Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan

29 cara mengevaluasi kemajuan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi, administrasi, waktu, jumlah ruang, dana serta pilihan pelajaran. Menurut J. Salen Saylor dan William. M Alexander yang dikutip oleh Nasution 2006:4 kurikulum meliputi segala pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar anak mencapai tujuan yang ditentukan oleh guru. Tujuan ini akan dicapai melalui berbagi pengalaman , baik pengalaman disekolah maupun diluar sekolah. Menurut Harold. B Albert cs yang dikutip oleh Nurhasan 2000:1 memandang kurikulum sebagai all the activities that are provide for the student by the school . Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah di dalam kelas dan di luar kelas. Berdasarkan struktur program jumlah pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, masing-masing kelas dua jam pelajaran setiap minggu termasuk tes dan ulangan ujian.

2.2.4. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan

kesehatan. 2.2.4.1 Guru Pendidikan Jasmani,Olahraga, dan Kesehatan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah UU No. 142005 : pasal 1. 30 Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjasorkes bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjasorkes adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjasorkes yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran dilaksanakan oleh tenaga – tenaga profesional dan tenaga – tenaga non profesional bertingkat – tingkat persiapannya. Tingkat profesionalisasi itu didasarkan pada kemampuan khusus, pengalaman, latar belakang akademis, ijazah, dan gelar yang dimilikinya. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, 3. Memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya, 31 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, 5. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, 8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan 9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal- hal yang berkaitan dengan tugas profesi guru. Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru adalah jabatan professional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional, hasil lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI Bandung sebagai berikut : 1. Fisik  Sehat jasmani dan rohani 32  Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik. 2. Mental kepribadian  Berkepribadian berjiwa Pancasila.  Mampu menghayati GBHN.  Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik.  Berbudi pekerti luhur.  Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.  Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.  Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggungjawab yang besar akan tugasnya.  Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.  Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.  Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.  Ketaatannya akan disiplin.  Memiliki sense of humor. 3. Keilmiahan pengetahuan  Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.  Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik. 33  Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.  Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang – bidang yang lain.  Senang membaca buku – buku ilmiah.  Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi.  Memahami prinsip – prinsip kegiatan belajar mengajar. 4. Keterampilan  Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.  Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.  Mampu menyusun garis – garis besar program pembelajaran GBPP.  Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik – teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.  Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. Kompetensi professional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru Oemar Hamalik, 2002 : 36 – 38 . Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang melakukan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian 34 tersebut, telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi – kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik – baiknya. Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional apabila : 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggungjawab dengan sebaik – baiknya. 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan – peranannya secara berhasil. 3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan tujuan instruksional sekolah. 4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam program mengajar dan belajar dalam kelas. Karakteristik itu akan kita tinjau dari berbagai segi tanggungjawab guru, fungsi, dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan guru dalam proses belajar mengajar Oemar Hamalik, 2002 : 38 – 39 . Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan beragai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar. Berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adams Dickey dalam bukunya Basic Princiles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas 35 dalam situasi belajar mengajar. Tiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar. Dalam tulisan ini hanya akan menyebut salah satu keterampilan yang dipandang “ inti “ untuk masing – masing peranan tersebut. 1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas. 2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok – kelompok murid. 3. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengajarkan dan mendorong kegiatan belajar siswa. 4. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan arahan pelajaran. 5. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan. 6. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan cara menyelidiki sumber – sumber masyarkat yang akan digunakan. 7. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan meramu bahan pelajaran secara profesional. 8. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas. 9. Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar anak. 36 10. Guru sebagai perannya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah. 11. Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan penghargaan terhadap anak – anak yang berprestasi. 12. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak – anak secara objektif, kontinyu, dan komprehensif. 13. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu anak – anak yang mengalami kesulitan tertentu. Pandangan klasik yang lain mengenai pengetahuan ialah yang dikemukakan oleh Aristotales, dan yang kemudian dikembangkan pula melalui aliran empirisme John Locke. Menurut pandangan empirisme, pengetahuan bukanlah telah ada dalam pikiran murid – murid berupa “idea“. Tetapi pengetahuan murid itu diperoleh dari dunia luar dirinya. Pandangan ini menganggap bahwa jiwa murid – murid berfungsi sebagai wadah yang dapat diisi dengan ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan itu maka guru yang baik adalah orang yang tahu benar pengetahuan yang diajarkannya. Dan murid hanya bersikap menerima dengan pasif saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Pandangan seperti tersebut di atas terjelma di sekolah – sekolah tradisional, sehingga mengajar pada sekolah – sekolah tradisional itu menampakkan ciri – ciri sebagai berikut ini : 1. Mengajar berpusat pada bahan pelajaran. 2. Mengajar berpusat pada guru. 37 3. Metode mengajar ialah ceramah. Konsep modern tentang mengajar mencakup hal – hal sebagai berikut ini : 1. Belajar adalah mengalami. 2. Belajar ialah memecahkan masalah problem solving . 3. Pengajaran tertuju pada pengembangan segenap aspek kepribadian. 4. Dalam proses pengajaran murid yang aktif. 5. Dalam proses pengajaran peranan minat penting. Definisi mengajar yang umumnya dipahami dan digunakan berbunyi sebagai berikut : “ mengajar ialah usaha menyajikan pengetahuan oleh seorang kepada orang lain “. Rumusan batasan demikian, menurut Smith 1960 : 87 terutama digunakan oleh orang - orang yang berpendapat bahwa pengajaran adalah sebagai usaha mengembangkan daya berpikir, yang berarti bahwa pikiran murid akan berkembang apabila kepadanya disajikan informasi mengenai fakta dan teori. Sesuai dengan batasan seperti itu maka mengajar bersifat kegiatan berceramah dan memberikan penjelasan. Definisi mengajar yang mendukung pandangan bahwa seseorang yang belajar terlibat dalam kegiatan “ problem solving “ adalah misalnya seperti yang dirumuskan oleh John bubacher 1967 berbunyi : “ Mengajar merupakan usaha mengatur dan mempengaruhi situasi yang mengandung rintangan, dimana seorang individu ingin mengatasi rintangan itu dan ia belajar dari pengalamannya itu “. Dalam hal ini mengajar berarti melibatkan dan membimbing murid dalam proses memecahkan masalah yang dihadapinya. 38 Dibawah ini akan dikemukakan beberapa pinsip mengajar yang bertolak dari pandangan modern untuk membedakannya dengan yang tradisional mengenai mengajar. Seperti telah disebutkan, pandangan modern itu telah tumbuh sebagai akibat adanya perubahan dalam cara memandang hakekat manusia guru, murid, dan masyarakat serta kehidupan ini, yang mempunyai implikasi pada proses mengajar belajar. Beberapa prinsip yang mendapat perhatian dalam pengajaran modern adalah sebagai berikut : 1. Pengajaran haruslah bertolak dari filsafat hidup bangsa. 2. Pengajaran harus bertujuan untuk mengubah dan mengembangkan pola – pola tingkah laku murid. 3. Pengajaran harus bertolak dari kurikulum yang menjangkau keperluan anak dan masyarakat. 4. Pengajaran harus memperhatikan setiap murid dan mendorong perkembangan semua potensi mereka sepenuhnya. 5. Pengajaran hendaknya menjadikan masyarakat sumber untuk belajar. 6. Pengajaran modern bertolak dari keyakinan bahwa belajar adalah proses mengalami. 7. Pengajaran modern mementingkan kreativitas murid. 8. Pengajaran modern bertolak dari kenyataan bahwa murid – murid berbeda satu sama lain. 9. Pengajaran modern bertolak dari anggapan bahwa murid merupakan organisma yang aktif dan beraksi secara menyeluruh. 39 10. Penilaian yang kontinyu dan menilai diri sendiri adalah prinsip yang penting dalam pengajaran modern. 11. Pengajaran akan lebih berhasil membuat pengalaman murid saling berhubungan apabila diadakan korelasi antara mata pelajaran. 12. Pengajaran akan lebih berhasil apabila dibantu dengan alat – alat peraga dan menggunakan berbagai sumber. 13. Pengajaran harus memberi kesempatan yang cukup bagi murid untuk bekerjsama dalam kelompok disamping belajar individual. 14. Dalam proses pengajaran motivasi adalah penting. Disamping fungsi guru yang utama yaitu mengajar, seorang guru mempunyai pula sejumlah fungsi yang lain, yaitu : 1. Mengajar. 2. Membimbing. 3. Mengerjakan tugas – tugas administrasi. 4. Melakukan tugas – tugas dalam hubungan dengan masyarakat. 