PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM.

(1)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sudah merdeka bertahun-tahun lamanya. Berbagai upaya dan pengorbanan telah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia. Upaya tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat, satu atau dua tahun, namun upaya mencapai kemerdekaan merupakan sebuah proses perjuangan panjang yang telah terlihat sejak jaman kerajaan hingga dimulainya pergerakan nasional modern pada tahun 1908 yang ditandai dengan lahirnya organisasi Budi Utomo.1

Pergerakan nasional dimaksudkan sebagai perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat hidup bangsa indonesia yang disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan masyarakat yang ada. Budi Utomo yang lahir pada 20 Mei 1908 merupakan awal perjuangan pergerakan nasional modern yang kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi lain seperti Serikat Dagang Islam dan Muhammadiyah pada tahun 1912. Organisasi-organisasi ini berjuang untuk memperbaiki kondisi masyarakat

1

G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20 dariKebangkitanNasionalSampaiLinggarjati, (Yogyakarta: Kanisius,1989), hal 27.


(2)

commit to user

Indonesia yang saat itu terpuruk akibat penjajahan Belanda selama ratusan tahun. 2

Perjuangan rakyat Indonesia tak hanya sampai pada pergerakan nasional saja. Perjuangan fisik melalui perlawanan perang juga telah dilakukan para pejuang dalam upaya memproklamirkan kemerdekaan. Perjuangan yang pantang menyerah akhirnya membuahkan hasil dan Indonesia berhasil memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 di rumah Soekarno, jalan Pegangsaan Timur nomor 56.3 Namun setelah memproklamirkan kemerdekaan, para pejuang masih harus berperang melawan tentara Sekutu dan Belanda yang masih ingin menjajah Indonesia. Pertempuran Surabaya menjadi awal pergolakan perang melawan penjajah tersebut. Para pejuang arek-arek Suroboyo di bawah komando Bung Tomo berperang dan mempertaruhkan seluruh jiwa raga mereka untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Begitupun yang terjadi di daerah lain yang berjuang melawan penjajah dengan segenap jiwa raga.

Setelah melewati perlawanan dan perjuangan yang panjang akhirnya perjuangan kemerdekaan berakhir dengan ditandatanganinya naskah pengakuan penyerahan dan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Belanda secara formal mengakui kemerdekaan Indonesia dan mengakui kedaulatan penuh suatu negara Indonesia di wilayah bekas

2 Ibid. 3


(3)

commit to user

jajahan mereka Hindia Belanda.4 Dengan begitu, bangsa Indonesia sukses dalam perjuangannya dengan mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Kesuksesan memperoleh kemerdekaan Indonesia tidak diperoleh sebagai hadiah melainkan diperoleh melalui proses perjuangan yang panjang dengan penuh keyakinan, semangat keberanian, pantang menyerah dan pengorbanan. Demi tercapainya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat, para pejuang rela mengorbankan harta, kesehatan, keluarga dan bahkan nyawa mereka. Mereka pantang menyerah pada keadaan dan penjajah yang berusaha menguasai Indonesia.

Begitu besar pengorbanan dan perjuangan para pahlawan Indonesia dalam meraih kemerdekaan negara ini. Semangat dan jiwa kepahlawanan mereka harusnya dapat dicontoh oleh generasi sekarang ini. Namun setelah menikmati kemerdekaan selama 69 tahun tampaknya banyak dari rakyat Indonesia yang terlena dan lupa dengan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan Indonesia untuk dapat memberikan kemerdekaan seperti yang mereka nikmati saat ini. Saat ini justru tindakan-tindakan yang merugikan negara yang marak terjadi di dalam negeri ini. Korupsi dan narkoba yang merusak negeri kian merajalela. Menurut ICW (Indonesian Corruption Watch) tingkat korupsi semakin naik antara tahun 2013 sampai 2014 hingga mencapai 1.271 orang dengan 560 kasus di tahun 2013 dan diperkirakan

4

Mawarti Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI


(4)

commit to user

semakin meningkat di tahun 2014 dengan melihat jumlah kasus sementara yang sudah mencapai 308 kasus pada semester pertama.5 Sedangkan untuk narkoba,BNN telah berhasil mengungkap 108.701 kasus narkoba dengan 134.117 tersangka dan mencatat selama 2010-2014 telah merehabilitasi 34.467 residen atau pengguna melalui layanan medis atau sosial milik pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba pada 2011, angka prevalensi atau pengguna di Indonesia sebesar 2,2 persen atau 4,2 juta orang. Meski masih di bawah proyeksi prevalensi sebesar 2,23 persen, angka tersebut mengalami peningkatan dan masih terus meningkat.6Untuk itulah diperlukan upaya untuk menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti saat bangsa ini berjuang memperoleh kemerdekaannya.

Media massa merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam menanamkan pesan-pesan yang baik pada generasi penerus bangsa agar tak menjadi bangsa yang hilang ingatan terhadap sejarah bangsa dan dapat mencontoh semangat juang para pahlawan bangsa. Salah satu media yang mampu berperan adalah film. Film merupakan media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan seperti yang tertulis dalam mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 yang menjelaskan bahwa film :

5

Tren Korupsi Naik

lagi,http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10085091/Tren.Korupsi.Naik.Lagi, 18 Agustus 2014, diaksespada 23 Januari 2015 pukul 00:01 WIB.

6

200 Juta Orang Meninggal Akibat Narkoba Setiap

Tahun, http://www.tempo.co/read/news/2014/06/26/173588287/200-Juta-Orang-Meninggal-Akibat-Narkoba-per-Tahun, diakses pada 23 Januari 2015 pukul 00:10 WIB.


(5)

commit to user

“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional, membina nation dan character building mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”7

Film dapat membuat kita paham akan budaya dan film juga merupakan refleksifitas dari kenyataan yang ada. Berbagai teori film juga menyatakan hal tersebut bahwa film dapat menjadi cerminan masyarakatnya. Salah satunya adalah Sigfried Kracauer, seorang pakar film yang menyatakan bahwa :

“film suatu bangsa, mencerminkan mentalitas bangsa itu lebih dari yang tercermin lewat media artistik lainnya.”8

Begitu besar manfaat dari film yang berpengaruh pada masa depan generasi bangsa. Untuk itulah kita harus mengapresiasi berbagai karya film yang telah dibuat oleh anak-anak bangsa terutama film-film yang berisikan pesan-pesan positif tertentu yang berguna untuk nusa dan bangsa. Film yang baik adalah film yang diniatkan untuk menyampaikan pesan-pesan alias hikmah yang diambil dari kenyataan. Salah satunya adalah film-film dengan tema perjuangan pahlawan Indonesia.

Kisah bertemakan kepahlawanan tentang perjuangan Indonesia telah banyak diproduksi dan diangkat ke layar lebar, seperti filmJanur Kuning (1979),November 1828 (1979), Naga Bonar (1987), Tjoet Nja’ Dien (1988)

dan Trilogi Merdeka: Merah Putih,Hati Merdeka dan Darah Garuda

7

Ekky Al-Malaky, Menonton: Nggak Sekedar Cari Hiburan, Powerfulnya Sebuah Film, dapatdiakses melalui http://majalahannida.multiply.com/reviews.

8


(6)

commit to user

2011).9Namun kebanyakan dari film-film tersebut hanya berkisah tentang perjuangan para pahlawan secara umum. Tidak banyak film yang mengangkat kisah pejuang kemerdekaan dari kaum tertentu misalnya kaum agamis. Padahal Indonesia merupakan negara dengan dasar negara Pancasila yang sila pertamanya berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini artinya masyarakat Indonesia adalah masyarakat agamis. Namun sayangnya perjuangan kemerdekaan bumi pertiwi ini lewat peranan kaum agamis kurang terangkat, padahal kaum ini memiliki andil yang sangat besar. Banyak dari tokoh agamis yang menjadi pahlawan nasional karena telah berjuang dan mengorbankan segala-galanya demi melihat Indonesia sejahtera dan merdeka.

Tak banyak film yang mengangkat kisah perjuangan pahlawan Indonesia dari kaum agamis.Dua diantara film-film yang mengangkat kisah perjuangan para pahlawan dari kaum agamisadalah film Sang Pencerah (2010) dan film Sang Kiai (2013).Kedua film tersebut sama-sama mengisahkan tentang bagaimana pengorbanan dan peranan kaum agamis dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kedua film ini masing-masing merupakan biografi perjuangan pahlawan nasional yang berasal dari pemuka agama Islam yaitu KH. Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Muhammadiyah di masa pergerakan nasional dan KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama.

9

Utami Widowati, Film Perjuangan; Lima Film Perjuangan Paling Fenomenal,

http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20141015150747-220-6490/lima-film-perjuangan-paling-fenomenal/, diakses 25 januari 2015 pukul 17:45 WIB.


