1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sepsis adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh penyebaran mikroba atau toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan respons sistemik. Sepsis masih
merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada anak di negara industri dan negara berkembang. Sepsis juga merupakan kedaruratan medik sehingga
memerlukan pengobatan segera untuk menurunkan angka kematian. Goldstein B, 2005; Powel KR, 2000; Hayden WR, 1994. Di negara kita angka kematian karena
sepsis masih sangat tinggi, 50-70 dan apabila terjadi syok septik serta disfungsi organ multipel kematian meningkat 80 Latief A, 2003.
Diagnosis sepsis seringkali sulit ditegakkan dalam waktu singkat karena hasil biakan kuman yang merupakan baku emas diagnosis didapat setelah beberapa hari
Latief A, 2003; Chairulfatah A, 2002; Watson RS, 2003; Proulx F, 1996, Schoendoer KC, 2004. Telah diketahui bahwa beberapa pemeriksaan laboratorium
dapat digunakan untuk mengetahui adanya proses inflamasi, antara lain jumlah leukosit, tumor nekrosis faktor alfa, serta interleukin 1 dan 6. Akan tetapi
pemeriksaan tersebut tidak terlalu spesifik, oleh karena itu sulit sekali membedakan antara
Systemic Inflammatory Response Syndrome SIRS
dan sepsis pada pasien-
1
commit to user
2
pasien di ruang rawat intensif secara cepat, karena harus menunggu hasil kultur darah selama beberapa hari, sementara pasien harus mendapat pengobatan yang tepat
dengan segera. Hasil kultur yang positif bisa juga karena faktor kontaminasi dan kultur darah negatif belum bisa menyingkirkan adanya sepsis Pohan HT, 2004;
Meisner M, 2000; Vienna R, 2000; Simon L, 2004. Pemeriksaan prokalsitonin
PCT serum merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis sepsis pada bayi dan anak, karena prokalsitonin merupakan
surrogate marker
untuk infeksi. Hasil prokalsitonin dapat dipakai baik sebagai alat diagnostik maupun prognostik Assicot M, 1993; Meisner M, 2000.
Sejak awal tahun 1990-an prokalsitonin pertama kali digambarkan sebagai tanda spesifik infeksi bakteri. Kepekatan serum prokalsitonin meningkat saat
inflamasi sistemik, khususnya ketika hal tersebut disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Prokalsitonin adalah prohormon kalsitonin, kadarnya meningkat saat sepsis
dan sudah dikenali sebagai petanda penyakit infeksi. Sejak saat itu banyak penelitian yang menunjukkan peningkatan protein ini pada plasma yang menunjukkan adanya
infeksi berat, sepsis dan syok septik. Kadar prokalsitonin 1000 ng ml didapatkan pada keadaan sepsis dengan disfungsi multi organ dan syok septik. Saat ini masih
belum jelas apakah peningkatan prokalsitonin hanya dipengaruhi oleh adanya infeksi bakteri atau juga oleh adanya disfungsi multi organ yang disebabkan respon
inflamasi sistemik. Beberapa literatur hanya memfokuskan hubungan antara sepsis dengan disfungsi multi organ dan skor keparahan sepsis, tetapi belum banyak
penelitian yang mengamati hubungan antara kadar prokalsitonin dengan disfungsi perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
3
multi organ pada sepsis Meisner M, 2000; Vienna R, 2000; Balci C , β00γ; O’Connor
E, 2001. Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta, pemeriksaan prokalsitonin belum
bisa dilakukan. Pemeriksaan yang biasa kita lakukan untuk penanda sepsis adalah hitung jumlah leukosit dan C-Reaktif Protein CRP, disamping itu biaya untuk
pemeriksaan prokalsitonin juga lebih mahal. Banyak penelitian yang meneliti hubungan antara kadar C-Reaktif Protein dan prokalsitonin dengan sepsis, tetapi
belum banyak yang mengamati hubungan antara kadar C-Reaktif Protein dan prokalsitonin dengan disfungsi multi organ akibat sepsis, oleh karena itu penulis ingin
membandingkan antara C-Reaktif Protein dan prokalsitonin pada anak dengan disfungsi multi organ akibat sepsis.
B. Rumusan Masalah