5. Melakukan kegiatan – kegiatan profesional. Kode etik guru Indonesia Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai- nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu system yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagi guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di 40 masyarakat.dengan demikian, maka kode etik guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta menyebutkan kode etik guru Indonesia adalah sebagi berikut : Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setiap pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945. oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada dasar-dasar sebagai berikut : 1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. 2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. 3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang pesarta didik sebagai bahan melakukan bimbingn dan pembinaan. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tangguung jawab bersama terhadap pendidikan. 6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. 41 7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. 8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagi sarana perjuangan dan pengabdian. 9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Made Pidarta, 2000 : 56 2.1.4.1. Pengertian Belajar Kegiatan belajar tidak hanya dilingkungan sekolah tapi bisa juga di lingkungan keluarga atau masyarakat karena belajar merupakan suatu proses dari tidak tau menjadi tahu baik secara sengaja atau tidak sengaja, contoh yang di sengaja adalah kita belajar di sekolah sedangkan untuk yang tidak disengaja adalah dari pengalaman yang kita dapat, sedangkan menurut Gagne dan Berliner yang dikutip oleh Catharina Tri Anni 2004 :2 belajar adalah merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan itu relative atau konstan dan berbekas. Catharina Tri Anni 2004 :2 mengemukakan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia cukup mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip 42 dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis. 2.1.4.2 Pengertian mengajar Kata mengajar identik dengan seorang guru dimana guru dipercaya sebagai mediator dalam proses belajar menghafal. Mengajar dapat diberi arti bermacam-macam tergantung pandangan yang mendefinisikan. Secara tradisional mengajar diartikan sebagai penyampaian pengetahuan pada anak, Dalam hal ini memberi kesan bahwa mengajar itu yang lebih aktif adalah pengajar atau guru. Pengajar aktif memberi informasi ilmu pengetahuan dan pengalaman, sedangkan pelajar tinggal siap untuk menerima materi yang diberikan Hartanti, 1997 :26 . Menurut Raka Joni yang dikutip oleh Hartanti 1997 : 27 mengajar adalah penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, merupakan salah satu tanggung jawab guru atau pengajar, sedangkan unsur-unsur yang lain berfungsi sebagai pendukungnya, seperti kelengkapan sarana dan prasarana juga sangat menentukan. Para pengajar dituntut untuk bekerja ekstra keras dan penuh kesungguhan, sebab ditangan para pengajar inilah akan tercipta manusia-manusia yang lebih cerdas, terampil dan berbudi pekerti luhur. Belajar yang di maksud dengan sistem lingkungan di sini adalah kesatuan yang terorganisir antara komponen-komponen pengajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. 43 Proses belajar mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan akan berjalan dengan lancar bilamana pelajar dan pengajar sama- sama aktif dalam melakukan kegiatan. ss Belajar merupakan kegiatan yang paling utama bagi para siswa, dimana guru sebagai tenaga pengajarnya membimbing dan mendidik siswa agar lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian integral dari dua kegiatan, yaitu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh pengajar. Kedua kegiatan berlangsung secara terpadu dan bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan. Proses belajar mengajar akan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil apabila didukung oleh tenaga pengajar yang trampil, sumber daya yang memadai dan sarana prasarana yang mendukung, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, terlebih lagi mengenai sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar dimana unsur yang satu ini sangat menunjang kelancaran proses belajar mengajar, terlebih lagi pengajaran pendidikan jasmani dimana pelajaran ini sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana yang mendukung agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. 2.3 Kinerja 2.3.1 Pengertain Kinerja

Dokumen yang terkait

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata

6 147 156

(ABSTRAK) SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMP SE KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 2

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DI DABIN IV KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES.

0 0 2

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DI DABIN IV KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES.

0 1 82

Survei Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP se- Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal tahun 2008/2009.

0 0 1

(ABSTRAK) SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 2

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 72

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Terhapdap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Tingkat SMP Se-Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.

0 0 81

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN VII KECAMATAN BREBES TAHUN 2009.

0 1 112

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMP SE KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 66