Definisi Biosintesis C-Reaktif Protein

19 Tabel 1. Skor SOFA Dikutip dari Meisner M, Tschikowsky K, Palmaers T, Schmidt J, 1999. Comparison of Procalcitonin PCT and C-Reactive Protein CRP Plasms Concentrations at Different SOFA Scores During The Course of Sepsis and MODS. Crit Care 3;45-50

C. C-Reaktif Protein

1. Definisi

C- Reaktif Protein CRP merupakan protein yang disintesis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan. Protein ini diregulasi oleh IL- 6 dan IL-8 yang dapat mengaktifkan komplemen. Sintesis ekstrahepatik terjadi di neuron, plak aterosklerotik, monosit dan limfosit Tillet WS, 1930. Gen CRP terletak pada kromosom pertama 1q21-Q23. Pada manusia terletak pada kromosom 1q23,4, dan terdiri dari dua ekson dan satu intron. CRP disintesis sebagai asam amino 206 polipeptida dan disekresikan oleh hepatosit sekitar 23 monomer Kda non-glikosilasi, yang non-kovalen rekan untuk membentuk struktur commit to user 20 cincin karakteristik homopentamerik, termasuk kelompok Pentraxin Volanakis JE, 1977; Thompson D, 1999. Masing-masing monomer beratnya 23027Da dan sangat tahan terhadap proteolisis.Yang termasuk golongan pentraxin lainnya adalah komponen amiloid serum P. Protein ini ada dalam setiap evolusi vertebra, menunjukkan bahwa CRP memiliki peran sentral dalam respon imun. CRP serum akan meningkat ketika ada infeksi, baik infeksi oleh bakteri gram positif maupun gram negatif. Infeksi jamur sistemik juga menyababkan peningkatan CRP serum, bahkan pada pasien dengan imunodefisiensi, sebaliknya kadar CRP cenderung lebih rendah pada pasien dengan infeksi virus yang akut. Belum ada data tentang CRP pada infeksi parasit, tetapi beberapa protozoa seperti malaria, pneumocystosis dan toxoplasmosis juga dapat meningkatkan kadar CRP serum. Pada infeksi kronis seperti tuberkulosis dan lepra, kadar CRP akan sedikit meningkat atau normal Yeh ET, 2005.

2. Biosintesis

CRP adalah suatu alfa-globulin yang diproduksi di hepar dan kadarnya akan meningkat dalam 6 jam di dalam serum bila terjadi proses inflamasi akut. Kadar CRP dalam plasma dapat meningkat dua kali lipat sekurang-kurangnya setiap 8 jam dan mencapai puncaknya setelah kira-kira 50 jam. Setelah pengobatan yang efektif dan rangsangan inflamasi hilang, maka kadar CRP akan turun secepatnya kira-kira 5- 7 jam waktu paruh plasma dari CRP eksogen. Protein ini disebut demikian karena commit to user 21 bereaksi dengan C-polisakarida yang terdapat pada pneumokokus. Semula disangka bahwa timbulnya protein ini merupakan respons spesifik terhadap infeksi pneumokokus, tetapi ternyata sekarang bahwa protein ini adalah suatu reaktan fase akut, yaitu indikator nonspesifik untuk inflamasi, sama seperti LED. Berbeda dengan LED, kadar CRP tidak dipengaruhi oleh anemia, kehamilan atau hiperglobulinemia. Pada penderita dengan inflamasi yang berkaitan dengan kelainan imunologis, kadar CRP kembali normal bila pengobatan immunosupresif berhasil 9 Thompson D, 1999; Yeh ET, 2005; Pasceri V, 2000; Despres JP, 2008. CRP merupakan suatu protein fase akut yang dihasilkan dominan oleh hepatosit, merupakan suatu penanda inflamasi yang yang memberikan respon terhadap keadaan-keadaan peradangan atau inflamasi. Respon fase akut ini dapat berupa respon fisiologis dan biokimiawi yang mungkin saja terjadi pada kerusakan jaringan, infeksi, inflamasi dan keganasan. Secara sederhana yang dinamakan perubahan fase akut sebenarnya didasarkan pada perubahan konsentrasi dari protein- protein fase akut itu sendiri, yang dapat bersifat positif atau negatif dalam artian dapat naik ataupun turun sebanyak 25. Protein fase akut itu sendiri terdiri dari banyak jenis baik dari sistem komplemen, sistem koagulasi dan fibrinolitik, antiprotease, protein transpor dan lain-lain yang akan mengalami perubahan konsentrasi baik berupa peningkatan maupun penurunan, termasuk di dalamnya CRP Pasceri V, 2000; Despres JP, 2008. commit to user 22 CRP mengikat bakteri, jamur, parasit dan ligan intrinsik membran sel yang rusak, kromatin, histon, dan sel apoptosis, kemudian mengaktifkan jalur komplemen klasik dan mengikat reseptor imunoglobulin pada fagosit. Peran fisiologis CRP adalah untuk mengikat fosfokolin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati dan beberapa jenis bakteri untuk mengaktifkan sistem komplemen. CRP merupakan anggota dari kelas fase akut reaktan, sebagai tingkat yang meningkat secara dramatis selama proses peradangan yang terjadi dalam tubuh. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan konsentrasi plasma IL-6, yang diproduksi terutama oleh makrofag serta adipose Balci C, 2003; Harbarth S, 2001. Ada suatu korelasi positif antara kadar CRP dan IL-6. Tumor Necrosis Factor α TNF α dan IL-1 juga merupakan mediator pengaturan sintesis CRP. CRP mengikat fosfokolin pada mikroba untuk membantu komplemen mengikat sel-sel asing yang rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag fagositosis yang dimediasi oleh opsonin, yang mengekspresikan reseptor untuk CRP. Hal ini juga diyakini memainkan satu peran penting dalam kekebalan alamiah, sebagai sistem pertahanan awal terhadap infeksi. Sekresi CRP dimulai dalam 4-6 jam dari adanya rangsangan, dua kali lipat dalam 8 jam dan memuncak pada 36-50 jam. Dengan rangsangan yang sangat intens, konsentrasi CRP bisa naik di atas 500 mgl, yaitu lebih dari 1000 kali nilai referensi. Setelah rangsangan hilang, CRP akan menurun dengan cepat, memiliki waktu paruh 19 jam Pasceri V, 2000; Despres JP, 2008; Pepys MB, 1983. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 23 CRP naik sampai 50.000 kali lipat dalam peradangan akut, seperti infeksi. Peningkatan di atas batas normal dalam waktu 6 jam, dan puncak pada 48 jam. Waktu paruhnya konstan. Peningkatan terutama ditentukan oleh tingkat produksi dan tingkat keparahan penyebab pencetus. Kadar CRP serum pada manusia normal memiliki rata-rata 8 mg l 0,3-1,7 mg l dan dibawah 10 mg l pada 99 dari sampel yang normal. Nilai di atas nilai normal menunjukkan adanya suatu proses penyakit Widman, 1995.

3. Cara Pemeriksaan