(7)

commit to user

Dengan dorongan spiritual keagamaan, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari serta para pengikutnya berjuang dan mengorbankan segala-galanya demi kemajuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya masyarakat Islam di Indonesia. Karena tindakan patriotik itulah mereka ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Dalam daftar pahlawan nasional Republik Indonesia, KH. Ahmad Dahlan (1868-1934) ditetapkan sebagai pahlawan nasional di urutan ke-11 dengan SK Presiden Nomor 657 Tahun 1961/27-12-1961. Sedangkan KH. Hasyim Asy’ari (1875-1947) ditetapkan sebagai pahlawan nasional di nomor urut-31 dengan SK Presiden Nomor 294 Tahun 1964/17-11-1964. 10Jiwa patriotik atau patriotisme kedua pahlawan inilah yang harusnya ditiru oleh generasi penerus bangsa. Semangat juang dan rela berkorban demi bangsa dan negara harus tertanam di dalam diri setiap rakyat agar cita-cita para pejuang untuk menjadikan Indonesia negeri yang sejahtera dapat terwujud.

Film Sang Pencerah yang dirilis tahun 2010 merupakan film besutan sutradara terkenal Hanung Bramantyo. Setting waktu dalam film ini adalah antara tahun 1897-1912 yang berlokasi di Yogyakarta. Film ini merupakan film biografi dari KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi Islam Muhammadiyah. Film ini menceritakan tentang kehidupan Ahmad Dahlan dari kecil sampai berdirinya organisasi Islam Muhammadiyah. Dalam film ini dikisahkan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam menggerakkan

10

Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial, Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia,

http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1, diaksespada 25 Januari 2015 pukul 18:03 WIB.


(8)

commit to user

masyarakat terutama umat Islam di Jawa agar dapat berpikiran maju, tidak terbelakang dan mengarah pada perubahan sehingga bisa terlepas dari penjajahan Belanda. Dengan semangat perubahan dan pembaharuan yang ia lakukan, berbagai hambatan dan ancaman dihadapi KH. Ahmad Dahlan. Ia berjuang tanpa menyerah hingga ia rela mengorbankan segala-galanya demi kebangkitan tanah airnya.11

Sementara itu film Sang Kiai (2013) bercerita tentang perjalanan perjuangan KH.Hasyim Asy’ari tatkala melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Dalam film tersebut digambarkan bahwa KH. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu sosok sentral dalam peletakkan dasar batu kemerdekaan Negara Indonesia. Beliau menjadi panutan di tahun 1942-1947 dalam menentukan arah dan pengerakan massa santri ‘pejuang’ dalam melawan sekutu. Dengan fatwanya “Resolusi Jihad”, KH. Hasyim Asy’ari menghimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad fisabilillah

melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar yang dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November 1945.12

Kedua film tersebut sama-sama merupakan film perjuangan yang mengisahkan tentang peranan tokoh Islam sekaligus pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia (Muhammadiyah dan NU) dalam upaya kemerdekaan bangsa Indonesia. Di kedua film ini diperlihatkan bagaimana KH. Ahmad

11

Sinopsis Sang Pencerah. www.apigunadarma.com, diaksespada 26 januari 2015 pukul 11:00 WIB.

12

Sinopsis Film Sang Kiai. www.filmsangkyai.com, diaksespada 26 januari 2015 pukul 11:10 WIB.


(9)

commit to user

Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan para pengikutnya masing-masing berjuang

menghadapi hambatan dan siksaan dengan gagah berani, tanpa kenal menyerah dan mengorbankan apa yang dimiliki untuk tanah airnya. Patriotisme yang ada dalam diri mereka telah membawa mereka menjadi tokoh panutan dan dikenang sebagai pahlawan untuk bangsa Indonesia.

Dua film yang memiliki karekteristik sama namun dibuat oleh sineas yang berbeda. Itulah yang menarik peneliti untuk melihat lebih jauh perbandingan nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam kedua film tersebut.

Aspek komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pesan. Pesan dalam studi komunikasi merupakan aspek yang penting mengingat komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan. Seperti yang disampaikan oleh Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.13

Dalam penelitian ini, pesan yang akan dilihat adalah pesan nilai-nilai patriotisme yang tampak dalam kedua film. Metode analisis yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif, dimana analisis ini meneliti pesan yang tampak atau tersurat dari kedua film.

13

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), hal 10.


(10)

commit to user B. Rumusan Masalah

Apa saja perbandingan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme?

C. Tujuan Penelitian

Untuk memperbandingkan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi di bidang penelitian komunikasi khususnya kajian analisis isi tentang nilai-nilai patriotisme dalam film yang selama ini jarang dilakukan sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian yang serupa yang dapat memperkaya pembahasan masalah ini.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para sineas perfilman Indonesia untuk lebih menciptakan film yang berkualitas dan bermanfaat dengan menggambarkan nilai-nilai yang kian hilang dan luntur dalam diri masyarakat Indonesia terutama yang terkait dengan nilai-nilai patriotisme.


(11)

commit to user

Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia semakin mempunyai semangat patriotisme yang tinggi dengan mencontoh para pahlawan dari kalangan ulama Islam yang telah berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

1. Nilai-Nilai Patriotisme

Indonesia sudah mengalami kemerdekaan berpuluh-puluh tahun. Namun masih banyak orang yang menganggap kemerdekaan hanyalah bagian dari sejarah bangsa Indonesia dan tak mempunyai arti apa-apa. Namun bagi yang mempunyai semangat cinta tanah air apalagi yang pernah terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, kemerdekaan mempunyai arti dan pengaruh yang luar biasa dalam hidup mereka. Demi memperjuangkan kemerdekaan banyak orang yang telah berani mengorbankan nyawa, harta maupun keluarga mereka.

Segenap perjuangan dilakukan oleh para pahlawan-pahlawan kemerdekaan Indonesia dari jaman kerajaan hingga pergerakan nasional modern yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo yang diikuti oleh lahirnya organisasi lain seperti Serikat Dagang Islam,Serikat Islam dan Muhammadiyah. Seluruh rakyat yang mendambakan kemerdekaan dari berbagai daerah di Indonesia ini bersatu padu bersama-sama melawan penjajah. Setelah melewati proses dan perjuangan yang sangat panjang


(12)

commit to user

yaitu 350 tahun melawan penjajahan Belanda dan 3,5 tahun melawan penjajahan Jepang, Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun bahkan setelah perjuangan yang panjang untuk mendapatkan kemerdekaan, Indonesia kembali diserang oleh tentara sekutu pasca memproklamirkan kemerdekaan. Salah satu pertempuran yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah peristiwa Surabaya. Pertempuran tersebut adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalamsejarah revolusi nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.14

Semua perjuangan demi kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak lepas dari sosok para pahlawan yang telah dengan jiwa patriotiknya melawan penjajah demi memerdekakan negeri ini. Nilai-nilai patriotisme yang dimiliki para pahlawan itulah yang membawa Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Dengan sikap patriotisme, para pahlawan tidak gentar menghadapi musuh dan dapat memperoleh kemerdekaan.

Patriotisme sering diidentikan dengan perang dan pertumpahan darah. Hal tersebut tidaklah salah, namun patriotisme secara luas dapat diwujudkan tidak hanya dengan terjun ke medan perang namun juga melalui pemikiran-pemikiran. Patriotisme bukan hanya merupakan usaha

14

Rizki Wijanarko, Sejarah Pertempuran Surabaya 10 November1945, diakses dari http://ujpunj2012.blogspot.com/2012/12/sejarah-pertempuran-surabaya-10.htmlpada 13 November 2014 pukul 11.32 WIB.


(13)

commit to user

pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara. Namun juga merupakan upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = patris = tanah air, artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi kesejahteraannya.15Secara awam, patriotisme berasal dari kata “patriot” dan “isme” yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan. Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan tersebut dapat berupa pengorbanan harta, benda, keluarga, jiwa dan raga. 16

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.17 Sementara dalam InternationalEnsyclopedia of Government and Politic, patriotisme diartikan sebagai suatu kebaikan (budi luhur) yang mendorong kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk berkorban bagi kesejahteraan

15

Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid V, (Jakarta : Elsevier Publishing Project,1984).

16

Retno Listyarti dan Setiadi, Pendidikan Kewarganegaraan; untuk SMK dan MAK kelas X, (Jakarta: Erlangga,2008), hal 36.

17


(14)

commit to user

negara dan tanah tumpah darah seseorang.18Patriotisme didasari oleh kebaikan atau budi luhur yang dimiliki seseorang. Kebaikan yang dimiliki inilah yang mendorong seseorang untuk berkorban dengan penuh keberanian dan pantang menyerah demi kesejahteraan tanah airnya.

Philips Cafaro mengungkapkan bahwa walau bagaimanapun, seorang patriot akan membela dan mempertaruhkan nyawanya demi bangsa dan negaranya.

