Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu hak pada individu anak bangsa untuk dapat menikmatinya. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana yang tertuang dalam UUD dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa :” setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan ”. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989, menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Memiliki pengetahuan dan kesehatan jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertangung jawab masyarakat dan kebangsaan. Dalam GBHN tentang pendidikan ditekankan pula bahwa pembinaan dan pengembangan pendidikan merupakan bagian dari peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan kesehatan jasmani dan 2 rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin, dan sportifivitas serta pengembangan prestasi olahraga dapat meningkatkan rasa kebangsaan nasional. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah melalui proses pembelajaran disekolah. Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan di kembangkan terus menerus. Pembinaan guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra- jabatan pre- service education maupun program dalam jabatan inservice education. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan berkualitas well training and well qulified potensi sumberdaya guru itu perlu terus menerus bertambah dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional Piet Sahertian, 2000 : 1 Dalam intensifikasi pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang dilakukan secara sistematis pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat Depdiknas 2003 : 5 . Selain itu pengembangan dibidang pendidikan jasmani adalah upaya yang amat menentukan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia. Salah 3 satu upaya itu adalah mewujudkan bentuk manusia indonesia yang sehat, kuat, terampil dan bermoral. Dan pembinaan pendidikan jasmani diarahkan guna membentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar daripadanya dapat dihasilkan manusia yang kreatif dan produktif. Adapun istilah penggunaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan atau disebut juga dengan penjasorkes mengalami banyak perubahan pada awalnya digunakan istilah pendidikan jasmani kemudian seiring dengan perkembangan pendidikan istilah pendidikan jasmani diganti dengan pendidikan jasmani dan kesehatan atau yang disebut juga dengan penjaskes dan sekarang digunakan istilah penjasorkes. Banyak sekali batasan-batasan yang dikemukakan dalam berbagai pengertian tentang pendidikan jasmani. Jika rohani dan jasmani dipandang sebagai dua bagian yang terpisah, maka pendidikan jasmani adalah untuk jasmani. Namun pandangan demikian sudah ditingggalkan dan organisme manusia secara wajar dan alami sekarang dilihat dalam satu kesatuan individu hingga pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui jasmani. Yang bertujuan untuk membentuk manusia secara menyeluruh atau seutuhnya Abdulkadir Ateng, 1992 . Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan yang menyeluruh memiliki tujuan yang meliputi empat asfek antara lain asfek fisik, kognitif, afektif, dan psikomotor. Melihat pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan baik dari segi pencapaian tujuan maupun yang ingin dicapai, maka perlu adanya peninjauan yang lebih 4 mendalam tentang pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan supaya nanti tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tersebut benar-benar memenuhi sasaran, untuk itu dalam proses pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan baik dari segi penyampaian materi, bahan pengajaran, guru, sarana dan prasarana maupun siswa perlu dikaji lebih mendalam lagi. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melaui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap positif, dan kecerdasan emosi Depdiknas :2004 . Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, siswa akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Meskipun pendidikan jasmani menawarkan pada siswa untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar siswa bergembira dan bersenang-senang. 5 Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ” selingan ” , tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari hal-hal yang penting. Untuk itu, pelajaran penjasorkes tidak kalah pentingnya dengan pelajaran lain seperti : Matematika, Bahasa, IPS, IPA dan lain-lain. Untuk mencapai semua itu maka guru penjasorkes harus memiliki kinerja yang baik. Banyak faktor- faktor yang mempengaruhi dalam proses pencapaian kinerja guru secara optimal diantaranya adalah motivasi, persepsi, dan fasilitas. Motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya Sondang, 2004:138. Selain motivasi faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani yaitu persepsi, persepsi dimulai dari pengamatan dan penangkapan mengenal objek-objek dan fakta- fakta melalui pengamatan panca indra, selanjutnya dengan adanya persepsi yang baik dari guru lain terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, diharapkan guru dapat meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran. Selain dua faktor diatas, fasilitas juga sangat berperan dalam 6 tujuan proses pembelajaran, dengan adanya fasilitas yang memadai maka seorang guru akan lebih mudah dalam melakukan proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan juga akan berjalan dengan lancar. fasilitas merupakan salah satu peran yang penting dalam pencapai tujuan dan meningkatkan kinerja guru. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat karena itu maka pendidikan adalah tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan juga menjangkau luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat kemasyarakatan, latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf dengan mendayagunakan fasilitas yang ada. Sehubungan dengan itu maka untuk mencapai suatu realisasi dan tujuan pendidikan nasional perlu adanya partisipasi seluruh lapisan masyarakat termasuk guru. Peran guru menjadi penentu kualitas bangsa dan sebagai tenaga profesional kependidikan yang mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam berhasil atau tidaknya program pendidikan tergantung dari kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan tanggal 8 sampai 9 Januari 2009. di SMA N 1 Bumiayu, di SMA BU NU Bumiayu, di SMA Islam Bumiayu wawancara dengan guru. Bahwa belakangan ini banyak sorotan yang berkaitan dengan terus menurunnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah dan guru menjadi penyebabnya. 7 Masalah ini yang masih dipertanyakan. Apa benar guru penjasorkes penyebabnya, karena fenomena yang terjadi dikalangan guru SMA Se- Kecamatan Bumiayu mengatakan bahwa adanya pendapat yang pro dan kontra dari para guru selain mata pelajaran penjasorkes kaitannya dengan kinerja guru mata pelajaran penjasorkes. Sebagian besar kalangan guru yang suka pro terhadap kinerja guru penjasorkes mengemukakan pendapat bahwa kinerja guru penjasorkes sebenaranya sudah baik dan sama dengan mata pelajaran lainnya. Mereka sudah menjalankan tugas pokoknya dan tugas lainnya sebagai seorang guru secara profesional. Dalam hal ini mereka sudah menguasai materi yang akan diajarkan, merencanakan pembelajaran dibuktikan dengan membuat rancangan pembelajaran sebelum mereka mengajar, melaksanakan serta mengawasi proses pembelajaran. Mungkin saja dalam proses pembelajaran guru penjasorkes berbeda dengan guru mata pelajaran yang lain. Hal ini tentunya harus bisa dimaklumi. Mengapa demikian karena : 1. Disiplin ilmu yang berbeda antara guru penjasorkes dengan guru mata pelajaran lain. 2. Kuantitas waktu yang berbeda dalam proses pembelajaran. 3. Sarana dan prasarana yang berbeda dalam proses pembelajaran, terutama jika proses pembelajaran penjasorkes dilaksanakan di luar kelas lapangan. 8 4. Kostum guru yang berbeda antara guru penjasorkes dengan guru mapel lain, terutama jika proses pembelajaran penjasorkes dilaksanakan diluar kelas lapangan. Adapun sebagian kecil kalangan guru yang tidak suka kontra terhadap kinerja guru mata pelajaran penjasorkes mengemukakan pendapat, bahwa untuk menjadi seorang guru mapel penjasorkes sangatlah mudah, semua orang bisa tidak perlu memiliki disiplin ilmu yang khusus. Mereka menyatakan demikian karena pada kenyataannya dilapangan setiap proses pembelajaran penjasorkes. Hanya seperti itu saja, monoton, membosankan, dan tidak ada perkembangan yang kreatif dari guru penjasorkes dalam proses pembelajaran. Contohnya mereka melihat langsung di lapangan setiap pembelajaran penjasorkes siswa hanya diajak ke suatu tempat dalam hal ini contohnya lapangan bola voli dan diberi bola voli begitu saja, kemudian siswa dibiarkan bermain dengan guru penjasorkesnya hanya mengawasi dari jauh di tempat yang teduh. Pendapat ini mungkin benar tetapi kita tidak bisa berargument secara mutlak dan memfonis salah semua guru penjasorkes khususnya di SMA se- kecamatan Bumiayu tentang kinerja guru penjasorkes seperti contoh yang dikemukakan di atas. Jikapun ada guru penjasorkes yang demikian, mungkin guru tersebut belum memahami hakekat dan tujuan penjasorkes yang sesungguhnya. 9 Agus S. Suryobroto 2001:71 mengatakan bahwa guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang baik dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan harus : 1. Menyiapkan diri dalam hal fisik dan mental. 2. Menyiapkan materi pelajaran sesuai GBPP dan membuat satuan pembelajaran. 3. Menyiapkan alat, perkakas, dan fasilitas agar terhindar dari bahaya dan kecelakaan. 4. Mengatur formasi siswa sesuai dengan tujuan, materi, sarana dan prasarana, metode dan jumlah siswa. 5. Mengoreksi siswa secara individual dan secara klasikal. 6. Mengevaluasi secara formatif dan sumatif. Bertitik tolak dari pokok pikiran dan pendapat dari masyarakat yang telah dipaparkan didepan, maka timbullah salah satu pertanyaan bagaimana kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul :” survei persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes se-kecamatan bumiayu kabupaten brebes tahun 2009”.

1.2. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata

6 147 156

(ABSTRAK) SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMP SE KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 2

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DI DABIN IV KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES.

0 0 2

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DI DABIN IV KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES.

0 1 82

Survei Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP se- Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal tahun 2008/2009.

0 0 1

(ABSTRAK) SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 2

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 72

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Terhapdap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Tingkat SMP Se-Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.

0 0 81

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN VII KECAMATAN BREBES TAHUN 2009.

0 1 112

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMP SE KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 66