11
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapat yang dimiliki seseorang dalam bentuk lambang-lambang grafis atau tulisan.
Sumardjo 1997:91 menambahkan mengenai tulisan yang baik adalah kesatuan bentuk, utuh, tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi tidak ada
bagian-bagian yang yang terlalu panjang, semuanya pas dan mengandung arti. Hal-hal tersebut menjadi perhatian dalam menulis dialog berbahasa Jawa sehingga
siswa dapat mengembangkan ide menjadi dialog.
2.2.1.1 Pembelajaran Menulis Dialog Berbahasa Jawa
Dalam KTSP mata pelajaran bahasa Jawa untuk jenjang sekolah menengah pertama SMP terdapat standar kompetensi yang harus dikuasai siswa. Salah
satu standar kompetensi yang harus dikuasai kelas VII adalah mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, dan perasaan secara tertulis dalam berbagai
bentuk dan ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh basa yang benar. Di dalamnya termuat kompetensi menulis dialog dengan indikator bahwa siswa
mampu menulis dialog dalam ragam ngoko antar teman dan ragam krama dengan orang tua atau guru.
Terkait dengan pembelajaran menulis terdapat Kriteria Ketuntasan Minimal KKM untuk mata pelajaran bahasa Jawa yang berlaku di setiap
sekolah. Besarnya KKM setiap sekolah pun berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi siswa di lingkungan sekolah tersebut. KKM ini digunakan sebagai tolok
ukur untuk menentukan tuntas tidaknya siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
12
2.2.1.2 Ciri-Ciri Tulisan yang Baik
Mc. Mahan dan Day dalam Tarigan 2008:7 mengemukakan secara singkat ciri-ciri tulisan yang baik sebagai berikut.
1. Jujur, artinya tidak memalsukan gagasan atau ide. 2. Jelas, artinya tidak membingungkan para pembaca.
3. Usahakan keanekaragaman, artinya panjang kalimat yang beraneka ragam dan berkarya dengan penuh kegembiraan.
Terkait dengan menulis dialog yang baik, Morris dalam Tarigan 2008:7 mengemukakan pendapat bahwa tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran
dan perasaan yang efektif dan tepat guna.
2.2.1.3 Pengertian Dialog
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:261 dialog diartikan sebagai percakapan. Dalam bahasa Jawa istilah lain dialog adalah pacelathon.
Oleh karena itu antara dialog, percakapan, dan pacelathon memiliki makna yang sama. Ketiga istilah tersebut merupakan komunikasi antara dua orang atau lebih.
Gumperz dalam Rustono 1999:45 mengartikan percakapan sebagai bentuk aktivitas kerja sama yang berupa interaksi komunikatif. Interaksi berarti
saling melakukan aksi sebagai realisasi komunikasi yang melibatkan paling sedikit dua orang .
Rustono 1999:47 menyimpulkan pengertian percakapan sebagai interaksi verbal yang berlangsung secara tertib dan teratur serta melibatkan dua pihak atau
lebih untuk mencapai tujuan tertentu sebagai wujud peristiwa komunikasi.
13
Dalam percakapan atau dialog terdapat prinsip yang mengatur mekanisme percakapan antar penuturnya sehingga dapat bercakap-cakap secara kooperatif
dan santun. Prinsip percakapan tersebut terdiri atas prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan Rustono 1999:51.
Prinsip kerja sama berhubungan dengan hal-hal yang mengatur agar percakapan terdengar koheren. Untuk mencapai interaksi yang searah antar
peserta tutur dapat dicapai dengan tiga hal, yaitu kesamaan tujuan jangka pendek, menyatukan sumbangan partisipan sehingga antar peserta tutur saling mendukung
hal yang dipercakapkan, dan memiliki konsep yang sama bahwa transaksi berlangsung dengan satu pola tertentu kecuali hendak mengakhiri percakapan
Rustono 1999:53-54. Prinsip kesantunan menurut Fraser dalam Rustono 1999:63 berkaitan dengan strategi-strategi yang digunakan penutur agar
tuturannya santun
2.2.1.4 Langkah-langkah Menulis Dialog