“A patriot is particularly concerned to defend his own country and countrymen and women, and promote their well-being and interests. He might condemn an imperialistic war between two

foreign countries and boycott the aggressor country’s goods. But

he will risk his life to defend his own country from attack. A patriot might condemn the exploitation of poor laborers in third-world sweatshops, and sign a petition asking Nike to change. But she will care more about poor people in her own community and

spend some of her own valuable time to improve their lives.”19 Seorang patriot sangat mengutamakan untuk membela negara dan bangsanya sendiri, dan meningkatkan kesejahteraan serta kepentingan bangsanya. Dia mungkin mengutuk sebuah perang imperialisme antara dua negara asing dan memboikot barang-barang dari negara penyerang. Tapi dia akan mempertaruhkan hidupnya untuk membela negaranya sendiri dari serangan. Seorang patriot mungkin akan mengutuk eksploitasi buruh miskin di sweetshop dunia ketiga dan menandatangani

18

Pengertian Patriotisme dalam International Ensyclopedia of Government and Politic, Vol.2, (New Delhi: S. Chand & Company Ltd, ), hal 951.

19

Philips Cafaro, Patriotism as an Environmental Virtue, Journal of Agricultural and Environmental Ethics Volume 23, Issue 1-2,2010, pp 185-206.


(15)

commit to user

petisi meminta Nike untuk menggantinya. Akan tetapi dia akan sangat peduli pada orang miskin di kelompoknya sendiri dan menghabiskan waktu berharganya untuk meningkatkan kehidupan orang-orang miskin tersebut.

Simpson menyebutkan patriotisme setidaknya memiliki 3 unsur yaitu cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya dan kesediaan untuk melayani dengan tujuan untuk bagaimana mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri.20 Cinta tanah air digambarkan dengan bagaimana seseorang berani dan rela untuk melakukan pengorbanan demi tanah air. Keinginan untuk menyejahterakan dan kesediaan untuk melayani digambarkan dengan bagaimana seseorangpeduli dengan kesejahteraan bangsanya dan kerelaan mengabdi demi mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri .

Patriotisme mencakup kebaikan (budi luhur) kewarganegaraan seperti kepercayaan diri, prinsip yang teguh, penghormatan, pelayanan pengabdian dan bukan untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh John F. Kennedy, President Amerika Serikat melalui kata-katanya dalam sambutan pelantikannya pada tahun 1961 :

“Jangan tanya apa yang negara berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu.”21

20

Carolyn Simpson, The Value of Patriotism, (New York :Rosen -Rosen, 1993).

21


(16)

commit to user

Menurut sejarah, patriotisme berkembang pesat sejakabad ke 16 ketika Niccolo Machiavelli, seorang negarawan Italiadan ahli filsafat politis mengumumkan bahwa ia lebih mencintai negerinya daripada keselamatan jiwanya sendiri disaat kebanyakan orang memberikan kesetiaan paling tinggi pada gereja.22

Staub menyatakan patriotisme sebagai bentuk keterikatan (attachment) seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa, agama, partai politik dan sebagainya). Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya pada suatu kelompok sosial untuk selanjutnya menjadi loyal.23

Staub juga membagi patriotisme dalam dua bagian yaitu blind patriotisme atau patriotisme buta dan constructive patriotism atau patriotisme konstruktif.24 Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah keterikatan pada negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan segala sesuatu , loyal dan tidak toleran terhadap kritik.

“ Blind patriotism is defined as an attachment to country

characterized by unquestioning positif evaluation, staunch

allegiance, and intolerance of critism.”25

22

International Encyclopedia of Government and Public

23

Staub E & Schatz, R.T, Manifestations of blind and constructive patriotism : personality correlates and individual group relations. Dalam Bar-Tal, daniel&Staub, Ervin (ed) Patriotism-in the lives of individuals nations, (Chicago: Nelson –hall Publisher, 1997).

24 Ibid. 25

Bar-Tal, The monopolization of patriotism, Dalam Bar-Tal, Daniel&Staub, Ervin (ed)


(17)

commit to user

Contoh dari patriotisme buta bisa kita lihat pada yang terjadi di Jerman oleh Nazi. Orang yang tak bersalah yang berseberangan pandangan politik dengan pemimpinnya atau yang memberikan kritik dibantai habis-habisan atas nama patriotisme. Patriotisme buta inilah yang disadari Bar-Tal sebagai pemicu awal lahirnya totaliterisme atau chauvimisme.

Sementara patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah keterikatan pada bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya pertanyaan dan kritik dari anggotanya terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan/ terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna mencapai kesejahteraan bersama.

Constuctive patriotism is defined as an attachment to country characterized by support for questioning and critism of current

group practices that are intended to result in positive change.”26 Patriotisme konstruktif memiliki dua faktor penting yaitu mencintai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Patriotisme konstruktif tetap menuntut kesetiaan dan kecintaan anggota (rakyat) pada kelompoknya (bangsa), namun dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan. Ciri khas patriotisme konstruktif yaitu adanya toleransi untuk menerima kritik dan evaluasi dari anggotanya. Kritik dan evaluasi inilah yang mengawal agar kelompoknya tetap pada jalur yang benar.

26

Schatz, R.T, Staub, E., Lavine, H, On the varieties of national attachment : Constructive patriotism. Artikel, Journal of Political Psychology, Vol. 20, No.1, 1999.


(18)

commit to user

Eyal Lewin kemudian membagi lagi patriotisme konstruktif menjadi dua bagian yaitu patriotisme konstruktif politik dan patriotisme konstruktif moral.

“It follows that the distinction between two forms of patriotm, blind and constructive, might not be enough, and it is therefore suggested that cases of constructive patriotism be sorted into two different groups:

a) Political constructive patriotism: a patriotic action in which criticism is involved yet is based on an underlying motivation that has nothing to do with issues of ethics or morality.

b) Moral constructive patriotism: a patriotic action in which criticism is involved, revealing passion for values of justice and fairness.”27

Patriotisme konstruktif politik didefinisikan sebagai patriotisme yang tetap menerima kritikan namun berdasar pada motivasi dasar bahwa tidak ada yang bisa dilakukan pada isu-isu susila dan moralitas. Sedangkan patriotisme konstruktif moral diartikan sebagai patriotisme yang menerima kritikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Staub dan Bar-tal menghimbau dalam bukunya “Patriotism-in the lives of individuals and nations” untuk mempopulerkan dimensi patriotisme yang

semestinya lebih merasuk yaitu constructive patriotism.28Patriotisme konstruktif selayaknya lebih merasuk dalam jiwa kita karena patriotisme konstruktif tetap mencintai dan loyal pada bangsanya dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yaitu toleran terhadap kritik. Tidak seperti

27

Eyal Lewin, Constructive Patriotism in Wartime, Open Journal of Political Science 2013. Vol.3, No.4, 2013, pp. 107-112.

28


(19)

commit to user

patriotisme buta yang tidak toleran terhadap kritik dan pada akhirnya akan mengarah pada chauvimisme atau totaliterisme yang justru dapat merusak bangsa kita. Dalam penelitian ini, patriotisme yang digunakan lebih mengarah pada patriotisme konstruktif.

Dari berbagai definisi diatas, secara umum patriotisme (yang lebih mengacu pada patriotisme konstruktif) dapat diartikan sebagai perasaan cinta dan loyal pada tanah air serta keinginan untuk menyejahterakan tanah air yang diwujudkan melalui sikap berani, percaya pada kemampuan diri, setia kawan sosial, pantang menyerah dan rela mengorbankan segala-galanya untuk tanah air namun tetap toleran pada kritik dan masukan.Seseorang yang mempunyai jiwa patriotisme akan melakukan berbagai cara demi kesejahteraan tanah airnya. Ia akan berjuang dengan gagah berani dan rela mengorbankan apa yang ia miliki untuk tanah airnya. Ia tidak akan menyerah, ia tidak memikirkan tentang nasibnya apakah ia menderita atau bahagia asalkan ia dapat menolong sesama dan membuat tanah airnya sejahtera. Dan sebagai patriot yang baik, ia akan melakukan semua itu dengan penuh percaya diri namun tetap menghormati orang lain dengan tetap toleran terhadap kritik dan evaluasi.

Sementara itu, nilai diartikan sebagai sesuatu yang berharga, baik menurut standar logika (benar atau salah), estetika (baik atau buruk), etika (adil atau tidak adil), agama (dosa atau tidak) serta menjadi acuan


(20)

commit to user

dari sistem atas keyakinan diri maupun kehidupan.29 Santayana menyatakan bahwa nilai merupakan sebuah prinsip perspektif dalam ilmu, tidak lebih kecil dari kebenaran dalam hidup.30 Sedangkan menurut Djahiri (1999) nilai adalah harga, makna isi dan pesan, semangat atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang karena nilai dijadikan standar perilaku.31

Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat tarik beberapa poin nilai-nilai patriotisme yakni :

a. Keberanian

Mencintai dan menjaga kesetiaan untuk tanah air tentunya membutuhkan perjuangan untuk membuktikannya. Memperjuangkan tanah air dan mampu menghadapi apapun yang menganggu kesejahteraan tanah airnya memerlukan sebuah keberanian. Pekerjaan – pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan pekerjaan dan tantangan itu. Sebab tantangan dan pekerjaan yang besar itu selalu menyimpan resiko.

29

Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral. (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 27-28.

30

Henry Hazlitt, Dasar-Dasar Moralitas. (Yogyakarta:PustakaPelajar, 2003), hal 205.

31

A. Kosasih Djahiri, Menelusuri Dunia Afektif; Pendidikan Nilai dan Moral. (Bandung : Lap Pengajaran PMP-IKIP Bandung, 1999), hal 30


(21)

commit to user

Menurut Peter Irons keberanian adalah suatu tindakan memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena percaya kebenarannya. Sedangkan menurut Paul Findley keberanian adalah suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang dianggap benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan, kesakitan, dan lain-lain.32

The conquering of fear is the beginning of wisdom”, kemampuan

menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan (Aristoteles). Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya. Komentar Bennet mengenai kutipan Aristoteles diatas : “Kita menjadi pemberani dengan melakukan tindakan berani” . “Tidak setiap orang akan memiliki keberanian yang sejati.” Keberanian sejati dapat diartikan sebagai sikap siap sedia untuk dikoreksi apabila berbuat salah dan siap menerima kebenaran meskipun dari orang yang memiliki kedudukan lebih rendah (dalam Kris :2012).33

32

Peter Irons, Keberanian Mereka yang Berpendirian,(Bandung : Angkasa,2003)

33 Ibid.


(22)

commit to user

Pada intinya keberanian merupakan kekuatan dari dalam jiwa seseorang untuk melakukan tugas baik berupa tindakan maupun perkataan demi kebenaran dan kebaikan atau untuk mencegah suatu keburukan dan menyadari serta menerima segala resiko yang mungkin akan terjadi.

b. Rela Berkorban

Salah satu kunci patriotisme adalah kesediaan diri untuk berkorban. Bersedia memberikan segala-galanya untuk kemakmuran tanah air merupakan penggambaran dari mencintai tanah air. Seperti yang ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.34

Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri.Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya, keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan nyawanya sendiri. Rela berkorban artinya kesediaan untuk mengalami penderitaan atau siksaan demi kepentingan atau kebahagiaan orang

34


(23)

commit to user

lain maupun orang banyak.35Seorang patriot akan mengorbankan semua yang dimilikinya tersebut demi orang lain, demi rakyat, demi kesejahteraan negaranya.

c. Pantang Menyerah

Seorang patriot boleh saja gagal, boleh salah,boleh saja mendapat hambatan dan musibah. Namun ia tak boleh kalah. Ia harus bertahan menghadapi segala masalah dan hambatan. Jika gagal ia harus bangkit berjuang kembali untuk memperoleh keberhasilannya. Ia harus pantang menyerah menghadapi ancaman dan kegagalan.

Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah gagal sebelumnya. Seseorang yang pantang menyerah senantiasa berusaha memberi jawaban atas tantangan yang dihadapi.36 Walaupun ia menerima hambatan mapun siksaan baik secara fisik ataupun batin, ia tetap tidak akan menyerah. Pantang merupakan sikap bertahan untuk tetap melakukan apa yang diinginkan walaupun menghadapi kegagalan, hambatan dan rintangan.

d. Kesetiakawanan Sosial

35

Anis Matta, Mancari Pahlawan Indonesia, (Jakarta:Tarbawi Center,2004), hal 61.

36 Ibid.


(24)

commit to user

Kesetiakawanan sosial merupakan salah satu nilai yang melandasi terbentuknya patriotisme dalam diri seseorang. Kesetiakawanan sosial merupakan nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan.

Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas, empati dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang lain atau egois37. Solidaritas adalah kata lain dari kasih, yang menggerakkan kaki, tangan, hati dan seluruh kepribadian manusia. Tujuan dari solidaritas adalah berbagi kehidupan dengan sesama yang menderita,dan menolong kebangkitannya untuk memperoleh kebebasan, keadilan, dan hak serta martabatnya.38 Sedangkan definisi empati secara sederhana merujuk pada sikap dan perasaan yang merasakan dan memahami kondisi emosi orang lain. Rogers menawarkan dua konsepsi dari empati. Pertama, melihat kerangka berpikir internal orang lain secara akurat dengan komponen-komponen yang saling berhubungan. Kedua, dalam memahami orang lain tersebut, individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain

37

Darmadi, KesetiakawananTetapDiperlukan. http : //www.suaramerdeka.com edisi 20 Desember 2004, diakses 20 Oktober 2014 pukul 11:56 WIB.

38

I. SandyawanSumardi, Melawan Stigma Melalui Pendidikan Alternatif, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), hal 87.


(25)

commit to user

sehingga bisa merasakan dan memahami orang lain tersebut. Empati adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman tersebut serta untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Dengan kata lain empati merupakan kemampuan untuk menghayati perasaan dan emosi orang lain.39

Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki seseorang atau sebuah komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan sosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain.40

e. Percaya Diri

Seseorang tidak akan mampu mempertahankan dan menyejahterakan tanah airnya jika ia tidak mempunyai rasa percaya diri karena percaya diri merupakan landasan atau dorongan dalam diri seseorang untuk berani melakukan sesuatu. Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa manusia bahwa dirinya mampu dan bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri itu lahir dari

39

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan :Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Alih Bahasa Isti widayanti, (Jakarta, Erlangga, 1991), hal 53.

40


(26)

commit to user

kesadaran bahwa jika memutuskan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan.41

Pengalaman akan menjadi nyata ketika individu membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan demikian individu akan bertingkah laku menurut apa yang dirasakan nya benar sehingga individu tersebut dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik dalam arti memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri.

Dengan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri seorang patriot tidak akan ragu untuk melangkahkan kaki membela tanah airnya. Dia akan dengan lantang mengemukakan pendapatnya, tidak peduli itu akan mengundang bahaya pada dirinya atu tidak.

f. Toleransi

Toleransi merupakan ciri dari patriotisme konstruktif yang semestinya lebih merasuk dalam diri sebuah bangsa. Tidak hanya mencintai dan loyal terhadap tanah airnya tanpa melihat cara yang digunakan benar atau salah, namun patriotisme konstruktif tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang menjaganya agar tetap berada di jalur yang benar. Salah satunya yaitu toleran terhadap kritik dan evaluasi yang dilakukan oleh anggotanya.

41

Fasikhah, S.S, Peranan Kompetensi Sosial pada TL Koping Remaja

Akhir,http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12& Itemid=11 diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 12:45 WIB.


(27)

commit to user

Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tollerare yang artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain dan berhati lapang terhadap orang – orang yang mempunyai pendapat yang berbeda.42

Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan dan penghargaan berbagai bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah kerukunan dalam perbedaan. 43 Seorang patriot harus mempunyai toleransi yang tinggi demi menjaga kesatuan dan persatuan bangsanya. Ia harus toleran terhadap kritik dan evaluasi dari anggotanya agar perjuangan yang ia lakukan tetap berada di jalur yang benar.

2. Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat vital dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap individu emiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu-individu itu untuk tetap hidup. Komunikasi juga dikatakan sebagai proses sosial yang mendasar karena setiap manusia baik yang primitif maupun yang modern

42

Ahmad Masykur, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan,elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/PPKn/ TOLERANSI.pdf

43 Ibid.


(28)

commit to user

berkeinginan mepertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi.44

Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi (Stuart,1983).45

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi

(sharing process).Menurut Schramm saat berkomunikasi manusia sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan dan berbagi informasi, ide atau sikap dengan seseorang.46 Schramm menjelaskannya melalui contoh sebagai berikut :

“Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” 47

Dari definisi yang disampaikan Schramm tampak bahwa menurutnya konunikasi akan berlangsung efektif bila masing-masing pihak yaitu komunikan dan komunikator memberi pengertian yang sama pada pesan komunikasi.

44

Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya,2002), hal 1.

45

Dani Vardiansyah,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal 3.

46

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo,2006), hal 2-3.

47 Ibid.


(29)

commit to user

Pakar komunikasi lainnya, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain.48

Banyak sekali definisi komunikasi dan relatif mudah dipahami. Namun dalam pelaksanaannya sulit dipahami terutama bila yang terlibat komunikasi memiliki referensi berbeda atau bila komunikasi hanya berjalan satu arah. Tentunya untuk membentuk persamaan tidaklah mudah. Namun Harrold Lasswel dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What

in Which Channel to Whom with What Effect?”.49

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

a. Komunikator (communicator, source, sender) b. Pesan (message)

c. Media (channel, media)

d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

48

Ibid, hal 5

49


(30)

commit to user e. Efek (effect, impact, influence)

Menurut paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Dari berbagai definisi dapat dikatakan bahwa inti dari komunikasi adalah proses penyampaian pesan. Pesan komunikasi disampaikan melalui berbagai cara. Berdasarkan kode yang digunakan, komunikasi dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata baik lisan maupun tulisan. Melalui kata-kata mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran atau gagasan, menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan, berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal bahasa memiliki peranan yang sangat penting.50Contoh dari komunikasi verbal ini adalah surat dan percakapan (dialog).

