Perbandingan Antara C-Reaktif Protein dan Prokalsitinin sebagai

36 Kondisi Penderita Kadar PCT ngml Normal 0,5 Inflamasi kronik dan penyakit 0,5 autoimun Infeksi virus 0,5 Infeksi lokal s.d berat 0,5 SIRS, multiple trauma, luka bakar 0,5-2 Infeksi berat, sepsis, kegagalan 2 beberapa organ multiple organ paling sering 10-100 failure Tabel 3. Daftar Rujukan Kadar PCT pada Beberapa Keadaan Tertentu Dikutip dari Oberhoffer M, Vogelsang H, Russwurm S, Hartung T, Reinhart K, 1999. Outcame Prediction by Traditional and New Markers of Inflamation in Patients with Sepsis. Clin Chem Med 37;363-8

3. Perbandingan Antara C-Reaktif Protein dan Prokalsitinin sebagai

Penanda Dini Sepsis dan Disfungsi Multi Organ Berdasarkan definisi, C-reaktif protein CRP adalah protein yang disintesis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan. Protein ini diregulasi oleh IL-6 dan IL-8 yang dapat mengaktifkan komplemen Tillet WS, 1930. Disintesis sebagai asam amino 206 polipeptida dan disekresikan oleh hepatosit sekitar 23 monomer Kda non-glikosilasi, yang non-kovalen rekan untuk perpustakaan.uns.ac.id commit to user 37 membentuk struktur cincin karakteristik homopentamerik, termasuk kelompok Pentraxin Yeh ET, 2005; Pasceri V, 2000. Masing-masing monomer beratnya 23027Da dan sangat tahan terhadap proteolisis. Sedangkan prokalsitonin PCT adalah suatu protein, asam amino 116 dan merupakan prekursor hormon kalsitonin. Terdiri atas 116 asam amino dengan berat molekul 13 kDa protein Harbarth S, 2001; Meisner M, 1996; Whicher J, 2001; Flores Juan C, 2003; Rau B, 2004. Gen CRP terletak pada kromosom pertama 1q21-Q23. Pada manusia terletak pada kromosom 1q23, 4, dan terdiri dari duaekson dan satu intron Volanakis JE, 1977; Thompson D, 1999, sedangkan PCT disandi oleh gen Calc-1 di lengan pendek kromosom 11 dan diproduksi pada sel C kelenjar tiroid sebagai prohormon dari kalsitonin. Produksi diatur oleh kalsitonin I CALC I, gen pada kromosom 11p15.2- p15.1, merupakan gen dengan enam ekson meskipun ekson pertama tidak nyata diterjemahkan Harbarth S, 2001; Meisner M, 1996; Whicher J, 2001; Flores Juan C, 2003; Rau B, 2004. CRP serum akan meningkat ketika ada infeksi, baik infeksi oleh bakteri gram positif maupun gram negatif. Infeksi jamur sistemik juga menyababkan peningkatan CRP serum, bahkan pada pasien dengan imunodefisiensi. Sebaliknya kadar CRP cenderung lebih rendah pada pasien dengan infeksi virus yang akut. Belum ada data tentang CRP pada infeksi parasit, tetapi beberapa protozoa seperti malaria, pneumocystosis dan toxoplasmosis juga dapat meningkatkan kadar CRP serum. Pada infeksi kronis seperti tuberkulosis dan lepra, kadar CRP akan sedikit meningkat atau perpustakaan.uns.ac.id commit to user 38 normal Despres JP, 2008. PCT diinduksi oleh endotoksin yang dihasilkan bakteri selama infeksi sistemik. Infeksi yang disebabkan protozoa, infeksi non bakteri virus, dan penyakit autoimun tidak menginduksi PCT Meisner M, 1996. Terjadi peningkatan sedikit kadar PCT pada keadaan infeksi virus, neoplastik dan penyakit autoimun, sedangkan pada penyakit infeksi bakteri kronik tanpa inflamasi, reaksi alergi dan infeksi bakteri yang terlokalisasi tidak didapatkan peningkatan PCT. Pola produksi prokalsitonin tampak mirip dengan beberapa komponen tangga sitokin, dan penanda aktivasi imunitas seluler yang menunjukkan bahwa ini merupakan