patriotisme buta yang tidak toleran terhadap kritik dan pada akhirnya akan mengarah pada chauvimisme atau totaliterisme yang justru dapat
merusak bangsa kita. Dalam penelitian ini, patriotisme yang digunakan lebih mengarah pada patriotisme konstruktif.
Dari berbagai definisi diatas, secara umum patriotisme yang lebih mengacu pada patriotisme konstruktif dapat diartikan sebagai perasaan
cinta dan loyal pada tanah air serta keinginan untuk menyejahterakan tanah air yang diwujudkan melalui sikap berani, percaya pada
kemampuan diri, setia kawan sosial, pantang menyerah dan rela mengorbankan segala-galanya untuk tanah air namun tetap toleran pada
kritik dan masukan.Seseorang yang mempunyai jiwa patriotisme akan melakukan berbagai cara demi kesejahteraan tanah airnya. Ia akan
berjuang dengan gagah berani dan rela mengorbankan apa yang ia miliki untuk tanah airnya. Ia tidak akan menyerah, ia tidak memikirkan tentang
nasibnya apakah ia menderita atau bahagia asalkan ia dapat menolong sesama dan membuat tanah airnya sejahtera. Dan sebagai patriot yang
baik, ia akan melakukan semua itu dengan penuh percaya diri namun tetap menghormati orang lain dengan tetap toleran terhadap kritik dan
evaluasi.
Sementara itu, nilai diartikan sebagai sesuatu yang berharga, baik menurut standar logika benar atau salah, estetika baik atau buruk,
etika adil atau tidak adil, agama dosa atau tidak serta menjadi acuan
commit to user
dari sistem atas keyakinan diri maupun kehidupan.
29
Santayana menyatakan bahwa nilai merupakan sebuah prinsip perspektif dalam
ilmu, tidak lebih kecil dari kebenaran dalam hidup.
30
Sedangkan menurut Djahiri 1999 nilai adalah harga, makna isi dan pesan, semangat atau
jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori sehingga bermakna
secara fungsional.
Disini, nilai
difungsikan untuk
mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang karena nilai dijadikan standar perilaku.
31
Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat tarik beberapa poin nilai-nilai patriotisme yakni :
a. Keberanian
Mencintai dan menjaga kesetiaan untuk tanah air tentunya membutuhkan perjuangan untuk membuktikannya. Memperjuangkan
tanah air dan mampu menghadapi apapun yang menganggu kesejahteraan tanah airnya memerlukan sebuah keberanian. Pekerjaan
– pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan
pekerjaan dan tantangan itu. Sebab tantangan dan pekerjaan yang besar itu selalu menyimpan resiko.
29
Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta, 2007, hal 27-28.
30
Henry Hazlitt, Dasar-Dasar Moralitas. Yogyakarta:PustakaPelajar, 2003, hal 205.
31
A. Kosasih Djahiri, Menelusuri Dunia Afektif; Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung : Lap Pengajaran PMP-IKIP Bandung, 1999, hal 30
commit to user
Menurut Peter
Irons keberanian
adalah suatu
tindakan memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu
menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena percaya kebenarannya. Sedangkan menurut Paul Findley keberanian
adalah suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang dianggap benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan,
kesakitan, dan lain-lain.
32
“The conquering of fear is the beginning of wisdom”, kemampuan menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan
Aristoteles. Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang
sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi
dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya. Komentar Bennet mengenai kutipan Aristoteles diatas : “Kita menjadi
pemberani dengan melakukan tindakan berani” . “Tidak setiap orang akan memiliki keberanian yang sejati.” Keberanian sejati dapat
diartikan sebagai sikap siap sedia untuk dikoreksi apabila berbuat salah dan siap menerima kebenaran meskipun dari orang yang
memiliki kedudukan lebih rendah dalam Kris :2012.
33
32
Peter Irons, Keberanian Mereka yang Berpendirian,Bandung : Angkasa,2003
33
Ibid.
commit to user
Pada intinya keberanian merupakan kekuatan dari dalam jiwa seseorang untuk melakukan tugas baik berupa tindakan maupun
perkataan demi kebenaran dan kebaikan atau untuk mencegah suatu keburukan dan menyadari serta menerima segala resiko yang mungkin
akan terjadi.
b. Rela Berkorban
Salah satu kunci patriotisme adalah kesediaan diri untuk berkorban. Bersedia memberikan segala-galanya untuk kemakmuran tanah air
merupakan penggambaran dari mencintai tanah air. Seperti yang ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI patriotisme
adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah
air.
34
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk
orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri.Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,
keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan nyawanya sendiri. Rela berkorban artinya kesediaan untuk mengalami
penderitaan atau siksaan demi kepentingan atau kebahagiaan orang
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Op.Cit, hal 837
commit to user
lain maupun orang banyak.
35
Seorang patriot akan mengorbankan semua yang dimilikinya tersebut demi orang lain, demi rakyat, demi
kesejahteraan negaranya.
c. Pantang Menyerah
Seorang patriot boleh saja gagal, boleh salah,boleh saja mendapat hambatan dan musibah. Namun ia tak boleh kalah. Ia harus bertahan
menghadapi segala masalah dan hambatan. Jika gagal ia harus bangkit berjuang kembali untuk memperoleh keberhasilannya. Ia harus
pantang menyerah menghadapi ancaman dan kegagalan.
Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain
dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah gagal
sebelumnya. Seseorang yang pantang menyerah senantiasa berusaha memberi jawaban atas tantangan yang dihadapi.
36
Walaupun ia menerima hambatan mapun siksaan baik secara fisik ataupun batin, ia
tetap tidak akan menyerah. Pantang merupakan sikap bertahan untuk tetap melakukan apa yang diinginkan walaupun menghadapi
kegagalan, hambatan dan rintangan.
d. Kesetiakawanan Sosial
35
Anis Matta, Mancari Pahlawan Indonesia, Jakarta:Tarbawi Center,2004, hal 61.
36
Ibid.
commit to user
Kesetiakawanan sosial merupakan salah satu nilai yang melandasi terbentuknya patriotisme dalam diri seseorang. Kesetiakawanan sosial
merupakan nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan
tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan,
kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan.
Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas, empati dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang lain atau
egois
37
. Solidaritas adalah kata lain dari kasih, yang menggerakkan kaki, tangan, hati dan seluruh kepribadian manusia. Tujuan dari
solidaritas adalah berbagi kehidupan dengan sesama yang menderita,dan
menolong kebangkitannya
untuk memperoleh
kebebasan, keadilan, dan hak serta martabatnya.
38
Sedangkan definisi empati secara sederhana merujuk pada sikap dan perasaan yang
merasakan dan memahami kondisi emosi orang lain. Rogers menawarkan dua konsepsi dari empati. Pertama, melihat kerangka
berpikir internal orang lain secara akurat dengan komponen- komponen yang saling berhubungan. Kedua, dalam memahami orang
lain tersebut, individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain
37
Darmadi, KesetiakawananTetapDiperlukan. http : www.suaramerdeka.com edisi 20 Desember 2004, diakses 20 Oktober 2014 pukul 11:56 WIB.
38
I. SandyawanSumardi, Melawan Stigma Melalui Pendidikan Alternatif, Jakarta: PT. Grasindo, 2005, hal 87.
commit to user
sehingga bisa merasakan dan memahami orang lain tersebut. Empati adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain
dan menghayati pengalaman tersebut serta untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Dengan kata lain empati merupakan
kemampuan untuk menghayati perasaan dan emosi orang lain.
39
Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki seseorang atau sebuah komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya
sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan
sosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain.
40
e. Percaya Diri
Seseorang tidak akan mampu mempertahankan dan menyejahterakan tanah airnya jika ia tidak mempunyai rasa percaya diri karena percaya
diri merupakan landasan atau dorongan dalam diri seseorang untuk berani melakukan sesuatu. Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa
manusia bahwa dirinya mampu dan bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri itu lahir dari
39
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan :Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Alih Bahasa Isti widayanti, Jakarta, Erlangga, 1991, hal 53.
40
Darmadi, loc.cit.
commit to user
kesadaran bahwa jika memutuskan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan.
41
Pengalaman akan menjadi nyata ketika individu membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan demikian individu akan
bertingkah laku menurut apa yang dirasakan nya benar sehingga individu tersebut dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu
situasi dengan sangat baik dalam arti memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri.
Dengan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri seorang patriot tidak akan ragu untuk melangkahkan kaki membela tanah
airnya. Dia akan dengan lantang mengemukakan pendapatnya, tidak peduli itu akan mengundang bahaya pada dirinya atu tidak.
f. Toleransi
Toleransi merupakan ciri dari patriotisme konstruktif yang semestinya lebih merasuk dalam diri sebuah bangsa. Tidak hanya mencintai dan
loyal terhadap tanah airnya tanpa melihat cara yang digunakan benar atau salah, namun patriotisme konstruktif tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan yang menjaganya agar tetap berada di jalur yang benar. Salah satunya yaitu toleran terhadap kritik dan evaluasi
yang dilakukan oleh anggotanya.
41
Fasikhah, S.S, Peranan Kompetensi Sosial pada TL Koping Remaja Akhir,http:fpsikologi.wisnuwardhana.ac.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=12
Itemid=11 diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 12:45 WIB.
commit to user
Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tollerare yang artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain dan
berhati lapang terhadap orang – orang yang mempunyai pendapat
yang berbeda.
42
Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan dan penghargaan berbagai bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah
kerukunan dalam perbedaan.
43
Seorang patriot harus mempunyai toleransi yang tinggi demi menjaga kesatuan dan persatuan
bangsanya. Ia harus toleran terhadap kritik dan evaluasi dari anggotanya agar perjuangan yang ia lakukan tetap berada di jalur yang
benar.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat vital dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap
individu emiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu- individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk
tetap hidup. Komunikasi juga dikatakan sebagai proses sosial yang mendasar karena setiap manusia baik yang primitif maupun yang modern
42
Ahmad Masykur, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,elcom.umy.ac.idelschoolmuallimin_muhammadiyahfile.php1materiPPKn
TOLERANSI.pdf
43
Ibid.
commit to user
berkeinginan mepertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi.
44
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya
berbagi Stuart,1983.
45
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi sharing process.Menurut Schramm saat berkomunikasi manusia sedang
berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan dan berbagi informasi, ide atau sikap dengan seseorang.
46
Schramm menjelaskannya melalui contoh sebagai berikut :
“Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide
bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian
pemahaman yang sama ter
hadap pesan tertentu”
47
Dari definisi yang disampaikan Schramm tampak bahwa menurutnya konunikasi akan berlangsung efektif bila masing-masing pihak yaitu
komunikan dan komunikator memberi pengertian yang sama pada pesan komunikasi.
44
Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosdakarya,2002, hal 1.
45
Dani Vardiansyah,Pengantar Ilmu Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia,2004, hal 3.
46
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta: Media Pressindo,2006, hal 2-3.
47
Ibid.
commit to user
Pakar komunikasi lainnya, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi
merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu
kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain.
48
Banyak sekali definisi komunikasi dan relatif mudah dipahami. Namun dalam pelaksanaannya sulit dipahami terutama bila yang terlibat
komunikasi memiliki referensi berbeda atau bila komunikasi hanya berjalan satu arah. Tentunya untuk membentuk persamaan tidaklah
mudah. Namun Harrold Lasswel dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?”.
49
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :
a. Komunikator communicator, source, sender
b. Pesan message
c. Media channel, media
d. Komunikan communicant, communicatee, receiver, recipient
48
Ibid, hal 5
49
Onong Uchjana Effendy, loc.cit.
commit to user
e. Efek effect, impact, influence
Menurut paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
Dari berbagai definisi dapat dikatakan bahwa inti dari komunikasi adalah proses penyampaian pesan. Pesan komunikasi disampaikan melalui
berbagai cara. Berdasarkan kode yang digunakan, komunikasi dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan non
verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata- kata
baik lisan
maupun tulisan.