Sementara itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. 51 Menurut Larry A. Simovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal, dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial

50

Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, ((Yogyakarta : Kanisius,2003), hal 22.

51


(31)

commit to user

bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja maupun tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.52 Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan atau perbuatan(action) atau obyek.53 Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal. Tindakan atau perbuatan juga dapat menggantikan kata-kata misalnya menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menghalangi seseorang lewat saat ia sedang mngejar orang lain, menggebrak meja dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, bentuk komunikasi yang digunakan adalah komunikasi verbal yang berupa dialog atau percakapan dan komunikasi non verbal atau perilaku yang berupa tindakan dan bahasa tubuh.

3. Teori Produksi Pesan

Teori produksi pesan menjelaskan bagaimana kita menciptakan apa yang kita tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain, lalu proses verbal apa yang terlibat didalamnya, untuk apa dan dengan cara apa pesan diproduksi untuk berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana perbedaan

52

Larry A. Simovardan Richard E. Porter, Intercultural Communication: A Reader, (California: Wandsworth Publishing Company, 1985)

53


(32)

commit to user

budaya mempengaruhi proses produksi pesan. Mekanisme budaya apa yang mempengaruhi produksi pesan.54

Little John dalam bukunya menyebutkan beberapa teori yang termasuk dalam teori-teori produksi pesan. Salah satunya adalah teori konstruktivisme yang menjelaskan tentang produksi pesan yang dipengaruhi oleh sistem kognitif individu.

Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan–rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivist melakukan pendekatan pemahaman produksi pesan dimulai dari sistem kognitif individu.55

George Keely menegaskan cara pandang pemahaman pribadi seseorang dilakukan dengan pengelompokan peristiwa menurut persamaan dan perbedaannya. Perbedaan ini menjadi dasar penilaian

54

Stephen W & Foss Littlejohn, Karen A, Theories of Human Communication, 8th edition, (USA: Thomson Wadsworth,2005), hal 15

55

Katherine Miller, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. (Boston: McGraw-Hill,2005), hal 105


(33)

commit to user

ihwal sistem kognitif individual yang besifat pribadi dan karenanya berbeda dengan konstruksi sosial. Aliran ini meyakini bahwa sistem kognitif individu berkembang kompleks. Individu yang cerdas secara kognitif dapat membuat banyak perbedaan dalam satu situasi dibanding orang yang secara kognitif lemah. Inilah yang disebut differensiasi kognitif. Differensiasi ini mempengaruhi bagaimana pesan menjadi kompleks.56

Delia dan koleganya kemudian menegaskan hubungan antara kompleksitas kognitif dengan tujuan dari pesan. Pesan sederhana hanya memiliki satu tujuan sementara pesan kompleks memiliki banyak tujuan. Dalam komunikasi antarpersona pesan-pesan sederhana berupaya mencapai keinginan satu pihak saja tanpa mempertimbangkan keinginan orang lain. Sementara pesan kompleks dirancang memenuhi kebutuhan orang lain. Pada pesan kompleks inilah komunikasi antarpersona dapat tercipta. Konstruksionisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi yang berpusat pada orang (komunikasi berbasis diri) dan differensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan.

Selain kompleksitas kognitif, komponen utama yang lain dari teori konstruktivist melibatkan pesan yang dihasilkan. Sekali lagi, beberapa teori dasar constructivis propositions menginformasikan

56


(34)

commit to user

tentang fitur komunikasi. Teori Bernstein (1975) menyatakan bahwa individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi kehidupannya sendiri dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam hidupnya. Individu yang berbasis subjek akan menggunakan elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan, dari sudut pandang orang lain. Sebaliknya, individu berbasis posisi akan menggunakan kode-kode terbatas yang mengikuti aturan dan norma-norma situasi kutural tertentu.57

Komunikasi berbasis diri adalah model komunikasi yang memeriksa proses lahirnya pesan berdasarkan orientasi diri. Menurut teori kalangan konstruktivits, pesan- pesan berbasis diri merefleksikan kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif serta aspek relasional dalam konteks komunikasi. Sebuah pesan berbasis ”diri” merupakan suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian atas situasi yang mungkin dan mengarah pada tujuan yang beragam.

Selanjutnya kaum konstruktivis merumuskan tingkatan bagaimana sebuah pesan bisa berbasis ”diri” melalui pengkodean respons b uka-tutup. Dalam menganalisis pesan ini, para peneliti akan menanyakan produksi pesan berbasiskan situasi tertentu (misalnya, bagaimana membuat nyaman seorang teman yang baru mengalami keretakan hubungan dengan kekasihnya, berbicara dengan orang tua hingga

57


(35)

commit to user

terlelap). Pesan-pesan ini kemudian dikodekan dengan menggunakan sistem pengkodean tertentu secara hierarkis yang kemudian dikembangkan untuk pesan dalam situasi spesifik.58

Asumsi dasar teori ini adalah hubungan yang terbentuk dalam sebuah kelompok sosial akan mempengaruhi jenis pembicaraan yang digunakan oleh kelompok itu. Prinsip dasar konstruktivisme adalah tindakan ditentukan oleh konstruk diri juga sekaligus konstruk lingkungan luar diri. Komunikasi pun demikian, ditentukan oleh diri di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini dikemukakan teori Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person adalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, pada dirinya terdapat atribut sosial budaya masyarakatnya. Self adalah diri yang ditentukan oleh pemikiran khasnya di tengah pengaruh sosial budaya masyarakatnya.59

Pembagian konsep diri ini diperlukan untuk memahami konteks komunikasi interaksi. Konsep diri menurut West & Lynn H. Turner adalah seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Prinsip konstruksivisme menyatakan bahwa situasi emosi atau alasan merupakan konstruksi dari situasi yang mempengaruhi individu. Misalnya emosi bukanlah reaksi yang muncul begitu saja. Emosi dimaknai dan dikemukakan sesuai dengan

58

Ardianto, Op.Cit, hal 160.

59 Ibid.


(36)

commit to user

aturan yang sudah dipelajari dalam interaksi sosial dengan orang lain. Faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri adalah konsep tentang tujuan. Setiap individu dalam interaksinya selalu berusaha untuk memanajemen tujuan. Tujuan itu bisa bersifat instrumental (seperti mengajak atau memberitahukan seseorang) dan relasional (mendukung penampilan seseorang, menunjukkan pesona diri).60

4. Komunikasi Massa

Komunikasi tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Dengan komunikasi manusia mampu melakukan pertukaran informasi dan juga mempengaruhi seseorang. Di jaman sekarang ini, berkomunikasi dengan beberapa bahkan jutaan manusia secara serempak di dunia bukanlah hal yang sulit. Berbagai media dapat dijadikan sebagai saluran untuk melakukan komunikasi ke khalayak luas atau biasa disebut komunikasi massa.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni :

Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people (komunikasi massa adalah

60

West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 (penerjemah : Maria Natalia),(Jakarta: Penerbit Salemba Humainika,2008),hal 101.


(37)

commit to user

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).61

Definisi lain diungkapkan oleh Gebner yaitu komunikasi massa merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. 62 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan media massa.

Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik yang dikemukakan oleh para ahli seperti menurut Wright, komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu:

a. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim

Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, relatif besar dan anonim. Artinya komunikan komunikasi massa berjumlah relatif besar, mempunyai heterogenitas komposisi yang terdiri dari berbagai kelompok dalam masyarakat dan tidak saling mengenal satu sama lain serta tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

61

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1991) , hal 188.

62


(38)

commit to user b. Pesan disampaikan secara terbuka

Pesan komunikasi massa yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang atau sekelompok orang tertentu namun disampaikan terbuka untuk khalayak yang plural.

c. Pesan diterima secara serentak pada waktu yang sama dan bersifat sekilas (khusus untuk media elektronik)

Pesan yang diterima oleh komunikan diterima secara serentak artinya khalayak bisa menerima pesan tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk media elektronik pesan bersifat hanya sekilas.

d. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar.63

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, melainkan kumpulan orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerjasama satu sama lain dalam sebuah lembaga atau organisasi yang menggunakan biaya besar.

Selain karakteristik komunikasi massa yang telah disebutkan, penting juga untuk mengetahui fungsi komunikasi massa. Menurut Dr. Harold D Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai berikut :64

63

Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Bandung :Simbosa Rekatama Media,2007), hal 4.


