Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Laboratorium

13 2006; Trevino S, 2007. Sepsis secara klinis dibagi berdasarkan beratnya kondisi, yaitu sepsis, sepsis berat dan syok septik. Sepsis berat adalah infeksi dengan adanya bukti kegagalan organ akibat hipoperfusi.Syok septik adalah sepsis berat dengan hipotensi yang persisten setelah diberikan resusitasi cairan dan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Pada 10-30 kasus syok septik didapatkan kultur positif dengan mortalitas mencapai 40-50 Guntur A, 2006.

6. Diagnosis

a. Pemeriksaan Klinis

Tidak ada tes diagnostik yang spesifik terhadap sepsis. Temuan yang cukup sensitif untuk mendiagnosis pasien dengan suspek sepsis antara lain demam atau hipotermia, takipneu, takikardia, leukositosis atau leukopenia, perubahan status mental akut, trombositopenia atau hipotensi. Gejala sepsis dapat bervariasi. Pada satu studi, 36 pasien sepsis berat mempunyai suhu tubuh yang normal, 40 dengan laju respirasi normal, 10 laju nadi normal, 33 didapatkan nilai hitung leukosit normal. Selain itu terdapat pula kondisi- kondisi non infeksi dengan gejala seperti sepsis. Penyebab SIRS non infeksi antara lain pankreatitis, trauma, emboli paru, overdosis obat Fauci AS, 2008. Sepsis adalah Systemic Inflammation Respons Syndrome SIRS yang disertai dugaan atau bukti ditemukan infeksi di dalam darah. Diagnosis SIRS dapat ditegakkan jikaditemukan minimal 2 gejala seperti instabilitas suhu suhu lebih dari perpustakaan.uns.ac.id commit to user 14 38,5 C atau kurang dari 36 C, takikardia, takipnea,danatau peningkatan maupun penurunan jumlah leukosit,atau neutrofil imatur lebih dari 10. Standarbaku diagnosissepsis adalah dengan ditemukannya bakteri dalam darah ditambah dengan gejala klinis berupa gangguan multi organ Guntur A, 2006; Munford RS, 2005.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk mendapatkan diagnosis definitif, dibutuhkan isolasi mikroorganisme dari darah atau situs lokal infeksi. Tidak begitu banyak studi yamg menjelasksn waktu yang optimal untuk melakukan pengambilan spesimen kultur darah agar dapat memaksimalkan keberadaan bakteri dalam darah. Beberapa data eksperimental menunjukkan bahwa masuknya bakteri ke aliran darah adalah sekitar 1 jam sebelum terjadi menggigil dan demam. Akan tetapi penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam kepositifan kultur darah yang didapat terhadap puncak demam dari pasien Fauci AS, 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi didapatkannya patogen dari spesimen kultur darah antara lain volume darah. Terdapat korelasi langsung antara volume darah yang dikultur dengan hasil yang terkait dengan jumlah Coloni Forming Unit CFU per mililiter pada darah.Makin besar volume darah, makin besar kemungkinan untuk mendeteksi bakteri fungi dalam darah. Pasien anak seringkali memiliki jumlah mikroorganisme yang lebih banyak di dalam darah, dan hasil yang cukup memuaskan bisa didapatkan dengan volume kultur darah yang lebih sedikit. Pada dewasa commit to user 15 direkomendasikan untuk mengambil volume untuk kultur darah sebanyak 20-30 ml per kultur. Pada anak-anak volume darah yang diambil tidak melebihi 1 dari total volume darah Mims C, 2005; Kristine MJ, 2007; Hack GE, 2000; Wilson, 2007; Setiati TE, 2009. Faktor lain yang mempengaruhi adalah rasio darah-medium. Darah manusia normal mengandung substansi yang menghambat pertumbuhan mikroba seperti lisozime, fagosit, antibodi dan agen antimikroba bila pasien menggunakan antimikroba sebelum pengambilan spesimen kultur darah. Untuk mereduksi konsentrasi faktor inhibitor dan menghambat aktivitasnya, darah harus didilusi pada media cair dengan rasio darah-medium 1:5 sampai 1:10. Kegagalan mempertahankan rasio ini dapat mengakibatkan hasil kultur negatif palsu. Spesimen darah anak dapat di inokulasi pada botol pediatrik yang didesain untuk mempertahankan rasio darah- medium dengan volume darah yang lebih sedikit Mims C, 2005; Kristine MJ, 2007; Hack GE, 2000; Wilson, 2007; Setiati TE, 2009. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah zat tambahan antikoagulan. Semua media cair untuk kultur darah mengandung antikoagulan. Antikoagulan yang paling efektif yaitu SPS Sodium Polyanetholesulfonate , dapat menetralkan lisozim, menghambat fagositosis, meginaktivasi beberapa aminoglokosida, dan menghambat beberapa bagian kaskade komplemen. Namun SPS juga dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri, yaitu Neisseria, Peptostreptococcus anaerobius, Moxarella catarrhalis dan Garnerella vaginalis .Walaupun demikian SPS masih menjadi antikoagulan yang sering digunakan. Heparin, EDTA dan sitrat bersifat commit to user 16 toksik terhadap mikroorganisme, sehingga darah tidak boleh di inokulasi pada media yang menggunakan antikoagulan tersebut Mims C, 2005; Kristine MJ, 2007; Hack GE, 2000; Wilson, 2007; Setiati TE, 2009. Kondisi inkubasi juga merupakan faktor yang berpengaruh, meliputi temperatur dan lamanya inkubasi. Kultur darah harus di inkubasi pada suhu 35 C setelah pengambilan dan dikirim ke laboratorium.Untuk metode konvensional manual, inkubasi yang direkomendasikan adalah selama 7 hari. Periode inkubasi standar untuk kultur darah rutin yang dikerjakan dengan sistem otomatis adalah selama 5 hari Mims C, 2005; Kristine MJ, 2007; Hack GE, 2000; Wilson, 2007; Setiati TE, 2009.

7. Tata Laksana