Melalui kata-kata
mereka mengungkapkan
perasaan, emosi,
pemikiran atau
gagasan, menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan, berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal bahasa memiliki peranan yang sangat penting.
50
Contoh dari komunikasi verbal ini adalah surat dan percakapan dialog.
Sementara itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata.
51
Menurut Larry A. Simovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua
rangsangan kecuali rangsangan verbal, dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial
50
Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta : Kanisius,2003, hal 22.
51
Ibid, hal 26.
commit to user
bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja maupun tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa
komunikasi secara keseluruhan. Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.
52
Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda sign, tindakan atau perbuatanaction
atau obyek.
53
Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi
pikiran, kehendak, dan sikap orang merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal. Tindakan atau perbuatan juga dapat
menggantikan kata-kata misalnya menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menghalangi seseorang lewat saat ia sedang
mngejar orang lain, menggebrak meja dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, bentuk komunikasi yang digunakan adalah komunikasi verbal yang berupa dialog atau percakapan dan komunikasi
non verbal atau perilaku yang berupa tindakan dan bahasa tubuh.
3. Teori Produksi Pesan
Teori produksi pesan menjelaskan bagaimana kita menciptakan apa yang kita tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain, lalu proses verbal
apa yang terlibat didalamnya, untuk apa dan dengan cara apa pesan diproduksi untuk berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana perbedaan
52
Larry A. Simovardan Richard E. Porter, Intercultural Communication: A Reader, California: Wandsworth Publishing Company, 1985
53
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Graha Ilmu, 2009,hal 81
commit to user
budaya mempengaruhi proses produksi pesan. Mekanisme budaya apa yang mempengaruhi produksi pesan.
54
Little John dalam bukunya menyebutkan beberapa teori yang termasuk dalam teori-teori produksi pesan. Salah satunya adalah teori
konstruktivisme yang menjelaskan tentang produksi pesan yang dipengaruhi oleh sistem kognitif individu.
Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh
Jesse Delia dan rekan –rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme
menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut
kategori konseptual
dari pikiran.
Realitas tidak
menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivist melakukan
pendekatan pemahaman produksi pesan dimulai dari sistem kognitif individu.
55
George Keely menegaskan cara pandang pemahaman pribadi seseorang dilakukan dengan pengelompokan peristiwa menurut
persamaan dan perbedaannya. Perbedaan ini menjadi dasar penilaian
54
Stephen W Foss Littlejohn, Karen A, Theories of Human Communication, 8
th
edition, USA: Thomson Wadsworth,2005, hal 15
55
Katherine Miller, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. Boston: McGraw-Hill,2005, hal 105
commit to user
ihwal sistem kognitif individual yang besifat pribadi dan karenanya berbeda dengan konstruksi sosial. Aliran ini meyakini bahwa sistem
kognitif individu berkembang kompleks. Individu yang cerdas secara kognitif dapat membuat banyak perbedaan dalam satu situasi
dibanding orang yang secara kognitif lemah. Inilah yang disebut differensiasi kognitif. Differensiasi ini mempengaruhi bagaimana
pesan menjadi kompleks.
56
Delia dan koleganya kemudian menegaskan hubungan antara kompleksitas kognitif dengan tujuan dari pesan. Pesan sederhana
hanya memiliki satu tujuan sementara pesan kompleks memiliki banyak tujuan. Dalam komunikasi antarpersona pesan-pesan
sederhana berupaya mencapai keinginan satu pihak saja tanpa mempertimbangkan keinginan orang lain. Sementara pesan
kompleks dirancang memenuhi kebutuhan orang lain. Pada pesan kompleks
inilah komunikasi
antarpersona dapat
tercipta. Konstruksionisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi
yang berpusat pada orang komunikasi berbasis diri dan differensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan.
Selain kompleksitas kognitif, komponen utama yang lain dari teori konstruktivist melibatkan pesan yang dihasilkan. Sekali lagi,
beberapa teori dasar constructivis propositions menginformasikan
56
Ardianto, Op.Cit, hal 158.
commit to user
tentang fitur komunikasi. Teori Bernstein 1975 menyatakan bahwa individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi
kehidupannya sendiri dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam hidupnya. Individu yang berbasis subjek akan menggunakan
elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan, dari sudut pandang orang lain. Sebaliknya, individu berbasis posisi akan
menggunakan kode-kode terbatas yang mengikuti aturan dan norma- norma situasi kutural tertentu.
57
Komunikasi berbasis diri adalah model komunikasi yang memeriksa proses lahirnya pesan berdasarkan orientasi diri. Menurut teori
kalangan konstruktivits, pesan- pesan berbasis diri merefleksikan kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif serta aspek relasional
dalam konteks komunikasi. Sebuah pesan berbasis ”diri” merupakan suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian
atas situasi yang mungkin dan mengarah pada tujuan yang beragam.
Selanjutnya kaum konstruktivis merumuskan tingkatan bagaimana sebuah pesan bisa berbasis ”diri” melalui pengkodean respons buka-
tutup. Dalam menganalisis pesan ini, para peneliti akan menanyakan produksi pesan berbasiskan situasi tertentu misalnya, bagaimana
membuat nyaman seorang teman yang baru mengalami keretakan hubungan dengan kekasihnya, berbicara dengan orang tua hingga
57
Katherine Miller, Op.Cit, hal 107.
commit to user
terlelap. Pesan-pesan ini kemudian dikodekan dengan menggunakan sistem pengkodean tertentu secara hierarkis yang kemudian
dikembangkan untuk pesan dalam situasi spesifik.
58
Asumsi dasar teori ini adalah hubungan yang terbentuk dalam sebuah kelompok sosial akan mempengaruhi jenis pembicaraan yang
digunakan oleh kelompok itu. Prinsip dasar konstruktivisme adalah tindakan ditentukan oleh konstruk diri juga sekaligus konstruk
lingkungan luar diri. Komunikasi pun demikian, ditentukan oleh diri di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini dikemukakan teori
Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person adalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, pada dirinya terdapat
atribut sosial budaya masyarakatnya. Self adalah diri yang ditentukan oleh pemikiran khasnya di tengah pengaruh sosial budaya
masyarakatnya.
59
Pembagian konsep diri ini diperlukan untuk memahami konteks komunikasi interaksi. Konsep diri menurut West Lynn H. Turner
adalah seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Prinsip konstruksivisme menyatakan
bahwa situasi emosi atau alasan merupakan konstruksi dari situasi yang mempengaruhi individu. Misalnya emosi bukanlah reaksi yang
muncul begitu saja. Emosi dimaknai dan dikemukakan sesuai dengan
58
Ardianto, Op.Cit, hal 160.
59
Ibid.
commit to user
aturan yang sudah dipelajari dalam interaksi sosial dengan orang lain. Faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri
adalah konsep tentang tujuan. Setiap individu dalam interaksinya selalu berusaha untuk memanajemen tujuan. Tujuan itu bisa bersifat
instrumental seperti mengajak atau memberitahukan seseorang dan relasional mendukung penampilan seseorang, menunjukkan pesona
diri.
60
4. Komunikasi Massa
Komunikasi tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Dengan komunikasi manusia mampu melakukan pertukaran informasi dan juga
mempengaruhi seseorang. Di jaman sekarang ini, berkomunikasi dengan beberapa bahkan jutaan manusia secara serempak di dunia bukanlah hal
yang sulit. Berbagai media dapat dijadikan sebagai saluran untuk melakukan komunikasi ke khalayak luas atau biasa disebut komunikasi
massa.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni :
Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people komunikasi massa adalah
60
West Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 penerjemah : Maria Natalia,Jakarta: Penerbit Salemba Humainika,2008,hal 101.
commit to user
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
61
Definisi lain diungkapkan oleh Gebner yaitu komunikasi massa merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan
lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
62
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang
menggunakan media massa.
Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik yang dikemukakan oleh para ahli seperti menurut Wright, komunikasi dapat dibedakan dari
corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu:
a. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim
Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, relatif besar dan anonim. Artinya komunikan komunikasi massa berjumlah relatif
besar, mempunyai heterogenitas komposisi yang terdiri dari berbagai kelompok dalam masyarakat dan tidak saling mengenal satu sama lain
serta tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
61
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1991 , hal 188.
62
Ibid.
commit to user
b. Pesan disampaikan secara terbuka
Pesan komunikasi massa yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang atau sekelompok orang tertentu namun disampaikan terbuka
untuk khalayak yang plural.
c. Pesan diterima secara serentak pada waktu yang sama dan bersifat
sekilas khusus untuk media elektronik
Pesan yang diterima oleh komunikan diterima secara serentak artinya khalayak bisa menerima pesan tersebut dalam waktu yang hampir
bersamaan. Untuk media elektronik pesan bersifat hanya sekilas.
d. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang
kompleks yang melibatkan biaya besar.
63
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, melainkan kumpulan orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan
bekerjasama satu sama lain dalam sebuah lembaga atau organisasi yang menggunakan biaya besar.
Selain karakteristik komunikasi massa yang telah disebutkan, penting juga untuk mengetahui fungsi komunikasi massa. Menurut Dr. Harold D
Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai berikut :
64
63
Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung :Simbosa Rekatama Media,2007, hal 4.
commit to user
a. The surveillance of the environtment Pengawasan Lingkungan
Artinya media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan atau pemberi informasi pada masyarakat luas.
b. The correlation of parts of society in responding to the environtment
Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan Tindakan
korelasi meliputi
interpretasi informasi
mengenai lingkungan dan pemakaiannnya untuk berperilaku dalamreaksinya
terhadap peritiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial atau
propaganda. Editorial
dapat dikatakan
sebagai pertanggungjawaban atas berita-berita yang dipilih dandisajikan,
tanggungjawab atas komitmen terhadap pembangunan masyarakat. Hal ini berhubungan dengan fungsi editorial, yakni: pertama,
memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya lebih efektif, atau dengan perkataan lain memberikan bimbingan
kepada masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat. Kedua, memberikan penjelasan kepada
pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga, mengajak pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu
terlanjur menjadi pendapat utama public opinion. c.
The tranmission of the social heritage from one generation to the next transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya
64
Darwanto S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: PustakaPelajat, 2007, hal 32- 33
commit to user
Transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi, pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau
dari anggota-anggota satu kelompok kepada pendatang baru. Umumnya kita sering menyebutnya sebagai fungsi pendidikan.
5. Film
Film merupakan media komunikasi massa dengar pandang audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan menggunakan bahan
baku selluloid dalam berbagai ukuran melalui proses kimiawi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan
sistem proyeksi mekanik.
65
Dalam perkembangannya, film diartikan sebagai rekaman gambar dan atau objek gambar bergerak, lukisan dan
suara menggunakan film, video tape, video disket yang dapat dipertunjukkan.
66
Film awalnya dikenal dengan nama bio-scope secara harfiah diterjemahkan sebagai gambar hidup.
67
Pertama kali dipertunjukkan di Paris pada tahun 1895 oleh Auguste dan Louis
Lumiere di Grand Café, Boulevard des Capucienes. Dari sinilah kemudian gambar hidup yang dikemudian hari dan seterusnya dikenal
dengan sebutan film, menyebar ke seluruh dunia. Tahun 1986 menyebar ke London Inggris, St. Petersburg Rusia dan Bombay India. Tahun
65
Budi Sampurno, Peranan Badan Sensor Film dalam Ikut Menjaga Wajah Wanita dalam Film, dalam Jurnal Media Massa dan Wanita, Proyek Studi Gender dan Pembangunan Fisip UI dan
UND Fund for Women UNIFEM, 1992, hal 80.
66
Ibid.
67
Yan Widjaya, “Sekilas Sejarah Film Indonesia 1900 – 2007”, dalam majalah Cinemags 100
November,2007, hal 95.
commit to user
berikutnya di Jepang, pada awal abad ke-20 di Indonesia, tahun 1903 di Korea dan tahun 1905 di Italia.
68
Menurut McQuail, film merupakan media yang memiliki kelebihan selain informatif dan jangkauan luas juga punya sisi seni dan
hiburan.
69
James Monaco dalam How to Read a Film menyatakan bahwa film bisa dilihat dari tiga kategori. Sebagai Cinema dilihat dari segi
estetika dan sinematografi, Film hubungannya dengan hal di luar film, seperti sosial dan politik, dan movies sebagai barang dagangan. Film
sebagai film merupakan fungsi kritik sosial, namun kita masih sering menduelkan antara cinema sebagai art dan movies sebagai
komersiil.
70
Di Indonesia, film mempunyai fungsi mulia sesuai yang tercantum dalam Mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 bahwa
film : “….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat
pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat
menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional, membina nation dan character building
mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”
71
68
Haris Jauhari ed, Layar Perak tahun : 90 Tahun Bioskop di Indonesia Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1992, hal 11.
69
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Vol1, Jakarta: Salemba Humanika,2011, hal 14.
70
Eric Sasono, Benarkah Film Indonesia Langka akan Kritik Sosial, Kompas, 17 Juli 2005
71
Ekky Al-Malaky, loc.cit.
commit to user
Menurut beberapa teori film, film merupakan arsip sosial yang dapat menangkap jiwa zaman zeitgeist masyarakat saat itu.
72
Jika fungsi dan teori ini berjalan dengan baik, maka dalam setiap film yang dibuat akan
menampilkan identitas kultural bangsa, yakni kehidupan sosial, agama, suku dan kelas ekonomi bangsa Indonesia tiap zaman.
a. Struktur Film
Secara fisik sebuah film dapat dilihat satu persatu hingga menjadi tiga unsur yatu
73
: 1
Shot Merupakan proses pengambilan gambar dengan bingkai dan
teknik kamera tertentu dalam sekali pengambilan gambar. 2
Scene Merupakan satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi tema dan karakter. Scene dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai adegan. Satu scene terdiri dari beberapa shot.
3 Sequence
Merupakan segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Dalam bahasa Indonesia disebut babak,
dimana satu sequence tersusun dari beberapa scene yang saling berkaitan.
72
Ekky Imanjaya, loc.cit.
73
Pratista Himawan, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian,2008, hal 29-30.
commit to user
b. Penokohan dalam Film
Penokohan dalam sebuah cerita dapat disebut juga perwatakan atau karakterisasi. Suban membagi tokoh atau karakter berdasarkan
kedudukannya ke dalam tiga bagian
74
:
1 Karakter Utama Main Character
Karakter atau tokoh utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian
pemirsa.
2 Karakter Pendukung Secondary Character
Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-
kadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama.
3 Karakter Figuran Incedental Character
Karakter ini diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan
figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif. Karakter figuran ini biasanya
hanya tampil di beberapa adegan saja.
74
Fred Suban, Yuk...Nulis :Skenario Sinetron, Panduan Menjadi Penulis SkenarioSinetron Jempolan, Jakarta : Gramedia, 2009, hal 68.
commit to user
6. Film sebagai Media Komunikasi Massa
Film adalah salah satu media massa yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari komunikator produser kepada komunikan penonton. Dalam
menyampaikan pesan, film tidak bisa berdiri sendiri sebagai media yang benar-benar netral. Film mempunyai kekuatan untuk mengkontruksi
pesan lewat bahasa audio visual.
75
Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peran penting di dalam sosial kultural, artistik, politik dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film
dalam usaha pembelajaran masyarakat ini sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan untuk menarik
perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film mempunyai kemampuan mengantarkan pesan secara unik.
76
Film tidak lagi dimaknai sekedar karya seni tetapi sebagai praktik sosial
Tumer,1991 serta komunikasi massa Jowett and Linton, 1981.
77
Sebuah film sebagai produk kesenian maupun sebagai medium adalah suatu cara untuk berkomunikasi. Dalam sebuahfilm ada pesan yang ingin
dikomunikasikan pada penonton dalam konteksnya sebagai media komunikasi massa. Dalam film, cara komunikasinya adalah bertutur.
Film mengandung unsur tema, cerita dan tokoh yang dikemas dalam
75
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, ed : RemaKaryanti., Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung:PT Remaja Rosdakarya,,2007, hal 137.
76
Dennis Mc Quail, Mass Communication Theoris,London: Sage Publications,,1994
77
Budi Irawanto, Film, Idiologi, dan Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia,Yogyakarta:Media Pressindo,1999
commit to user
unsur format audio visual yang pada akhirnya mengkomunikasikan sebuah pesan baik secara eksplisit maupun implisit. Menurut David
Bardwell, cara bertutur ini adalah penghadiran kembali kenyataan dengan makna yang lebih luas.
78
Media film merupakan salah satu media massa dimana media massa mempunyai karakter yang mampu menjangkau massa dalam jumlah
besar dan luas.
79
McLuhan membagi media dalam dua jenis, yaitu media panas dan media dingin. Media panas adalah media yang tidak menuntut
perhatian besar dari pendengar,pembaca dan penonton media yang bersangkutan. Sedangkan media dingin merupakan media yang
membutuhkan partisipasi yang cukup besar.
80
Film adalah contoh media panas. Ketika seseorang menonton film, tidak ada upaya keras untuk
menerima dan memahami pesan dari media tersebut, tidak membutuhkan daya imajinasi dan film dapat menyampaikan simbol-simbol di
dalamnya. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga
bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan
hiburan.
81
78
David Bardwell, Narration in The Fiction Film, Wisconsin : The University of Wisconsin Press, 1985, hal xi.
79
Morrisan,Andy Corry, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa,Bogor:Ghalia Indonesia, 2010
80
Ibid,hal 37.
81
McQuail,Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Humanika,1996
commit to user
De Fleur dan Dennis Malvin mengatakan bahwa film di sisi produksi dapat dikatakan sebagai wahana untuk menuangkan ekspresi yang dapat
mempengaruhi atau menghibur. Bahkan sebuah film dapat dijadikan sebagai media penyampaian pernyataan politik dan sosial. Dalam
pembuatan film, pembuat film mengemas film sehingga mampu untuk menarik penerima pesan secara emosional, bahkan sebuah film dalam
mencapai tujuan tersebut mengambil realitas masyarakat sebagai yang diyakini sebagai “kebenaran” untuk menjadi landasan film.
82
Dalam model komunikasi Jakobson, dapat dilihat bahwa sebuah film mengandung unsur komunikasi karena selain terkait dengan aktor utama
komunikasi yaitu addresser dalam hal ini pembuat film dan addressedalam hal ini penonton, dapat juga dilihat bahwa film
memiliki pesan tersendiri, baik berupa pesan tentang nilai-nilai patriotisme, pesan moral ataupun hal lainnya.
Bagan 1.1 Model Komunikasi Jakobson
83
Context Message Addresser -------------------------------------------------------------- Adresse
Contact Code
82
Edward Jay Whetmore, Media, Form, Content and Consequence of Mass Communication, California: Wardsworth Publishing Company, 1989, hal 229.
83
John Fiske, Introduction to Mass Communication Studies, London,: Routledge, 1990, hal 35.
commit to user
Dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh sebuah film, terdapat pesan yang ingin dikirimkan antara pembuat dengan penonton. Pesan
yang dikirimkan tersebut dalam konteks komunikasi Jakobson adalah massage pesan. Dalam penelitian ini pesan yang ingin dilihat adalah
bagaimana sebuah film membawa pesan-pesan yang tampak mengenai nilai-nilai patriotisme.
7. Analisis Isi
Secara umum ada dua bentuk aliran paradigma dalam studi isi. Pertama aliran transmisi. Aliran ini melihat komunikasi sebagai bentuk
pengiriman pesan yang statis. Asumsi dari aliran ini adalah adanya hubungan satu arah dari media kepada khalayak. Kata kunci dari aliran
ini adalah pesan message yang merupakan isi yang statis bentuk seperti yang disampaikan oleh pengirim.Kedua, aliran produksi dan
pertukaran makna. Aliran ini melihat komunikasi sebagai proses penyebaran pengiriman dan penerimaan. Yang dilihat dalam aliran ini
bukan bagaimana seseorang mengirimkan pesan, tapi bagaimana masing- masing pihak yang terlibat dalam proses komununikasi dapat
memproduksi dan saling bertukar makna. Kata kunci dalam aliran ini adalah makna meaning. Makna bukanlah isi yang statis melainkan
produk konstruksi dan interaksi antara si pengirim dan penerima.
84
84
John Fiske, loc.cit
commit to user
Pesan adalah apa yang terlihat dapat didengar, dirasakan atau dibaca. Karena pesan adalah sesuatu yang terlihat secara langsung, maka
penelitian dari aliran transmisi pada dasarnya adalah menghitung dan mengukur. Sedangkan makna adalah apa yang tersirat bersifat laten,
tidak dapat dilihat atau didengar secara langsung, maka penelitian dari aliran produksi dan pertukaran makna pada dasarnya adalah menafsirkan.
Teknik analisis isi kuantitatif terlahir dari aliran transmisi. Pada analisis isi kuantitatif yang menjadi pusat perhatian peneliti adalah menghitung
dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi dari teks. Barelson mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang
dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak.
85
Sedangkan menurut Holsti, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara
objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan.
86
Secara umum analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik
penelitian ilmiah yang ditujukan untuk megidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel
dan dapat direplika.Objektif artinya penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya tanpa adanya
campur tangan peneliti. Penelitian menghilangkan bias, keberpihakan atau kecenderungan tertentu dari peneliti. Sistematis artinya semua
85
Bernar Barelson, Content Analysis in Communication Research,New York : The Free Press, 1952, hal 18.
86
Ole R. Holsti, Content Analysis for the Social Science and Humanities. Massachusetts: Addison-Westley Publishing,1969, hal 14.
commit to user
tahapan dalam proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan sistematis. Dan replikabel berarti penelitian dengan temuan tertentu dapat
diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula.
Holsti mengemukakan tiga fungsi analisis isi yaitu
87
:
a. Menggambarkan karakteristik pesan
b. Membuat kesimpulan penyebab dari suatu pesan proses encoding
c. Menarik kesimpulan mengenai efek dari komunikasi
Penelitian ini berfokus pada fungsi analisis Holsti yaitu menggambarkan karakteristik pesan. Analisis di sini dipakai untuk menjawab pertanyaan
“what,to whom, dan how”. Pertanyaaan “what” berkaitan dengan penggunaan analisis isi untuk menjawab pertanyaan mengenai apa isi
dari suatu pesan, tren dan perbedaan antara pesan dari komunikator yang berbeda. Pertanyaan “to whom” dipakai untuk menguji hipotesis
mengenai isi pesan yang ditujukan pada khalayak yang berbeda. Sementara “how” terutama berkaitan dengan penggunaan analisis isi
untuk menggambarkan bentuk dan teknik-teknik pesan. Penelitian ini menggunakan analisis isi untuk menjawab pertanyaan “what” tentang
perbedaan antara pesan dari komunikator yang berbeda.
Dilihat dari pendekatannya, analisis isi dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar yaitu analisis isi deskriptif, eksplanatif dan prediktif.
88
Analisis isi
87
Ibid.
commit to user
deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan
secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu atau
menguji hubungan antar variabel.
89
Pendekatan analisis isi lainnya yaitu analisis isi eksplanatif. Dalam
analisis isi eksplanatif, terdapat pengujian hipotesis tertentu dan juga mencoba membuat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.
Analisis ini tidak hanya sebatas menggambarkan secara deskriptif isi dari suatu pesan tetapi juga mencari hubungan antara pesan ini dan variabel
lain.
90
Pendekatan analisis isi yang ketiga yaitu analisis isi prediktif. Analisis
ini berusaha untuk memprediksi hasil seperti yang tertangkap dalam analisis isi dengan variabel lain.
91
Peneliti tidak hanya menggunakan variabel lain diluar analisis isi, tetapi juga menggunakan hasil penelitian
dari metode lain seperti survey dan eksperimen. Data dari dua hasil penelitian tersebut analisis isi dan metode lain dihubungkan dan dicari
keterkaitannya.
92
88
Eriyanto, Analisis Isi Pendekatan Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hal 46.
89
Ibid, hal 47.
90
Ibid, hal 49.