(39)

commit to user

a. The surveillance of the environtment (Pengawasan Lingkungan) Artinya media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan atau pemberi informasi pada masyarakat luas.

b. The correlation of parts of society in responding to the environtment

(Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan) Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannnya untuk berperilaku dalamreaksinya terhadap peritiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial atau propaganda. Editorial dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban atas berita-berita yang dipilih dandisajikan, tanggungjawab atas komitmen terhadap pembangunan masyarakat. Hal ini berhubungan dengan fungsi editorial, yakni: pertama, memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya lebih efektif, atau dengan perkataan lain memberikan bimbingan kepada masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat. Kedua, memberikan penjelasan kepada pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga, mengajak pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu terlanjur menjadi pendapat utama (public opinion).

c. The tranmission of the social heritage from one generation to the next

(transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya)

64

Darwanto S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan. (Yogyakarta: PustakaPelajat, 2007), hal 32-33


(40)

commit to user

Transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi, pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau dari anggota-anggota satu kelompok kepada pendatang baru. Umumnya kita sering menyebutnya sebagai fungsi pendidikan.

5. Film

Film merupakan media komunikasi massa dengar pandang (audio visual) yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan menggunakan bahan baku selluloid dalam berbagai ukuran melalui proses kimiawi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik.65 Dalam perkembangannya, film diartikan sebagai rekaman gambar dan atau objek gambar bergerak, lukisan dan suara menggunakan film, video tape, video disket yang dapat dipertunjukkan.66Film awalnya dikenal dengan nama bio-scope (secara harfiah diterjemahkan sebagai gambar hidup).67 Pertama kali dipertunjukkan di Paris pada tahun 1895 oleh Auguste dan Louis Lumiere di Grand Café, Boulevard des Capucienes. Dari sinilah kemudian gambar hidup yang dikemudian hari dan seterusnya dikenal dengan sebutan film, menyebar ke seluruh dunia. Tahun 1986 menyebar ke London (Inggris), St. Petersburg (Rusia) dan Bombay (India). Tahun

65

Budi Sampurno, Peranan Badan Sensor Film dalam Ikut Menjaga Wajah Wanita dalam Film,

dalam Jurnal Media Massa dan Wanita, Proyek Studi Gender dan Pembangunan Fisip UI dan UND Fund for Women (UNIFEM), 1992, hal 80.

66

Ibid.

67 Yan Widjaya, “Sekilas

Sejarah Film Indonesia 1900 – 2007”, dalam majalah Cinemags 100 (November,2007), hal 95.


(41)

commit to user

berikutnya di Jepang, pada awal abad ke-20 di Indonesia, tahun 1903 di Korea dan tahun 1905 di Italia.68

Menurut McQuail, film merupakan media yang memiliki kelebihan selain informatif dan jangkauan luas juga punya sisi seni dan hiburan.69James Monaco dalam How to Read a Film menyatakan bahwa film bisa dilihat dari tiga kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi estetika dan sinematografi), Film (hubungannya dengan hal di luar film, seperti sosial dan politik), dan movies (sebagai barang dagangan). Film sebagai film merupakan fungsi kritik sosial, namun kita masih sering menduelkan antara cinema (sebagai art) dan movies (sebagai komersiil).70

Di Indonesia, film mempunyai fungsi mulia sesuai yang tercantum dalam Mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 bahwa film :

“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional, membina nation dan character building

mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”71

68

Haris Jauhari (ed), Layar Perak tahun : 90 Tahun Bioskop di Indonesia ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1992), hal 11.

69

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Vol1, (Jakarta: Salemba Humanika,2011), hal 14.

70

Eric Sasono, Benarkah Film Indonesia Langka akan Kritik Sosial, (Kompas, 17 Juli 2005)

71


(42)

commit to user

Menurut beberapa teori film, film merupakan arsip sosial yang dapat menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat saat itu.72 Jika fungsi dan teori ini berjalan dengan baik, maka dalam setiap film yang dibuat akan menampilkan identitas kultural bangsa, yakni kehidupan sosial, agama, suku dan kelas ekonomi bangsa Indonesia tiap zaman.

a. Struktur Film

Secara fisik sebuah film dapat dilihat satu persatu hingga menjadi tiga unsur yatu73 :

1) Shot

Merupakan proses pengambilan gambar dengan bingkai dan teknik kamera tertentu dalam sekali pengambilan gambar.

2) Scene

Merupakan satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi tema dan karakter. Scene dalam bahasa Indonesia disebut sebagai adegan. Satu scene terdiri dari beberapa

shot. 3) Sequence

Merupakan segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Dalam bahasa Indonesia disebut babak, dimana satu sequence tersusun dari beberapa scene yang saling berkaitan.

72

Ekky Imanjaya, loc.cit. 73


(43)

commit to user b. Penokohan dalam Film

Penokohan dalam sebuah cerita dapat disebut juga perwatakan atau karakterisasi. Suban membagi tokoh atau karakter berdasarkan kedudukannya ke dalam tiga bagian74 :

1) Karakter Utama (Main Character)

Karakter atau tokoh utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa.

2) Karakter Pendukung (Secondary Character)

Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama.

3) Karakter Figuran (Incedental Character)

Karakter ini diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif. Karakter figuran ini biasanya hanya tampil di beberapa adegan saja.

74

Fred Suban, Yuk...Nulis :Skenario Sinetron, Panduan Menjadi Penulis SkenarioSinetron Jempolan, (Jakarta : Gramedia, 2009), hal 68.


(44)

commit to user 6. Film sebagai Media Komunikasi Massa

Film adalah salah satu media massa yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari komunikator (produser) kepada komunikan (penonton). Dalam menyampaikan pesan, film tidak bisa berdiri sendiri sebagai media yang benar-benar netral. Film mempunyai kekuatan untuk mengkontruksi pesan lewat bahasa audio visual.75

Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peran penting di dalam sosial kultural, artistik, politik dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film dalam usaha pembelajaran masyarakat ini sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film mempunyai kemampuan mengantarkan pesan secara unik.76Film tidak lagi dimaknai sekedar karya seni tetapi sebagai praktik sosial (Tumer,1991) serta komunikasi massa (Jowett and Linton, 1981). 77

Sebuah film sebagai produk kesenian maupun sebagai medium adalah suatu cara untuk berkomunikasi. Dalam sebuahfilm ada pesan yang ingin dikomunikasikan pada penonton dalam konteksnya sebagai media komunikasi massa. Dalam film, cara komunikasinya adalah bertutur. Film mengandung unsur tema, cerita dan tokoh yang dikemas dalam

75

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, ed : RemaKaryanti., Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,,2007), hal 137.

76

Dennis Mc Quail, Mass Communication Theoris,(London: Sage Publications,,1994)

77

Budi Irawanto, Film, Idiologi, dan Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia,(Yogyakarta:Media Pressindo,1999)


(45)

commit to user

unsur format audio visual yang pada akhirnya mengkomunikasikan sebuah pesan baik secara eksplisit maupun implisit. Menurut David Bardwell, cara bertutur ini adalah penghadiran kembali kenyataan dengan makna yang lebih luas.78

Media film merupakan salah satu media massa dimana media massa mempunyai karakter yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas.79 McLuhan membagi media dalam dua jenis, yaitu media panas dan media dingin. Media panas adalah media yang tidak menuntut perhatian besar dari pendengar,pembaca dan penonton media yang bersangkutan. Sedangkan media dingin merupakan media yang membutuhkan partisipasi yang cukup besar.80 Film adalah contoh media panas. Ketika seseorang menonton film, tidak ada upaya keras untuk menerima dan memahami pesan dari media tersebut, tidak membutuhkan daya imajinasi dan film dapat menyampaikan simbol-simbol di dalamnya. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.81

78

David Bardwell, Narration in The Fiction Film, (Wisconsin : The University of Wisconsin Press, 1985), hal xi.

79

Morrisan,Andy Corry, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2010)

80

Ibid,hal 37.

81

McQuail,Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua,( Jakarta: Salemba Humanika,1996)


(46)

commit to user

De Fleur dan Dennis Malvin mengatakan bahwa film di sisi produksi dapat dikatakan sebagai wahana untuk menuangkan ekspresi yang dapat mempengaruhi atau menghibur. Bahkan sebuah film dapat dijadikan sebagai media penyampaian pernyataan politik dan sosial. Dalam pembuatan film, pembuat film mengemas film sehingga mampu untuk menarik penerima pesan secara emosional, bahkan sebuah film dalam mencapai tujuan tersebut mengambil realitas masyarakat sebagai yang diyakini sebagai “kebenaran” untuk menjadi landasan film.82

Dalam model komunikasi Jakobson, dapat dilihat bahwa sebuah film mengandung unsur komunikasi karena selain terkait dengan aktor utama komunikasi yaitu addresser (dalam hal ini pembuat film) dan

addresse(dalam hal ini penonton), dapat juga dilihat bahwa film memiliki pesan tersendiri, baik berupa pesan tentang nilai-nilai patriotisme, pesan moral ataupun hal lainnya.

