47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan. Ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut Nazir, 1999: 152.
A. Variabel Bebas X
Adapun variabel bebas terdiri dari :
1. Ukuran Perusahaan X
1
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar large firm, perusahaan menengah
medium-size dan perusahaan kecil small firm. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan dengan
satuan rupiah Jin dan Machfoedz, 1998. Ukuran perusahaan = Total Aktiva
2. Rasio Profitabilitas X
2
Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dengan
demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini. Pengukuran menggunakan skala
rasio dengan satuan prosentase .
48
Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan menurut Barlian dan Sundjaja 2001: 86:
Return on Assets ROA = 100
x Assets
Total Tax
After Earning
3. Rasio Leverage Operasi Perusahaan X3
Yaitu mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari
kreditur perusahaan, mempunyai beberapa implikasi. Pengukuran menggunakan skala rasio dengan satuan prosentase .
Perumusannya adalah: Rasio leverage =
Aktiva Total
hutang Jumlah
x 100
Barlian dan Sundjaja 2001: 83
4. Net Profit Margin X
4
Net Profit margin adalah margin laba atas penjualan yang dihitung dari perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan
bersih Barlian dan Sundjaja, 2001: 86. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dengan satuan
prosentase . Perumusannya adalah: Net Profit margin =
Penjuaalan Total
Taxes after
Operating Net
x 100
49
B. Variabel Terikat Y Perataan
Laba Y
Merupakan cara
yang digunakan
oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan
baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Pengukuran variabel adalah menggunakan skala ratio,
dengan satuan desimal. Perataan Laba sebagai variabel terikat yang
diukur menggunakan Indeks Eckel dengan menggunakan laba operasi
sebagai variabel yang digunakan untuk mewakili earnings. Perataan Laba dapat dihitung melalui:
Indeks IC
= CV
∆I
CV
∆S
Notasi: ∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode
∆I = Perubahan penghasilan bersih laba dalam satu periode CV = Koefisien variasi dari variabel, yakni standar deviasi dibagi
dengan nilai yang diharapkan. CV
∆I
= Koefisien variasi untuk perubahan laba CV
∆S
= Koefisien variasi untuk perubahan penjualan Dimana CV
∆S
dan CV
∆I
dapat dihitung sebagai berikut: CV
∆S
atau CV
∆I
=
lue Expectedva
Variance
CV
∆S
atau CV
∆I
=
x n
x x
: 1
2
50
Notasi: ∆X = Perubahan penghasilan bersih laba I atau penjualan S tahun
n dengan n – 1 ∆
x
= Rata – rata perubahan penghasilan bersih atau laba I atau penjualan S antara tahun n dengan n – 1
n = Banyaknya tahun yang diamati
Berdasarkan rumus Indeks Eckel dapat disimpulkan bahwa IC 1 atau CV
∆S
CV
∆I
berarti perusahaan tersebut telah melakukan praktik perataan laba, sebaliknya perusahaan dengan IC 1 atau CV
∆S
CV
∆I
berarti perusahaan tersebut tidak melakukan praktik perataan laba Juniarti dan Corolina, 2005, maka kode dari variabel perataan laba adalah sebagai
berikut: Tabel 4.2: Kode dari Variabel Perataan Laba Y
Variabel Perataan Laba Y Kode
Perusahaan melakukan praktik perataan laba IC 1
1 Perusahaan tidak melakukan praktik perataan laba
IC 1
Satuan pengukuran variabel perataan laba adalah desimal dan skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi