Pengendalian Internal dan untuk mengetahui efektivitas pemberian kredit usaha kecil dan menengah.
Untuk mampu berperan sebagai badan usaha yang tangguh dan mandiri, koperasi melalui usaha pemberian kreditnya harus mampu meningkatkan
efektivitas sistem pemberian kredit dan berusaha sebaik mungkin mengurangi risiko kegagalan kredit. Jika diteliti lebih dalam, kegagalan kredit terutama
disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern. Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Peranan Struktur Pengendalian Intern dalam rangka Menunjang Efektivitas Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang penulis identifikasi adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana perusahaan menjalankan Struktur Pengandalian Internal.
2.
Bagaimana efektivitas pemberian kredit yang dilaksanakan oleh koperasi.
3. Seberapa jauh peranan Struktur Pengendalian Internal untuk menunjang
efektifitas pemberian kredit usaha kecil dan menengah. .
1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengetahui bagaimanakah perusahaan menjalankan Struktur
Pengendalian Internal.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh peranan Struktur Pengendalian Internal
untuk menunjang efektifitas pemberian kredit usaha kecil dan menengah..
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Kegunaan bagi Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan di bidang pengendalian internal khususnya menyangkut efektivitas sistem
pemberian kredit.
2. Kegunaan Operasional
a. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat memberikan peluang untuk menambah wawasan berpikir memperluas pengetahuan, baik dalam teori maupun praktek.
Dalam teori berarti memperoleh pemahaman dan penghayatan yang diperoleh pada saat kuliah. Dalam praktek, diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan penerapan dalam kegiatan perusahaan, khususnya koperasi. Selain itu penelitan ini berguna sebagai bahan penulisan skripsi
yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh sidang Sarjana Strata-1 S-1 Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan atau informasi untuk kemajuan koperasi.
c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang bermanfaat dan masukan sesuai dengan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS
2.1. Struktur Pengendalian Intern
Alasan perusahaan untuk menyusun Struktur pengendalian intern adalah dalam rangka membantu dalam mencapai tujuannya. Manajemen dalam
menjalankan fungsinya membutuhkan struktur pengendalian yang dapat mengamankan harta perusahaan, memberikan keyakinan bahwa apa yang
dilaporkan adalah yang benar benar dapat dipercaya dan dapat mendorong adanya efisiensi usaha serta dapat terus menerus memantau bahwa kebijaksanaan yang
telah ditetapkan memang dijalankan sesuai apa yang telah diharapkan.
2.1.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern
Pada umumnya setiap perusahaan dalam menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam perusahaan memerlukan pengawasan dan pengendalian dalam
melaksanakan semua kegiatan perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan dari perusahaan tersebut bisa mencapai tujuan yang
diinginkan perusahaan, dan bisa terhindar dari kecuranganpenyelewengan yang dilakukan pihak-pihak tertentu. Dengan adanya struktur pengendalian intern yang
dapat menjaga kekayaan perusahaan maupun kekayaan investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan. Adapun pengertian struktur pengendalian intern
menurut para ahli adalah:
Universitas Sumatera Utara
Pengertian Struktur pengendalian intern menurut AICPA American Institute of Certified Public Accountants menyebutkan, struktur pengendalian
intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan,
memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan
yang telah diterapkan. Pengendalian intern menurut Mulyadi dalam bukunya “sistem akuntansi”
2002:163 yaitu : “Struktur pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran–ukuran yang dikoordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen”.
Pengendalian intern menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebecke dalam bukunya “ Auiditing An Intergreted Appoach” 2000: 315 yaitu:
Internal control is a process designed to provide reasonable insurance the achivment of management`s objectives in the following categories:
a Reliability of financial reporting
b Effetiveness and efficiency of operations
c Compliance with applicable laws and regulation
Berdasarkan defenisi tersebut bahwa struktur pengendalian intern merupakan alat yang dapat digunakan untuk membantu pihak manajemen untuk
mencegah terjadinya kecurangan atau penyelewengan dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Tujuan Struktur Pengendalian Intern
Dari pengertian struktur pengendalian intern yang telah dijelaskan sebelumnya, maka terdapat beberapa tujuan pengendalian intern yang
dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu : Menurut Anthony dalam bukunya “Sistem Pengendalian Manajemen”
2002:7 tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut: 1.
Melakukan supervisi audit intern sebagai pengendalian untuk menjamin validitas informasi, menetapkan pengamanan yang memadai terhadap
pencurian dan kecurangan serta menjaga keamanan harta milik perusahaan. 2.
Memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi. 3.
Meningkatkan efisiensi data operasi. 4.
Membantu menjaga agar tidak timbul penyimpangan dari kebijakan manajemen yang telah diterapkan terlebih dahulu.
5. Menganalisis laporan kinerja.
Mulyadi dalam bukunya “Sistem Akuntansi” 2002:163 menyatakan tujuan pengendalian intern adalah:
1. Menjaga kekayaan organisasi. 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
3. Mendorong efisiensi. 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Universitas Sumatera Utara
Keempat tujuan tersebut dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu pengendalian intern akuntansi internal accounting control dan pengendalian
intern administratif internal administrative control. Pengendalian intern akuntansi, yang merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi. Pengendalian intern administratif, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen. Maka dapat diuraikan tujuan pengendalian intern untuk menjaga kekayaan
perusahaan, untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi yaitu dengan cara menggunakan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah
ditetapkan. Kemudian dipertanggungjawabkan kekayaan perusahaan yang dicatat, dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya ada secara periodik dan
merekonsiliasi catatan akuntansi yang diselenggarakan. Selain itu melakukan pengecekan terhadap keandalan data akuntansi dengan cara melakukan otorisasi
pejabat berwenang terhadap transaksi yang ada.
2.1.3. Unsur-Unsur Struktur Pengendalian Intern
Standar Auditing Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan Lampiran A paragraph 84 menjelaskan lima komponen
pengendalian intern yang kaitannya dengan audit atas laporan keuangan:
Universitas Sumatera Utara
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi. mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup
faktor-faktor berikut ini: a.
Integritas dan nilai etika Efektivitas pengendalian tidak dapat meningkat melampaui integritas dan
nilai etika orang yang menciptakan, mengurus, dan memantaunya. Integritas dan nilai etika merupakan unsur pokok lingkungan pengendalian, yang mempengaruhi
pendesainan, pengurusan, dan pemantauan komponen yang lain. Integritas dan perilaku etika merupakan produk dari standar etika dan perilaku entitas,
bagaimana hal itu dikomunikasikan, dan ditegakkan dalam praktik. standar tersebut mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi
dorongan dan godaan yang mungkin menyebabkan personel melakukan tindakan tidak jujur, melanggar hukum, atau melanggar etika. Standar tersebut juga
mencakup komunikasi nilai-nilai dan standar perilaku entitas kepada personel melalui pernyataan kebijakan dan kode etik serta dengan contoh nyata.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada individu. Komitmen terhadap
kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas tingkat kompetensi untuk
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat tersebut diterjemahkan ke dalam persyaratan keterampilan dan pengetahuan.
c. Partisipasi dewan komisaris dan komite audit
Kesadaran pengendalian entitas sangat dipengaruhi oleh dewan komisaris dan komite audit. Atribut yang berkaitan dengan dewan komisaris atau komite
audit ini mencakup independensi dewan komisaris atau komite audit dari manajemen, pengalaman dan tingginya pengetahuan anggotanya, luasnya
keterlibatan dan kegiatan pengawasan, memadainya tindakan, tingkat sulitnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dewan atau komite tersebut kepada
manajemen, dan interaksi dewan atau komite tersebut dengan auditor intern dan ekstern.
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen
Filosofi dan gaya operasi manajemen menjangkau tentang karakteristik yang luas. Karakteristik ini dapat meliputi antara lain: pendekatan manajemen dalam
mengambil dan memantau risiko usaha; sikap dan tindakan manajemen terhadap pelaporan keuangan dan upaya manajemen untuk mencapai anggaran, laba serta
tujuan bidang keuangan dan sasaran operasi lainnya. Karakteristik ini berpengaruh sangat besar terhadap lingkungan pengendalian terutama bila
manajemen didominansi oleh satu atau beberapa orang individu, tanpa mempertimbangkan faktorfaktor lingkungan pengendalian lainnya.
e. Struktur organisasi
Struktur organisasi suatu entitas memberikan rerangka kerja menyeluruh bagi perencanaan, pengarahan, dan pengendalian operasi. Suatu struktur
Universitas Sumatera Utara
organisasi meliputi pertimbangan bentuk dan unit-unit organisasi entitas, termasuk organisasi pengolahan data serta hubungan fungsi manajemen yang berkaitan
dengan pelaporan. Selain itu, struktur organisasi harus menetapkan wewenang dan tanggung jawab dalam entitas dengan cara yang semestinya.
f. Pembagian wewenang dan tanggungjawab
Metode ini mempengaruhi pemahaman terhadap hubungan pelaporan dan tanggung jawab yang ditetapkan dalam entitas. Metode penetapan wewenang dan
tanggung jawab meliputi pertimbangan atas: 1.
Kebijakan entitas mengenai masalah seperti praktik usaha yang dapat diterima, konflik kepentingan dan aturan perilaku.
2. Penetapan tanggung jawab dan delegasi wewenang untuk menangani
masalah seperti maksud dan tujuan organisasi, fungsi operasi dan persyaratan instansi yang berwenang.
3. Uraian tugas pegawai yang menegaskan tugas-tugas spesifik, hubungan
pelaporan dan kendala. 4.
Dokumentasi sistem komputer yang menunjukan prosedur untuk persetujuan transaksi dan pengesahan perubahan sistem.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Praktik dan kebijakan karyawan berkaitan dengan pemekerjaan, orientasi, pelatihan, evaluasi, bimbingan, promosi, dan pemberian kompensasi, dan tindakan
perbaikan. Sebagai contoh, standar pemekerjaan individu yang paling memenuhi syarat dengan tekanan pada latar belakang pendidikan, pengalaman bekerja
sebelumnya, prestasi sebelumnya, bukti tentang integritas dan perilaku etis
Universitas Sumatera Utara
menunjukan komitmen entitas terhadap orang yang kompeten dan dapat dipercaya. Kebijakan pelatihan yang mengkomunikasikan peran dan tanggung
jawab masa depan serta mencakup praktik-praktik seperti sekolah latihan dan seminar menunjukan tingkat kinerja dan perilaku yang diharapkan. Promosi yang
dipacu oleh penilaian kinerja berkala menunjukan komiitmen entitas terhadap kenaikan personel yang cakap ke tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
2. Penaksiran Resiko
Penaksiran resiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan pengidentifikasian, analisis, dan pengelolaan resiko yang relevan dengan
penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai denganprinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sebagai contoh, penaksiran resiko
dapat ditujukan ke bagaimana entitas mempertimbangkan kemungkinan transaksi yang tidak dicatat atau mengidentifikasi dan menganalisis estimasi signifikan
yang dicatat dalam laporan keuangan. Resiko yang relevan dengan pelaporan keuangan yang andal juga berkaitandengan peristiwa atau transaksi khusus.
Resiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern dan ekstern yang mungkin terjadi dan secara negatif berdampak terhadap
kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Sekali
resiko diidentifikasi, manajemen mempertimbangkan signifikan atau tidaknya, kemungkinan terjadinya, dan bagaimana hal itu dikelola. Manajemen dapat
membuat rencana, program, atau tindakan yang ditujukan ke resiko tertentu atau
Universitas Sumatera Utara
dapat memutuskan untuk menerima suatu resiko karena pertimbangan biaya atau yang lain. Resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan seperti berikut ini:
1. Perubahan dalam lingkungan operasi. Perubahan dalam lingkungan peraturan
dan operasi dapat mengakibatkan perubahan dalam tekanan persaingan dan resiko yang berbeda dapat mengakibatkan perubahandalam tekanan
persaingan dan resiko yang berbeda secara signifikan. 2.
Personel baru. Personel baru mungkin memiliki fokus yang berbeda atas pemahaman terhadap pengendalian intern.
3. Sistem informasi baru atau yang diperbaiki. Perubahan signifikan dan cepat
dalam sistem informasi dapat mengubah resiko berkaitan dengan pengendalian intern.
4. Pertumbuhan yang pesat. Perluasan operasi yang signifikan dan cepat dapat
memberikan tekanan terhadap pengendalian dan meningkatkan resiko kegagalan dalam pengendalian.
5. Teknologi baru. Pemasangan teknologi baru ke dalam operasi atau sistem
informasi dapat mengubah resiko yang berhubungan dengan pengendalian intern.
6. Lini produk, produk, atau aktivitas baru. Dengan masuk ke bidang bisnis atau
transaksi yang di dalamnya entitas belum memiliki pengalaman dapat mendatangkan resiko baru yang berkaitan dengan pengendalian intern.
7. Restrukturisasi korporat. Restrukturisasi dapat disertai dengan pengurangan
staf dan perubahan dalam supervise dan pemisahan tugas yang dapat mengubah resiko yang berkaitan dengan pengendalian intern.
Universitas Sumatera Utara
8. Operasi luar negeri. Perluasan atau pemerolehan operasi luar negeri membawa
resiko baru atau seringkali resiko yang unik yang dapat berdampak terhadap pengendalian intern, seperti, resiko tambahan atau resiko yang berubah dari
transaksi mata uang asing. 9.
Penerbitan standar akuntansi baru. Pemakaian prinsip akuntansi baru, atau perubahan prinsip akuntansi dapat berdampak terhadap resiko dalam
penyusunan laporan keuangan. 3.
Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa tindakan yangh diperlukan telah dilaksanakan untuk menghadapi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian
memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya, aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat
digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini: a.
Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan anggran, prakiraan, atau kinerja periode
sebelumnya; menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi atau keuangan satu sama lain, bersama dengan analisis atas hubungan dan tindakan
penyelidikan dan perbaikan; dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas, seperti review oleh manajer kredit, konsumen sebuah bank atas laporan
cabang, wilayah, tipe pinjaman, tentang persetujuan dan pengumpulan pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengolahan informasi. Berbagai pengendalaian dilaksanakan untuk mengecek
ketepatan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi application control. Pengendalian
umum biasanya mencakup pengendalian atas operasi pusat data, pemerolehan dan pemeliharaan perangkat lunak sistem, keamanan akses, pengembangan
dan pemeliharaan sistem aplikasi. Pengendalian ini berlaku untuk mainframe, minicomputer, dan lingkungan pemakaian akhir end-user. Pengendalian
aplikasi berlaku untuk pengolahan aplikasi secara individual. Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi, adalah sah, diotorisasi semestinya,
dan diolah secara lengkap dan akurat. c.
Pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi, dari akses terhadap
aktiva dan catatan; otorisasi untuk akses ke program komputer dan data files; dan perhitungan secara periodik dan pembandingan dengan jumlah yang
tercantum pada catatan pengendali. Luasnya pengendalian fisik yang ditujukan untuk mencegah pencurian terhadap aktiva adalah relevan dengan keandalan
penyusunan laporan keuangan, dan oleh karena itu relevan dengan audit, adalah tergantung dari keadaan seperti jika aktiva rentan terhadap perlakuan
tidak semestinya. Sebagai contoh, pengendalian ini biasanya tidak relevan bila keraguan sediaan akan terdeteksi berdasarkan inspeksi fisik secara periodik
dan dicatat dalam laporan keuangan. Namun, jika untuk tujuan pelaporan keuangan manajemen hanya semata-mata mempercayai perpetual inventory
records, pengendalian keamanan fisik akan relevan dengan audit.
Universitas Sumatera Utara
d. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi transaksi, pencatatan transaksi, menyelanggarakan penyimpanan aktiva ditujuakan untuk mengurangi kesempatan bagi seseorang
dalam posisi baik untuk berbuat kecurangandan sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan tugasnya dalam keadaan
normal.
4. Pemantauan atau Monitoring
Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan tindakan perbaikan yang dilakukan. Proses ini dilaksanakan melalui aktivitas pemantauan secara terus menerus, evaluasi secara
terpisah, atau suatu kombinasi di antara keduanya. Pemantauan secara terus menerus terhadap aktivitas dibangun ke dalam aktivitas normal entitas yang
terjadi secara berulang dan meliputi aktivitas pengelolaan dan supervise yang regular. Manajer penjualan, pembelian, dan produksi pada tingkat divisi dan
korporat berhubungan dengan operasi dan dapat mengajukan pertanyaan atas laporan yang menyimpang secara signifikan dari pengetahuan mereka tentang
operasi. Dalam banyak entitas, auditor intern atau personel yang melaksanakan fungsi semacam itu, membantu untuk melakukan pemantauan atas aktivitas entitas
melalui evaluasi secara terpisah. Mereka secara teratur memberikan informasi tentang berfungsinya pengendalian intern, memfokuskan sebagian besar perhatian
mereka pada evaluasi terhadap desain dan operasi pengendalian intern. mereka
Universitas Sumatera Utara
mengkomunikasikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan dan rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian intern. Aktivitas pemantauan dapat mencakup
penggunaan informasi dari komunikasi dari pihak luar. Customers secara tersirat menguatkan data penaguhan dengan pembayaran faktur mereka atau pengajuan
keluhan tentang pembebanan yang diterimanya. Di samping itu, badan pengatur kemungkinan berkomunikasi dengan entitas berkaitan dengan masalah masalah
yang berdampak terhadap berfungsinya pengendalian intern, seperti, komunikasi tentang pemeriksaan oleh badan pengatur perbankan. Demikian pula, manajemen
dapat mempertimbangkan komunikasi yang berkaitan dengan pengendalian intern dari auditor ekstern dalam pelaksanaan aktivitas pemantauan.
5. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas termasuk peristiwa dan keadaan dan untuk menyelenggarakan akuntabilitas terhadap
aktiva, utang, ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem berdampak kemampuan manajemen untuk mengambil keputusan
semestinya dalam mengelola dan mengendalikan aktivitas entitas dan untuk menyusun laporan keuangan yang andal. Sistem informasi mencakup metode dan
catatan yang digunakan untuk: a.
Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang sah.
Universitas Sumatera Utara
b. Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi secara cukup rinci untuk
memungkinkan penggolongan semestinya transaksi untuk pelaporan keuangan.
c. Mengukur nilai transaksi dengan cara sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pencatatan nilai moneter semestinya dalam laporan keuangan. d.
Menentukan periode waktu terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan transaksi dalam periode akuntansi semestinya.
e. Menyajikan transaksi semestinya dan pengungkapan yang berkaitan dalam
laporan keuangan. Komunikasi mencakup pemberian pemahaman atas peran dan tanggung jawab individual berkenaan dengan pengendalian intern atas
pelaporan keuangan. Komunikasi meliputi luasnya pemahaman personel tentang bagaimana aktivitas mereka dalam sistem informasi pelaporan
keuangan berkaitan dengan pekerjaan orang lain dan cara pelaporan penyimpangan kepada tingkat yang semestinya dalam entitas. Pembukaan
saluran komunikasi membantu memastikan bahwa penyimpangan dilaporkan dan ditindaklanjuti. Komunikasi dapat mengambil berbagai bentuk seperti
panduan kebijakan, akuntansi, dan panduan pelaporan keuangan, serta memorandum. Komunikasi juga dapat dilakukan secara lisan dan melalui
tindakan manajemen. Menurut Mulyadi dalam bukunya ”sistem akuntansi” 2002:164 unsur-unsur
pokok pengendalian intern adalah: 1.
Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Universitas Sumatera Utara
Struktur organisasi merupakan rerangka framework pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
aHarus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi.b Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Tujuan dari pemisahan fungsi ini adalah untuk membangun dan menciptakan internal check atau mekanisme
saling uji antar fungsi yang saling dipisahkan. 2.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam
pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. b.
Pemeriksaan mendadak surprised audit. c.
Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau
unit organisasi lain. d.
Perputaran jabatan job rotation, e.
Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. f.
Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya. g.
Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab
Unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian intern yang paling penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur,
unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan
yang dapat diandalkan. Struktur pengendalian intern akan berjalan baik tergantung dari manusia yang melaksanakannya. Jadi jika perusahaan
memiliki karyawan yang cakap dan jujur, unsur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum dan perusahaan tetap mampu
menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.
2.1.4. Keterbatasan Pengendalian Intern
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Beberapa keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern antara lain:
a. Kesalahan dalam pertimbangan. Manajemen dan personel lain dapat salah
dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan
waktu, dan tekanan lainnya. b.
Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan
karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan
prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan. c.
Kolusi. Tindakan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan tidak
berjalannya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya
kecurangan oleh pengendalian intern yang telah dirancang. d.
Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan
pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu, Contohnya di sini manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari
jumlah yang sebenarnya untuk mendapatkan bonus yang lebih tinggi bagi dirinya, atau untuk menutupi ketidakpatuhannya terhadap peraturan yang
berlaku.
Universitas Sumatera Utara
e. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan
pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Manajemen harus memperkirakan dan
mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern. Oleh karena itu, walaupun
pengendalian untuk suatu hal diperlukan namun, kadang-kadang tidak diterapkan oleh perusahaan karena biaya penyelenggaraan atau pengorbanan
tidak sepadan dengan manfaatnya.
2.2. Pengertian efektivitas
Menurut Arens dan Loebbecke dalam buku yang berjudul “Auditing an Integrated Approach
” 2007:798 adalah sebagai berikut: “Effectiveness refer to the accomplishment of objectives, whereas efficiency refer
to the resource used to achive those objectives” Dari defenisi di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas menyangkut derajat
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan efisiensi dapat dimaksudkan sebagai kemampuan organisasi dalam
menggunakan sumber daya yang ada untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan. Dalam hal ini efesiensi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan keluaran tertentu dengan penggunaan sumber daya yang lebih sedikit dan kemampuan menggunakan sejumlah sumber daya tertentu untuk
menghasilkan keluaran yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kredit