pereaksi fase akut. Kadar prokalsitonin dalam serum yang ditemukan sangat berhubungan dengan keparahan infeksi bakteri dan SIRS. Infeksi yang terjadi terbatas di organ tunggal tanpa ada tanggap sistemik reaksi inflamasi, kadar prokalsitonin rendah atau sedang Hatheril M, 1999. CRP adalah suatu alfa-globulin yang diproduksi di hepar dan kadarnya akan meningkat dalam 6 jam di dalam serum bila terjadi proses inflamasi akut. Kadar CRP dalam plasma dapat meningkat dua kali lipat sekurang-kurangnya setiap 8 jam dan mencapai puncaknya setelah kira-kira 50 jam. Setelah pengobatan yang efektif dan rangsangan inflamasi hilang, maka kadar CRP akan turun secepatnya, kira-kira 5-7 jam waktu paruh plasma dari CRP eksogen. CRP merupakan suatu reaktan fase akut, yaitu indikator nonspesifik untuk inflamasi, sama halnya seperti LED. Tetapi berbeda dengan LED, kadar CRP tidak dipengaruhi oleh anemia, kehamilan atau hiperglobulinemia Pasceri V, 2000; Despres JP, 2008. Kadar PCT muncul cepat perpustakaan.uns.ac.id commit to user 39 dalam 2 jam setelah rangsangan, puncaknya setelah 12-48 jam dan secara perlahan menurun dalam 48-72 jam. Konsentrasi PCT berhubungan dengan berat atau ringannya infeksi, tetapi tidak dipengaruhi oleh tipe kuman. PCT memiliki waktu paruh yang panjang, yaitu 25-35 jam Harbarth S, 2001; Meisner M, 1996; Whicher J, 2001. Kadar prokalsitonin sangat stabil baik in vivo maupun ex vivo walaupun pada suhu ruangan. Konsentrasi PCT pada darah arteri dan vena tidak berbeda. Tidak ada perbedaan konsentrasi PCT pada sampel serum dan plasma dengan antikoagulan yang berbeda Oberhoffer M, 1999. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Runtunuwu, dkk didapatkan hasil bahwa sensitifitas PCT dalam diagnosis sepsis adalah 80, namun spesifitasnya rendah Runtunuwu AL, 2008, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh O’Connor, dkk yang menyatakan PCT mempunyai sensitifitas 82-100 dan spesifitas 70-100 dalam diagnosis sepsis O’Connor E, 2001. Penelitian lain, yang dilakukan oleh Gendrel, dkk serta Lopez, dkk menyatakan bahwa PCT mempunyai spesifisitas yang tinggi, yaitu 100 dan sensitivitas 69. Penelitian Somech, dkk menyebutkan bahwa PCT mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik daripada CRP, IL- 6 dan interferon α dalam membedakan infeksi virus dan bakteri Lopez AT, 2008; Bohuon C, 2002; Shafig N, 2005; Oberhoffer M, 1999; Runtunuwu AL, 2008; Gendrel D, 1997. Penelitian lain yang dilakukan Meynaar, dkk mendapatkan bahwa PCT lebih baik dalam membedakan antara SIRS dan sepsis dibandingkan dengan CRP dan IL-6, perpustakaan.uns.ac.id commit to user 40 terutama dalam 24 jam pertama, tetapi meskipun PCT adalah yang terbaik sebagai marker sepsis, tetap harus diintegrasikan dengan data klinis yang lainnya dalam mendiagnosis sepsis Meynaar IA, 2011. Penelitian Charles, dkk menyebutkan bahwa PCT paling baik dalam membedakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif atau gram negatif dibandingkan dengan CRP dan jumlah leukosit Charles PE, 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Hatherill, dkk menyatakan bahwa PCT mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada CRP dan jumlah leukosit dalam diagnosis sepsis dan mempunyai nilai prediktif yang paling baik untuk syok septik Hatheril M, 1999. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 41

F. Kerangka Teori