Bagan 1.1

Model Komunikasi Jakobson83

Context Message

Addresser --- Adresse Contact Code

82

Edward Jay Whetmore, Media, Form, Content and Consequence of Mass Communication,

(California: Wardsworth Publishing Company, 1989), hal 229.

83


(47)

commit to user

Dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh sebuah film, terdapat pesan yang ingin dikirimkan antara pembuat dengan penonton. Pesan yang dikirimkan tersebut dalam konteks komunikasi Jakobson adalah

massage (pesan). Dalam penelitian ini pesan yang ingin dilihat adalah bagaimana sebuah film membawa pesan-pesan yang tampak mengenai nilai-nilai patriotisme.

7. Analisis Isi

Secara umum ada dua bentuk aliran (paradigma) dalam studi isi. Pertama

aliran transmisi. Aliran ini melihat komunikasi sebagai bentuk pengiriman pesan yang statis. Asumsi dari aliran ini adalah adanya hubungan satu arah dari media kepada khalayak. Kata kunci dari aliran ini adalah pesan (message) yang merupakan isi yang statis (bentuk seperti yang disampaikan oleh pengirim).Kedua, aliran produksi dan pertukaran makna. Aliran ini melihat komunikasi sebagai proses penyebaran ( pengiriman dan penerimaan). Yang dilihat dalam aliran ini bukan bagaimana seseorang mengirimkan pesan, tapi bagaimana masing-masing pihak yang terlibat dalam proses komununikasi dapat memproduksi dan saling bertukar makna. Kata kunci dalam aliran ini adalah makna (meaning). Makna bukanlah isi yang statis melainkan produk konstruksi dan interaksi antara si pengirim dan penerima.84

84


(48)

commit to user

Pesan adalah apa yang terlihat (dapat didengar, dirasakan atau dibaca). Karena pesan adalah sesuatu yang terlihat secara langsung, maka penelitian dari aliran transmisi pada dasarnya adalah menghitung dan mengukur. Sedangkan makna adalah apa yang tersirat (bersifat laten, tidak dapat dilihat atau didengar secara langsung), maka penelitian dari aliran produksi dan pertukaran makna pada dasarnya adalah menafsirkan.

Teknik analisis isi kuantitatif terlahir dari aliran transmisi. Pada analisis isi kuantitatif yang menjadi pusat perhatian peneliti adalah menghitung dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi dari teks. Barelson mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak.85Sedangkan menurut Holsti, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan.86 Secara umum analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk megidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel dan dapat direplika.Objektif artinya penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya tanpa adanya campur tangan peneliti. Penelitian menghilangkan bias, keberpihakan atau kecenderungan tertentu dari peneliti. Sistematis artinya semua

85

Bernar Barelson, Content Analysis in Communication Research,(New York : The Free Press, 1952), hal 18.

86

Ole R. Holsti, Content Analysis for the Social Science and Humanities. (Massachusetts: Addison-Westley Publishing,1969), hal 14.


(49)

commit to user

tahapan dalam proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan sistematis. Dan replikabel berarti penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula.

Holsti mengemukakan tiga fungsi analisis isi yaitu87:

a. Menggambarkan karakteristik pesan

b. Membuat kesimpulan penyebab dari suatu pesan (proses encoding) c. Menarik kesimpulan mengenai efek dari komunikasi

Penelitian ini berfokus pada fungsi analisis Holsti yaitu menggambarkan karakteristik pesan. Analisis di sini dipakai untuk menjawab pertanyaan “what,to whom, dan how”. Pertanyaaan “what” berkaitan dengan

penggunaan analisis isi untuk menjawab pertanyaan mengenai apa isi dari suatu pesan, tren dan perbedaan antara pesan dari komunikator yang berbeda. Pertanyaan “to whom” dipakai untuk menguji hipotesis

mengenai isi pesan yang ditujukan pada khalayak yang berbeda. Sementara “how” terutama berkaitan dengan penggunaan analisis isi

untuk menggambarkan bentuk dan teknik-teknik pesan. Penelitian ini menggunakan analisis isi untuk menjawab pertanyaan “what” tentang

perbedaan antara pesan dari komunikator yang berbeda.

Dilihat dari pendekatannya, analisis isi dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar yaitu analisis isi deskriptif, eksplanatif dan prediktif.88Analisis isi

87 Ibid.


(50)

commit to user

deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu atau menguji hubungan antar variabel.89

Pendekatan analisis isi lainnya yaitu analisis isi eksplanatif. Dalam analisis isi eksplanatif, terdapat pengujian hipotesis tertentu dan juga mencoba membuat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Analisis ini tidak hanya sebatas menggambarkan secara deskriptif isi dari suatu pesan tetapi juga mencari hubungan antara pesan ini dan variabel lain. 90

Pendekatan analisis isi yang ketiga yaitu analisis isi prediktif. Analisis ini berusaha untuk memprediksi hasil seperti yang tertangkap dalam analisis isi dengan variabel lain.91Peneliti tidak hanya menggunakan variabel lain diluar analisis isi, tetapi juga menggunakan hasil penelitian dari metode lain (seperti survey dan eksperimen). Data dari dua hasil penelitian tersebut (analisis isi dan metode lain) dihubungkan dan dicari keterkaitannya.92

88

Eriyanto, Analisis Isi (Pendekatan Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal 46.

89

Ibid, hal 47.

90

Ibid, hal 49.

91

Kimberly A. Neuendorf, The Content Analysis Guidebook, (Thousand Oaks: Sage Publications,2002), hal 55.

92


(51)

commit to user

Menurut Krippendof, analisis isi menempati kedudukan yang penting diantara metodologi penelitian lainnya karena kemampuan yang dimilikinya. Pertama, ia mampu menerima komunikasi simbolik yang relatif tidak terstruktur sebagai data dan kedua, ia mampu menganalisis gejala yang tak teramati melalui medium data yang berkaitan dengan data tersebut.93

in content analysis, units may be single words or longer text segments, photographic images, minutes of video recordings, scene in fictional television programs, web pages, utterance, distinc meaning to analyze.”

Dalam analisis isi, unit analisis bisa berupa kata-kata tunggal atau teks dalam segmen yang lebih panjang, gambar foto, durasi dalam rekaman video, adegan dalam program fiksi televisi, halaman web,ungkapan yang memiliki arti berbeda untuk dianalisis.94

Sejumlah ahli merumuskan beberapa jenis unit analisis dalam analisis isi. Holsti (1969) dan Budd, Thorp dan Donohew(1971) mengidentifikasikan ada dua jenis unit analisis penting dalam analisis isi yaitu unit pencatatan dan unit konteks. Weber (1994) hanya mengidentifikasi satu jenis unit analisis yakni unit pencatatan. Sementara Riffe et al. (1998) dan Kripendorff (2004) mengidentifikasi unit analisis lain selain unit analisis pencatatan dan unit konteks yaitu unit sampel.95

93

Klaus Krippendorf, Analisis Isi :Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Rajawali Press,1991), hal 35.

94

Ibid, hal 220.

95


(52)

commit to user

Secara umum dari berbagai unit analisis yang ada dalam analisis isi dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni unit sampel (sampling unit), unit pencatatan (recording unit) dan unit konteks (context unit). Unit sampel adalah unit yang dipilih oleh peneliti untuk didalami. Unit ini ditentukan oleh topik dan tujuan riset yang menentukan isi apa yang akan diteliti dan yang tidak diteliti. Unit pencatatan berkaitan dengan bagian apa dari isi yang akan dicatat, dihitung dan dianalisis. Sementara unit konteks adalah konteks apa yang diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi arti pada hasil pencatatan.96

Unit pencatatan adalah unit yang paling penting dalam analisis isi. Setidaknya ada lima jenis unit pencatatan (lihat Riffe et al.,1998 dan Krippendorff, 2004) yaitu :

a. Unit Fisik

Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik ini sangat tergantung dari jenis teks. Untuk film atau televisi, ukuran fisik ini dapat berupa waktu (durasi).97

96

Eriyanto, op.cit, hal 61-64.

97


(53)

commit to user b. Unit Tematik

Unit tematik lebih melihat tema pembicaraan dari suatu teks. Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “ teks berbicara tentang apa atau mengenai apa”. Unit ini seperti yang dikatakan Holsti (1969:116) juga memungkinkan peneliti melihat kecenderungan, sikap dan kepercayaan dari suatu teks.98

c. Unit Referensial

Weber menyebut unit referensial ini sebagai “word sense” yakni

kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud dan merujuk pada sesuatu yang sama.99Sedangkan Krippendorff menyebut unit referensial ini sebagai unit kategoris.100 Kata-kata yang mirip, sepadan atau punya arti dan maksud yang sama dicatat sebagai satu kesatuan.

d. Unit Sintaksis

Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan elemen atau bagian bahasa dari suatu isi. Elemen bahasa ini tergantung dari jenis teks. Untuk bahasa tertulis unit bahasa ini dapat berupa kata, kalimat atau anak kalimat. Untuk bahasa gambar dapat berupa

98

Eriyanto, op.cit, hal 84.