91
Kimberly A. Neuendorf, The Content Analysis Guidebook, Thousand Oaks: Sage Publications,2002, hal 55.
92
Eriyanto, op.cit, hal 53.
commit to user
Menurut Krippendof, analisis isi menempati kedudukan yang penting diantara metodologi penelitian lainnya karena kemampuan yang
dimilikinya. Pertama, ia mampu menerima komunikasi simbolik yang relatif tidak terstruktur sebagai data dan kedua, ia mampu menganalisis
gejala yang tak teramati melalui medium data yang berkaitan dengan data tersebut.
93
“in content analysis, units may be single words or longer text segments, photographic images, minutes of video recordings, scene
in fictional television programs, web pages, utterance, distinc meaning to analyze
.” Dalam analisis isi, unit analisis bisa berupa kata-kata tunggal atau teks
dalam segmen yang lebih panjang, gambar foto, durasi dalam rekaman video, adegan dalam program fiksi televisi, halaman web,ungkapan yang
memiliki arti berbeda untuk dianalisis.
94
Sejumlah ahli merumuskan beberapa jenis unit analisis dalam analisis isi. Holsti 1969 dan Budd, Thorp dan Donohew1971 mengidentifikasikan
ada dua jenis unit analisis penting dalam analisis isi yaitu unit pencatatan dan unit konteks. Weber 1994 hanya mengidentifikasi satu jenis unit
analisis yakni unit pencatatan. Sementara Riffe et al. 1998 dan Kripendorff 2004 mengidentifikasi unit analisis lain selain unit analisis
pencatatan dan unit konteks yaitu unit sampel.
95
93
Klaus Krippendorf, Analisis Isi :Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Rajawali Press,1991, hal 35.
94
Ibid, hal 220.
95
Eriyanto, op.cit, hal 60.
commit to user
Secara umum dari berbagai unit analisis yang ada dalam analisis isi dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni unit sampel sampling unit, unit
pencatatan recording unit dan unit konteks context unit. Unit sampel adalah unit yang dipilih oleh peneliti untuk didalami. Unit ini ditentukan
oleh topik dan tujuan riset yang menentukan isi apa yang akan diteliti dan yang tidak diteliti. Unit pencatatan berkaitan dengan bagian apa dari isi
yang akan dicatat, dihitung dan dianalisis. Sementara unit konteks adalah konteks apa yang diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi
arti pada hasil pencatatan.
96
Unit pencatatan adalah unit yang paling penting dalam analisis isi. Setidaknya ada lima jenis unit pencatatan lihat Riffe et al.,1998 dan
Krippendorff, 2004 yaitu :
a. Unit Fisik
Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik ini sangat tergantung
dari jenis teks. Untuk film atau televisi, ukuran fisik ini dapat berupa waktu durasi.
97
96
Eriyanto, op.cit, hal 61-64.
97
Eriyanto, op.cit,hal 64.
commit to user
b. Unit Tematik
Unit tematik lebih melihat tema pembicaraan dari suatu teks. Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “ teks
berbicara tentang apa atau mengenai apa”. Unit ini seperti yang dikatakan Holsti 1969:116 juga memungkinkan peneliti
melihat kecenderungan, sikap dan kepercayaan dari suatu teks.
98
c. Unit Referensial
Weber menyebut unit referensial ini sebagai “word sense” yakni kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud dan merujuk pada
sesuatu yang sama.
99
Sedangkan Krippendorff menyebut unit referensial ini sebagai unit kategoris.
100
Kata-kata yang mirip, sepadan atau punya arti dan maksud yang sama dicatat sebagai
satu kesatuan.
d. Unit Sintaksis
Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan elemen atau bagian bahasa dari suatu isi. Elemen bahasa ini tergantung dari
jenis teks. Untuk bahasa tertulis unit bahasa ini dapat berupa kata, kalimat atau anak kalimat. Untuk bahasa gambar dapat berupa
98
Eriyanto, op.cit, hal 84.
99
Robert Phillip Weber, Basic Content Analysis. International Hanbooks of Quantitative Applications in the Soscial Science, Vol 6. London : Sage Publications, 1994, hal 264.
100
Klaus Krippendorff,Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, Thousan Oaks: Sage Publications,1980, hal 105.
commit to user
potongan adegan, gambar dan sebagainya. Dalam unit sintaksis cara yang digunakan adalah menghitung frekuensi dari unit
baha sa seperti berapa kali kata “teroris” muncul dalam suatu
teks.
101
e. Unit Proporsional
Unit proporsional adalah unit analisis yang menggunakan pernyataan proposisi yang menghubungkan dan mempertautkan
satu kalimat dan kalimat lain dan menyimpulkan pernyataan yang terbentuk dari rangkaian antar kalimat ini.
102
8. Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian mengenai metode analisis isi kuantitatif yang digunakan dalam mengkaji aspek pesan komunikasi di bidang ilmu
komunikasi. Di UNS sendiri telah banyak peneliti yang menggunakan analisis isi untuk mengkaji berbagai media seperti koran, majalah, iklan
dan tayangan televisi. Namun di UNS masih jarang bahkan peneliti belum menemukan penelitian komunikasi yang menggunakan metode
analisis isi kuantitatif untuk meneliti film. Penelitian film di UNS biasanya menggunakan analisis semiotika dan wacana. Alasan ini yang
membuat peneliti terdorong untuk melakukan penelitian film dengan metode analisis isi kuantitatif.
101
Eriyanto, op.cit, hal 71.
102
Eriyanto, op.cit, hal 80
commit to user
Penelitian analisis isi di komunikasi UNS kebanyakan didominasi oleh penelitian pada media cetak dan tayangan televisi. Salah satu penelitian
media elektronik yang menggunakan analisis isi kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan oleh Gembong Triantoro 2012 dengan judul
Perbandingan Pesan Moral dalam Sinetron Studi Perbandingan Analisis Isi Pesan Moral dalam Sinetron Sampean Muslim di MNC TV
dan Binar bening Berlian di RCTI periode Desember 2011. Penelitian tersebut menganalisis perbedaan isi dalam dua sinetron yang ditayangkan
oleh dua stasiun berbeda yaitu Sinetron Sampean Muslim di MNC TVdan Binar bening Berliandi RCTI selama periode Desember 2011. Sample
yang digunakan yaitu 10 episode pada masing-masing sinetron yang tayang selama bulan Desember 2011. Unit analisis yang digunakan
berupa sikap dan kata-kata yang ada dalam scene. Sikap dan ucapan yang mengandung pesan moral diperinci kedalam 9 kategori yaitu
sabar,jujur,sopan, rendah hati, taat beribadah, tawakkal, penolong, takwa dan penyesalan. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan
frekuensi pesan moral dari kedua sinetron.
103
Objek penelitian Gembong hampir sama dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti yaitu dua buah media elektronik, meskipun peneliti
menggunakan media film dan penelitian Gembong menggunakan media sinetron di televisi. Namun jika penelitian Gembong dimaksudkan untuk
103
GembongTriantoro, Skripsi “Perbandingan Pesan Moral dalam Sinetron Studi Perbandingan Analisis Isi Pesan Moral dalam Sinetron Sampean Muslim di MNC TV dan Binar bening Berlian
di RCTI periode Desember 2011 ”, Surakarta,2012, hal viii
commit to user
menguji hipotesis tentang adanya perbedaan dari kedua sinetron, peneliti lebih memilih untuk menggunakan pendekatan deskriptif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan tanpa adanya maksud untuk melakukan uji hipotesis seperti yang dilakukan dalam penelitian milik Gembong
Triantoro 2011.
Penelitian lain tentang analisis isi yang juga mengkaji film sebagai objek penelitiannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal
Fahmi 2014 dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Dimensi-Dimensi Kekerasan dalam Film Fast and Furious
Analisis Isi pada Film Fast and Furious 6”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan eksplanatif dengan hasil hipotesis diterima yang menyatakan bahwa terdapat kekerasan dengan berbagai dimensi di
film Fast and Farious 6. Dimensi-dimensi kekerasan tersebut antara lain bentuk kekerasan, tokoh pelaku kekerasan, tokoh korban kekerasan,
gender pelaku kekerasan, gender korban kekerasan, efek kekerasan, motif kekerasan dan sumber kekerasan. Dari penelitian inilah peneliti
menggunakan dimensi pelaku selain nilai-nilai patriotisme karena melihat dimensi ini berperan penting untuk melihat siapa tokoh yang
paling dominan menampilkan nilai-nilai patriotisme dalam film.
Selain dua penelitian tersebut, penelitian internasional yang dilakukan Srividya Ramasubramanian 2005 dari Departemen Komunikasi Texas
AM University dengan judul “A Content Analysis of The Portrayal of
commit to user
India in Films Produced in West ”
104
juga mengkaji film dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif yang meneliti kapan,dimana dan bagaimana India dan masyarakat India digambarkan dalam film-film Barat dari tahun
1993-2005. Dari populasi sebanyak 125 film diambil 24 film sebagai sampel dengan cara random sampling. Unit analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah scene dan karakter dalam film yaitu 1.016 scene dan 421 karakter. Unit scene dianalisis melalui dua kategori yaitu
environmental variables dan socio-cultural variable. Environmental variables atau variabel lingkungan terdiri dari iklim,polusi,pemandangan
sekitar, moda transportasi dan kehadiran burung atau binatang. Socio- cultural variables atau variabel-variabel sosial-budaya terdiri dari agama,
aktivitas saat senggang, status wanita dan kemiskinan. Sedangkan untuk unit karakter dianalisis melalui kategori peran, gender, ras, pekerjaan,
kelas, tempat tinggal dan bahasa. Hasil dari penelitian ini yaitu polusi,panas, suasana pedesaan, transportasi tradisional,dan ritual
kegamaan lebih sering ditampilkan dalam adegan yang dilakukan di India daripada di Barat. Sementara dalam level karakter, kemiskinan, pekerjaan
tradisional dan berbicara bahasa Inggris dengan logat yang kental juga lebih sering ditampilkan dalam adegan yang dilakukan di India daripada
di Barat. Seperti yang digunakan dalam penelitian tersebut, peneliti juga
104
Srividya Ramasubramanian, “A Content Analysis of The Portrayal of India in Films Produced
in West”. The Howard Journal of Communicatios, 16:243-265, 2005, http:people.tamu.edu~srivinewindexResearch_filesRamasubramanian_2005_HJoC.pdf,
diakses 15 November 2014 pukul 22:48 WIB.
commit to user
memilih untuk menggunakan pendekatan deskriptif untuk menganalisis nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film Sang Pencerah
2010 dan Sang Kiai 2013.
commit to user
F. Kerangka Pemikiran
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
Film Sang Kiai 2013
Deskripsi Sinopsis,Tema dan Adegan
Nilai-Nilai Patriotisme :
1. Keberanian
2. Rela Berkorban
3. Pantang
Menyerah 4.
Kesetiakawanan Sosial
5. PercayaDiri
6. Toleransi
Tokoh Pelaku Patriotisme:
1. Utama
2. Pendukung
3. Figuran
4. Utama dan
Pendukung 5.
Utama dan Figuran
6. Pendukung dan
Figuran Potongan Adegan yang
Menampilkan Nilai-Nilai Patriotisme dalam Film
Sang Pencerah 2010
Hasil Analisis Hasil Analisis
Perbandingan Analisis Isi PesanNilai- Nilai Patriotisme dalam Film Sang
Kiai2013 dan Film Sang Pencerah 2010
Film Sang Pencerah 2010
Deskripsi Sinopsis,Tema dan Adegan
Potongan Adegan yang Menampilkan Nilai-Nilai
Patriotisme dalam Film Sang Kiai 2013
Nilai-Nilai Patriotisme :
1. Keberanian
2. Rela Berkorban
3. Pantang
Menyerah 4.
Kesetiakawanan Sosial
5. PercayaDiri
6. Toleransi
Tokoh Pelaku Patriotisme:
1. Utama
2. Pendukung
3. Figuran
4. Utama dan
Pendukung 5.
Utama dan Figuran
6. Pendukung dan
Figuran
commit to user
G. Definisi Konseptual