99

Robert Phillip Weber, Basic Content Analysis. International Hanbooks of Quantitative Applications in the Soscial Science, Vol 6. (London : Sage Publications, 1994), hal 264.

100

Klaus Krippendorff,Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (Thousan Oaks: Sage Publications,1980), hal 105.


(54)

commit to user

potongan adegan, gambar dan sebagainya. Dalam unit sintaksis cara yang digunakan adalah menghitung frekuensi dari unit bahasa seperti berapa kali kata “teroris” muncul dalam suatu teks.101

e. Unit Proporsional

Unit proporsional adalah unit analisis yang menggunakan pernyataan (proposisi) yang menghubungkan dan mempertautkan satu kalimat dan kalimat lain dan menyimpulkan pernyataan yang terbentuk dari rangkaian antar kalimat ini.102

8. Penelitian Terdahulu

Telah banyak penelitian mengenai metode analisis isi kuantitatif yang digunakan dalam mengkaji aspek pesan komunikasi di bidang ilmu komunikasi. Di UNS sendiri telah banyak peneliti yang menggunakan analisis isi untuk mengkaji berbagai media seperti koran, majalah, iklan dan tayangan televisi. Namun di UNS masih jarang bahkan peneliti belum menemukan penelitian komunikasi yang menggunakan metode analisis isi kuantitatif untuk meneliti film. Penelitian film di UNS biasanya menggunakan analisis semiotika dan wacana. Alasan ini yang membuat peneliti terdorong untuk melakukan penelitian film dengan metode analisis isi kuantitatif.

101

Eriyanto, op.cit, hal 71.

102


(1)

commit to user

menggunakan unit referensial ini, akan dapat diketahui porsi masing-masing kategori tokoh pelaku patriotisme.

6. Pengkodingan

Sebelum melakukan pengkodingan, para coder terlebih dahulu menonton keseluruhan film secara berulang-ulang. Peneliti sendiri telah menonton kedua film selama lebih dari 10 kali untuk benar-benar mengamati nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film. Setelah mengamati kedua film, peneliti membuat transkrip film untuk mempermudah proses pengkodingan. Selanjutnya peneliti membuat petunjuk pengkodingan atau protokoler pengkodingan (lihat di lampiran) yang jelas dan detail berdasarkan variabel penelitian. Kemudian barulah dilakukan proses pengkodingan.

Dalam penelitian ini, pengkodingan dilakukan dengan menggunakan tiga jenis unit analisis yaitu analisis tematik, fisik dan referensial. Unit tematik dan unit fisik digunakan untuk mengkoding dimensi nilai-nilai patriotisme, sedangkan unit referensial digunakan untuk mengkoding dimensi tokoh pelaku patriotisme.

Proses coding menggunakan unit tematik terbilang lebih rumit karena tidak seperti unit analisis lain, dalam unit analisis tematik, coder tidak dapat langsung menghitung atau mengukur. Namun pengcoder perlu melihat secara keseluruhan, mengamati dan baru kemudian dapat


(2)

commit to user

mengkode ke dalam kategori yang sesuai. Dalam unit tematik pengkoder tidak hanya mengukur atau menghitung saja, tetapi juga memberikan penilaian dan kemudian mengkategorikan ke dalam kategori yang sesuai dalam penelitian berdasarkan protokol coding

(lihat di lampiran). Untuk itulah diperlukan protokol coding yang detail dan jelas untuk meminimalisir kemungkinan adanya penafsiran coder.

Selain menggunakan unit tematik, proses coding untuk dimensi nilai-nilai patriotisme juga menggunakan unit analisis fisik. Proses coding unit fisik terbilang sederhana. Coder hanya tinggal menghitung lama durasi (dalam hitungan detik) dari potongan adegan dalam film yang menampilkan nilai-nilai patriotisme. Kemudian lama durasi dari tiap potongan adegan yang menampilkan nilai-nilai patriotisme dijumlahkan untuk mengetahui jumlah durasi keseluruhan yang mengandung nilai-nilai patriotisme. Dari sini dapat diketahui apakah film yang dikoding sarat akan nilai-nilai patriotisme dengan persentase durasi nilai-nilai patriotisme lebih dari 50% atau lebih dari separuh dari durasi film.

Dimensi tokoh pelaku patriotisme menggunakan unit referensial. Proses

coding unit referensial dimulai dengan mengelompokkan tokoh dalam film berdasarkan kategori tokoh pelaku patriotisme. Kemudian coder

melihat kedua film (Sang Pencerah dan Sang Kiai). Selanjutnya dari nama-nama atau tokoh yang muncul secara eksplisit dalam adegan yang menampilkan nilai-nilai patriotisme, coder lalu melihat ke dalam daftar


(3)

commit to user

(list) protokol coding. Berdasarkan hal itu, coder kemudian mengkode ke dalam 6 kategori tokoh pelaku patriotisme yang dipakai dalam penelitian.

7. Validitas

Validitas di sini digunakan untuk mengukur apakah alat yang dipakai sudah benar dan tepat untuk menelitimasalah yang akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan coding sheet sebagai alat ukur. Validitas yang peneliti gunakan adalah dengan cara mengajukannya dengan ahli analisis isi.123 Ahli yang peneliti maksud disini adalah dosen ilmu komunikasi sebagai pembimbing peneliti.

8. Reliabilitas

Analisis isi selain harus valid juga harus mempunyai reliabilitas atau keandalan yang tinggi. Analisis isi harus dilakukan secara objektif artinya tidak boleh ada beda penafsiran antara coder yang satu dengan

coder yang lain. Reliabilitas diartikan sebagai fungsi dari keseluruhan rancangan studi menyangkut prosedur sampling, prosedur penghitungan, prosedur pengkodingan dan reliabilitas kategori. Reliabilitas berhubungan dengan sejauh mana pengukuran bila diulangi mencapai nilai yang sama.124

123

Eriyanto, op.cit, hal 263.

124


(4)

commit to user

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik intercoder reliability. Untuk mengukur realibilitas antar coder ada beberapa rumus yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan formula Holsti dan formula Scott (Scott Pi).

Menurut formula Holsti, rumus untuk menghitung reliabilitas antar coder adalah sebagai berikut125 :

Dimana :

CR = Coeficient Reliability

M = jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder)

N1 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 1

N2 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 2

Selain formula Holsti, peneliti juga menggunakan formula Scott (Scoot Pi) untuk memperkuat hasil uji reliabilitas. Dibandingkan formula Holsti, formula Scott ini lebih valid dalam mengukur angka reliabilitas

125


(5)

commit to user

karena factor peluang terjadinya persamaan antar coder diperhitungkan. Rumus formula Scott adalah sebagai berikut126 :

Dimana :

Pi = Probability of Indexs/

persetujuanantar coder

Persetujuan yang nyata = coeficient reliability

Persetujuan yang diharapkan = kuadrat dari masing-masing proporsi kategori.

Realibilitas bergerak antara 0 sampai 1 dimana 0 berarti tidak ada satupun yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan sempurna diantara para coder. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya jika lebih dari 0,7 berarti alat ukur benar-benar reliabel. Akan tetapi, jika hasil perhitungan angka reliabilitas di bawah 0,7 maka alat ukur yang digunakan tidak reliabel. Seperti juga yang dikatakan oleh Laswell bahwa menurutnya pemberian angka yang menunjukkan kesamaan antara pelaksana koding sebaiknya berkisar antara70 – 80 %, dengan

126


(6)

commit to user

demikian proses koding dapat diterima sebagai keterpercayaan. yang memadai (handal). 127

J. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul melalui coding sheet yang didapatkan oleh para coder

akan di-input ke dalam tabel secara keseluruhan agar mudah membacanya. Setelah itu data yang terkumpul akan diuji keabsahannya melalui uji reliabilitas. Apabila data sudah dinyatakan reliabel setelah melewati uji reliabilitas, data akan disajikan ke dalam tabel frekuensi yang menyajikan masing-masing dimensi. Tahap selanjutnya yaitu menganalisis perbandingan isi pesan nilai-nilai patriotisme dalam film Sang Pencerah (2010) dan film

Sang Kiai (2013) sesuai dengan data yang telah disajikan kemudian mendeskripsikannya. Hal tersebut berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan, yang dalam penelitian ini adalah nilai-nilai patriotisme dalam film.128

127

Don Michael Flournoy&Akhmadsyah Naina.Analisa Isi Surat Kabar-SuratKabar Indonesia, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press :1989), hal 81.

128